Calon presiden (capres) nomor urut 2 yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dihujani pertanyaan saat debat capres pada Minggu, 7 Januari 2024. Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo mempertanyakan kapabilitas militer Indonesia yang menurun selama kepemimpinan Prabowo sebagai menteri pertahanan.
Lembaga think tank yang berbasis di Australia, Lowy Institute, memberi skor 14,6 untuk kapabilitas militer Indonesia pada 2023. Nilai ini turun dari 16,2 pada 2018. Lowy Institute menilai kapabilitas militer berdasarkan pengeluaran militer, kekuatan angkatan bersenjata, senjata serta platformnya, kemampuan khusus, dan postur militer Asia.
Dalam debat yang sama, capres nomor urut 1 Anies Baswedan dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo juga memberi nilai kinerja Kemenhan di bawah Prabowo. Anies memberi nilai 11 dari 100 dan Ganjar memberi nilai 5 dari 10.
Ganjar menyoroti masalah rendahnya anggaran pertahanan Indonesia yang masih di bawah 1% dari produk domestik bruto (PDB). Rasio anggaran pertahanan terhadap PDB Indonesia ini terendah di Asia Tenggara. Dia berencana menaikkan anggaran menjadi 1%-2% dari PDB.
Wakil Menhan Letjen TNI Muhammad Herindra mengatakan, anggaran pertahanan Indonesia memang kalah dari negara tetangga jika dibandingkan dengan PDB meski nilainya besar.
“Memang secara kuantitas lumayan besar hampir Rp 134 triliun per tahun. Tapi kalau kita lihat kualitasnya, belum separuhnya dipakai untuk gaji pegawai. Untuk belanja alutsista berapa?” kata Herindra dalam Youtube Media Center Indonesia Maju, pada Jumat, 12 Januari.
Dia mengatakan belanja alutsista juga membutuhkan waktu tidak sebentar. Dia menjelaskan, pembelian 42 pesawat tempur Rafale yang baru diteken kontraknya baru akan tersedia dalam tujuh tahun mendatang.