Hasil riset Google, Temasek, dan Bain & Company mencatat ekonomi digital Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Potensinya pun semakin tinggi seiring dengan adaptasi kebiasaan baru dari offline ke online.
Nilai ekonomi digital Indonesia yang tercermin dari total nilai penjualan atau gross merchandise value (GMV) sebesar US$ 70 miliar pada 2021. Proyeksi GMV ini kembali meningkat menjadi US$ 146 miliar pada 2025.
Kenaikan proyeksi tersebut didukung oleh tingkat penjualan e-commerce yang US$ 53 miliar pada 2021, dan diperkirakan meningkat menjadi US$ 104 miliar pada 2025.
Riset bertajuk “e-Conomy SEA 2021: Roaring 20s: The SEA Digital Decade" tersebut menyebutkan, hal ini didorong oleh penjual digital semakin melek teknologi. Sebanyak 28% pedagang online di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak akan bertahan selama pandemi jika bukan karena platform digital.
“Rata-rata pedagang online menggunakan dua platform digital untuk memenuhi kebutuhan konsumen secara online,” tulis laporan tersebut.
Sektor lain pun semakin pulih pada 2025. Diproyeksikan nilai GMV transportasi dan antarmakanan sebesar US$ 16,8 miliar. Lalu, disusul media online sebesar US$ 15,8 miliar dan travel sebesar US$ 9,7 miliar.
Secara keseluruhan, Indonesia merajai ekonomi digital di Asia Tenggara, baik tahun ini maupun 2025. Vietnam menyusul di posisi kedua dengan nilai GMV diproyeksikan sebesar US$ 57 miliar pada 2025, naik dari US$ 21 miliar pada 2021.
Kemudian, nilai proyeksi GMV Thailand mencapai US$ 56 miliar, naik dari 2021 yang sebesar US$ 30 miliar. Meskipun nilai GMV-nya naik, tetapi peringkat Thailand turun dari posisi kedua pada 2021.
Posisi selanjutnya ditempati oleh Filipina dengan nilai GMV diprediksi mencapai US$ 40 miliar pada 2025. Nilai ini naik US$ 17 miliar dan berhasil naik menyalip Malaysia pada 2021.
Malaysia berada di posisi kedua terendah dengan nilai GMV US$ 35 miliar pada 2025. Meskipun peringkatnya turun, tetapi nilainya naik dari US$ 21 miliar pada 2021.