Langkah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Fed menaikkan suku bunganya turut berdampak terhadap perekonomian dunia. Sejumlah mata uang terkoreksi, termasuk rupiah yang terus mendekati Rp 15.000 per dolar AS.
Pada 15 Juni 2022, the Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps menjadi 1,5-1,75% pada 15 Juni 2022. Kenaikan tersebut paling agresif sejak 1994.
Tidak hanya itu, The Fed juga berencana menaikkan suku bunga sebesar 50-75 bps pada pertemuan Juli nanti. Kenaikan suku bunga agresif ini karena inflasi di Amerika Serikat yang jauh lebih tinggi dari perkiraan The Fed.
Menurut analis pasar uang Ariston Tjendra, pasar akan menunggu hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan dibacakan Kamis, 23 Juni 2022.
“Gap suku bunga acuan antara BI dan The Fed bakal terus menyempit bila BI tidak menaikkan suku bunga acuannya. Ini bisa mendorong pelaku pasar beralih ke aset keuangan AS dan bisa memberi tekanan lanjutan ke rupiah,” kata Ariston pada Rabu, 22 Juni 2022.
Gubernur BI Perry Warjiyo sendiri menyatakan tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan. Alasannya, inflasi Indonesia masih terkendali meski lebih tinggi sedikit dari target 2%-4% tahun ini.
“Kami akan menjaga suku bunga rendah 3,5% sampai ada tekanan fundamental dari inflasi,” kata Perry dalam diskusi daring dengan Bank Dunia, Rabu.
BI memperkirakan inflasi akan melandai dan kembali ke target 2%-4% pada 2023. Perry mengatakan koordinasi yang erat antara otoritas fiskal dan moneter menjadi alasan utama inflasi masih terkendali.