Untuk meningkatkan kekebalan kelompok dalam menghadapi pandemi Covid-19, vaksinasi perlu dilakukan. Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), setidaknya sudah ada lima jenis vaksin yang didistribusikan ke masyarakat.
Pertama adalah vaksin Sinovac dengan efikasi atau tingkat kemanjuran vaksin sebesar 65,3 persen. Jarak suntikan dosis pertama dengan dosis kedua pada vaksin ini ialah 28 hari. Efek yang bisa dialami pasca mendapatkan suntikan di antaranya nyeri, iritasi, pembengkakan, kelelahan, dan demam.
Vaksin jenis kedua adalah Sinopharm. Efikasinya sedikit lebih tinggi dibanding Sinovac, yakni 78 persen. Butuh waktu tiga pekan untuk mendapatkan suntikan dosis kedua. Penerima vaksin bisa mengalami efek samping seperti sakit kepala, nyeri otot, diare, juga batuk.
AstraZeneca merupakan vaksin jenis ketiga. Efikasinya 62,1 persen. Interval penyuntikan dosis pertama ke dosis kedua dari vaksin jenis ini merupakan yang paling lama, yakni selama 12 pekan. Demam, nyeri, mual, kelelahan, bisa dirasakan pasca menerima vaksin.
Keempat yaitu Moderna. Efikasi vaksin ini berbeda bagi dua golongan usia. Pada usia 18-65 tahun efikasinya mencapai 94,1 persen. Namun pada usia lebih dari 65 tahun, efikasi menurun menjadi 86,4 persen. Penerima vaksin harus kembali untuk mendapatkan suntikan dosis kedua, empat pekan setelah dosis pertama. Nyeri otot, nyeri sendi, lelah, dan pusing merupakan efek sampingnya.
Terbaru, ada Pfizer. Efikasi untuk usia 12-15 tahun mencapai angka sempurna yakni 100 persen. Namun, mulai usia 16 tahun ke atas, efikasi sedikit turun sampai angka 95,5 persen. Jarak suntikan antara dosis pertama dan kedua selama tiga sampai empat pekan. Efek samping yang dirasakan bisa berupa nyeri, lelah, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, nyeri sendi, juga demam.