Risiko transisi iklim menimbulkan tantangan signifikan bagi industri kelapa sawit di Indonesia. Pada dasarnya, mayoritas pelaku industri sawit telah familiar dengan risiko perubahan iklim fisik seperti bencana alam, ketersediaan air, dan perubahan pola cuaca. Namun, risiko transisi iklim yang mencakup tindakan pemerintah untuk mencapai komitmen iklim internasional juga perlu diantisipasi.
Adapun risiko lainnya adalah pembatasan akses pasar akibat perubahan preferensi konsumen dan kebijakan pendanaan. Kemudian disrupsi inovasi teknis dalam agroforestri dan reputasi buruk yang berkaitan dengan keterlibatan perusahaan dalam deforestasi.
Orbitas Finance melakukan permodelan risiko transisi iklim di industri sawit Indonesia. Lembaga riset ini memperkirakan biaya pembebasan lahan akan meningkat hingga 52 persen dan persentase biaya emisi akan lebih besar dari biaya operasi. Selain itu, 76 persen dari konsesi yang tidak ditanami akan menjadi aset terdampar. Hal itu diakibatkan oleh pembatasan penggunaan lahan langsung dan sistem penetapan harga.
(Baca Juga: 3 Skenario Transisi Iklim untuk Industri Kelapa Sawit)
Oleh sebab itu, ketika berbagai lembaga dunia mengambil tindakan yang semakin berani untuk mengatasi perubahan iklim, risiko yang ditimbulkan oleh transisi iklim tidak lagi bersifat teoritis bagi sektor kelapa sawit Indonesia. Saat ini, lebih dari 100 negara berkomitmen untuk mengakhiri deforestasi di COP26. Sektor swasta pun semakin membutuhkan kebijakan No Peat, No Deforestation, No Exploitation (NDPE) dalam rantai pasok dan sebagai prasyarat untuk pinjaman modal.
Indonesia sendiri telah mengimplementasikan sejumlah kebijakan, di antaranya adalah Rencana Aksi Nasional untuk Minyak Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) dan bersiap mengambil tindakan lebih mengenai penetapan harga karbon. Sehingga Orbitas menilai, perusahaan yang tidak merespons risiko transisi iklim, akan tertinggal.
Sebagai langkah alternatif, perusahaan dapat melihat peluang transisi iklim berupa peningkatan produktivitas, pengurangan emisi, dan investasi dalam teknologi seperti penangkapan metana dan kogenerasi.
Berdasarkan riset Orbitas, jika industri merespons transisi iklim secara optimal, nilai perusahaan (Enterprise Value/EV) gabungannya akan meningkat sebesar US$ 9 miliar. Sehingga, transformasi bisnis berkelanjutan menjadi komponen penting untuk mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim sekaligus menjaga aliran pendapatan jangka panjang perusahaan sawit.