Belanja online melalui social commerce sedang menjadi tren baru. Berdasarkan laporan Social Commerce Report 2022 dari Daily Social, nilai pasar layanan belanja ini pada 2022 diperkirakan mencapai USD8,6 miliar.
Social commerce adalah layanan belanja melalui media sosial (medsos). Apabila dibandingkan dengan platform belanja seperti lokapasar alias marketplace maka akan didapati sejumlah perbedaan.
Misalnya, dari segi model bisnis, social commerce menawarkan layanan belanja melalui platform medsos. Sementara itu, lokapasar memfasilitasi jual beli melalui laman website.
Perbedaan lain, tampak dari skema pembayaran dan interaksi. Social commerce dan lokapasar juga berbeda dalam urusan branding. Bagi para penjual di social commerce cuma perlu fokus mengembangkan akun medsosnya. Tapi di lokapasar wajib memperhatikan value dari brand masing-masing.
Selain itu, di social commerce terdapat ekosistem yang terdiri dari pelaku usaha, penjual, kreator konten, dan Key Opinion Leader (KOL). Sedangkan di platform lokapasar, pada umumnya cuma terdapat pembeli dan penjual.
Melansir laporan dari Populix, di Indonesia terdapat sejumlah platform social commerce yang populer, contohnya TikTok Shop (46 persen), WhatsApp (21 persen), serta Facebook Shop dan Instagram Shop masing-masing 10 persen. Penelitian yang dilansir pada 2022 ini menunjukkan pula sebanyak 52 persen masyarakat Indonesia mengetahui tren social commerce.
Publikasi informasi terkait social commerce sejalan dengan bergulirnya Indonesia Makin Cakap Digital. Ini adalah program literasi digital dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman.