Indonesia Water Fund (IWF) telah diluncurkan sebagai upaya peningkatan pendanaan investasi air bersih. IWF akan mengelola dana mencapai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 15 triliun, untuk mendanai proyek-proyek perbaikan akses air bersih yang melayani lebih dari 40 juta penduduk.
Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun lalu mencatat, rumah tangga dengan akses air minum laik baru mencapai 90,8 persen. Namun, baru sekitar 12 persen rumah tangga yang memiliki akses air minum aman, serta 19 persen rumah tangga memiliki akses air minum perpipaan. Jika tak segera diatasi, kurangnya akses air bersih ini dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara.
“IWF merupakan upaya untuk memaksimalkan PDB (produk domestik bruto) Indonesia, karena pasokan air yang tidak cukup akan berpotensi mengurangi PDB Indonesia sebesar 2,5 persen pada 2045,” ujar Menteri Badan Usaha Milik Negara, Erick Thohir, sebagaimana diwartakan Katadata.co.id, Senin (17/10).
Data Danareksa Research Institute menyebutkan, kebutuhan akan konsumsi air semakin meningkat, sejalan dengan peningkatan populasi. Namun, keterbatasan akses terhadap air yang berkualitas berpotensi menyebabkan penyebaran penyakit. IWF diharapkan dapat menjadi alternatif pembiayaan sektor pengairan di indonesia.
Program ini melibatkan perusahaan pelat merah dan swasta, serta para investor dan mitra strategis pemerintah. Skema pendanaan ini diharapkan dapat meringankan beban anggaran negara.
Direktur Utama PT Danareksa Arisudono Soerono menjelaskan, Indonesia membutuhkan investasi mencapai Rp 196 triliun agar semua penduduk memperoleh air bersih. Saat ini pihaknya memiliki 31 proyek dalam pipeline. Sebagian besar proyek itu masih mencakup Pulau Jawa. Dua di antaranya berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
“Kita saat ini sudah mengumpulkan US$ 1 miliar. Dengan itu, kami bisa menangani seluruh proyek yang sudah berada dalam pipeline,” ucapnya. IWF dapat masuk pada proyek-proyek yang belum dibangun (brownfield) maupun yang sudah dibangun (greenfield).