Tingkat polusi di Teluk Jakarta semakin mengkhawatirkan. Hasil riset yang dilakukan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Universitas Brighton, Inggris, menemukan muara Sungai Angke dan muara Sungai Ciliwung (Ancol) telah tercemar obat pereda nyeri dan penurun panas, parasetamol, dengan kadar tinggi.
Kadar parasetamol yang tinggi terdeteksi di muara Sungai Angke sebesar 610 nanogram per liter (ng/L). Sementara di muara Sungai Ciliwung (Ancol) sebesar 420 ng/L. Jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain di belahan dunia, kadar parasetamol di Teluk Jakarta relatif tinggi (420-610 ng/L) dibanding di pantai Brasil yang sebesar 34,6 ng/L, pantai utara Portugis yang sebesar 51,2–584 ng/L, dan muara Sidney Australia sebesar 67 ng/L.
Riset ini juga menunjukkan beberapa parameter lain seperti amonia, nitrat, dan total fosfat telah melebihi baku mutu air laut Indonesia. Di muara Sungai Angke, kadar amonia terdeteksi sebesar 8,59 mg/L, nitrat sebesar 0,012 mg/L, dan total fosfat sebesar 0,294 mg/L.
Sedangkan, di muara Sungai Ciliwung (Ancol) kadar amonia yang ditemukan sebesar 2,25 mg/L, nitrat 0,012 mg/L, dan total fosfat 0,015 mg/L. Perlu diketahui, batas maksimal masing-masing parameter menurut baku mutu air laut Indonesia untuk amonia sebesar 0,3 mg/L, nitrat sebesar 0,008 mg/L, dan total fosfat sebesar 0,015 mg/L.
Parasetamol di Teluk Jakarta diketahui berasal dari tiga sumber yakni ekskresi (pembuangan sisa metabolisme) akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit, dan industri farmasi. Tingginya jumlah penduduk di Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, memiliki potensi sebagai sumber kontaminan di perairan Teluk Jakarta.
Sementara, sumber potensi parasetamol dari rumah sakit dan industri farmasi diakibatkan karena sistem pengelolaan air limbah yang tidak berfungsi optimal, sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan berakhir ke laut.
Implikasi tingginya kadar parasetamol di Teluk Jakarta yaitu perlu adanya perbaikan sistem sanitasi rumah tangga, perbaikan sistem pengolahan limbah industri, perbaikan akses air bersih di kawasan sekitar terutama pemukiman kumuh, risiko terhadap keamanan pangan dan ikan di Teluk Jakarta, dan terganggunya biota laut.