Nilai tukar rupiah mengalami tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada Rabu, 1 November 2023, rupiah tercatat sebesar Rp15.908 per dolar AS, turun 2,2% dibandingkan posisi pada awal tahun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, pelemahan rupiah cepat atau lambat akan berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia. Inflasi ini terutama akan dipicu barang-barang impor atau yang disebut imported inflation.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan imported inflation ini perlu diwaspadai pada bulan-bulan mendatang. BPS menilai Bank Indonesia telah melakukan pencegahan dengan menaikkan suku bunga ke 6% pada rapat dewan gubernur terakhir.
“Kenaikan suku bunga diharapkan mampu mengerem sisi permintaan pada komoditas dengan komponen impor yang signifikan,” kata Pudji dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, 1 November.
Pudji menyebut komoditas yang dapat terdampak imported inflation adalah bawang putih, mobil, mie kering instan, roti, tahu, dan tempe. Ini karena produk-produk tersebut bergantung pada bahan baku yang diimpor dari luar negeri.
Sementara bank sentral AS, the Fed, kembali menahan suku bunga di level 5,25%-5,5% dalam pertemuan Rabu, 1 November 2023. Meski begitu, The Fed tidak menutup kemungkinan kenaikan suku bunga di masa depan jika inflasi masih belum turun.
Sejak Maret 2022, suku bunga The Fed telah naik dari 0,25-0,5% menjadi 5,25%-5,5% pada Juli 2023. Ini menjadi suku bunga tertinggi AS dalam 22 tahun terakhir. Ini juga salah satu alasan di balik penguatan dolar AS dalam setahun terakhir.