Banyak informasi yang beredar di media sosial terkait vaksin Covid-19. Salah satunya yang menyebutkan suntikan vaksin Covid-19 dosis penguat (booster) dapat memicu munculnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyebabkan penyakit AIDS.
Informasi tersebut dikatakan berasal dari seorang virolog asal Prancis. Meskipun tidak terkonfirmasi kejelasannya. Hanya dikatakan bahwa, HIV dipicu karena protein lonjakan (spike protein) yang terdapat di dalam vaksin booster.
Vaksin Covid-19 juga disebutkan mengandung Graphene Oxide penyebab HIV/AIDS. Oleh sebab itu, seseorang yang divaksin booster disarankan untuk segera mengambil tes HIV.
Faktanya, hal tersebut dibantah oleh dokter dan peneliti asal Cardiff Inggris yang fokus menangani vaksin Covid-19, Bnar Talabani. Dia mengatakan, narasi soal vaksin booster penyebab HIV, tidak benar dan tidak masuk akal.
Vaksin yang mengandung HIV sudah pasti tidak akan diloloskan pada tahap pengujian. Vaksin Covid-19 sudah terbukti aman karena hampir 10 miliar dosis telah diberikan kepada seluruh masyarakat dunia.
Kemudian, ahli imunologi Institut Pendidikan dan Penelitian Sains India, Pune Vineeta Bal, menyatakan tidak ditemukan bukti yang mendukung bahwa vaksin meningkatkan kerentanan seseorang terinfeksi virus lainnya.
Menurut dia, tujuan sebuah vaksin diciptakan adalah untuk membuat seseorang tidak mudah tertular virus, bukan sebaliknya yang justru membuat seseorang rentan tertular virus.
Sementara, penelitian yang mengklaim vaksin booster mengandung Graphene Oxide juga tidak benar. Penelitian tersebut menggunakan sampel yang terbatas dan mikroskop tidak memberi bukti yang meyakinkan.
Senior Associate of Global Media Relations Pfizer mengatakan bahwa bahan vaksin Pfizer meliputi mRNA, lipid, kalium klorida, kalium fosfat monobasa, natrium klorida, natrium fosfat dihidrat dibasa, dan sukrosa.
Tidak ada sama sekali bahan graphene oxide. Begitu juga dengan merek vaksin lain seperti Moderna, AstraZeneca, Sinovac, Sputnik V, dan sebagainya. Semua informasi tentang bahan vaksin dikelola secara transparan sehingga semuanya dapat diketahui oleh semua masyarakat.
Kesimpulannya, informasi yang menyebutkan vaksin booster mengandung bahan penyebab HIV adalah keliru.
Konten cek fakta ini kerja sama Katadata dengan Google News Initiative untuk memerangi hoaks dan misinformasi vaksinasi Covid-19 di seluruh dunia.