Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyoroti masalah ketimpangan vaksinasi antara negara dengan penduduk berpenghasilan tinggi dengan negara berpenghasilan rendah. Akses dan distribusi vaksin yang tidak merata ini akan menciptakan perbedaan ekstrem pada tingkat kelangsungan hidup dari Covid-19 (dangerous divergence) dan pemulihan ekonomi.
Mengutip situs Our World in Data, hingga saat ini sudah ada 5,76 miliar dosis vaksin yang disuntikkan kepada penduduk dunia. Namun, sekitar 80% penerima vaksin merupakan penduduk negara maju dan berpendapatan menengah atas terutama di benua Amerika, Eropa dan sebagian Asia. Kebanyakan dari negara kawasan tersebut memiliki cakupan vaksinasi lebih dari 60% dari total populasi.
Sedangkan benua Afrika paling tertinggal dalam akses vaksinasi Covid-19. Direktur Africa’s Centers for Disease Control, John Nkengasong dalam keterangannya mengungkapkan, sejauh ini jumlah warga Afrika yang telah divaksinasi mencapai kurang dari 3,5%.
Padahal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan 10% populasi di setiap negara telah divaksinasi hingga akhir bulan September. Sedangkan, 40% populasi tiap negara diharaapkan sudah divaksinasi pada akhir tahun ini.
Kecepatan vaksinasi yang berbeda-beda di setiap negara membuat masyarakat internasional membentuk COVID-19 Vaccines Global Access (COVAX) sebagai inisiatif global untuk kesetaraan akses vaksin COVID-19. Covax dipimpin oleh Global Alliance for Vaccines and Immunization, WHO, Coalition for Epidemic Preparedness Innovations, dan sebagainya.
Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno LP Marsudi terpilih menjadi salah satu ketua bersama (co-chair) program kerja sama vaksin multilateral COVAX Advance Market Commitment (AMC) Engagement Group (EG). Menurut Retno, Indonesia terus menyuarakan prinsip kesetaraan akses vaksin bagi semua negara
Pihaknya juga mendorong percepatan vaksinasi global melalui peningkatan produksi vaksin dengan diversifikasi produksi, perluasan portfolio vaksin yang disalurkan oleh Covax, dan peningkatan kapasitas vaksinasi negara-negara AMC.