Sektor minyak dan gas bumi (migas) diprediksi akan tetap dibutuhkan dalam menjaga ketahanan energi nasional di masa mendatang dan gas akan menjadi kunci dalam transisi energi.
SKK Migas memproyeksikan, kontribusi minyak bumi pada 2050 hanya sebesar 20 persen dalam bauran energi nasional. Namun, perlu digarisbawahi jika volume kebutuhannya masih tetap tinggi. Volume kebutuhan minyak bumi pada tahun tersebut mencapai 197,7 juta ton minyak ekuivalen (MTOE), meningkat 139 persen dibandingkan tahun 2020 sebesar 82,8 MTOE.
Sedangkan gas bumi, porsinya menjadi 24 persen dalam bauran energi nasional 2050. Gas bumi akan memainkan peran penting dalam transisi energi. Volume kebutuhan gas bumi meningkat 298 persen dari 61 MTOE pada 2020 menjadi 242,9 MTOE pada 2050.
Dalam rencana jangka panjang penyediaan migas nasional, SKK Migas akan berupaya untuk meningkatkan produksi minyak bumi untuk memperkecil defisit yang terjadi. Hal itu dilakukan bersamaan dengan perbaikan iklim investasi.
Adapun untuk gas bumi, Indonesia sebagai pioneer LNG global masih akan menjadi net exporter gas. Selain itu, serapan gas untuk domestik dan ekspor masih akan terus meningkat.