Pembangunan smelter yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia merupakan upaya untuk menjawab tantangan hilirisasi industri pertambangan. Nantinya, produk hilirisasi dihasilkan bisa dimanfaatkan oleh industri dalam negeri.

Rancangan smelter PT Freeport sendiri telah lahir sejak 2013 lalu dan dilanjutkan dengan pengerjaan FEED (front end engineering design) awal pada tahun 2015. FEED adalah tahapan yang dilakukan setelah konsep dan studi kelayakan selesai. Pada tahap ini, berbagai studi dilakukan untuk mengetahui masalah teknis dan memperkirakan estimasi biaya investasi.

Barulah pada 2021 dilakukan groundbreaking dan pembangunan fisiknya bisa diselesaikan pada akhir Desember 2023. Usai konstruksi fisik, dilakukan pre-commissioning hingga Mei 2024. Pre-commissioning adalah langkah untuk menguji dan memeriksa unit, sistem dan/atau subsistem guna memastikan bisa berfungsi seperti rancangannya.

Adapun, kegiatan commissioning dilakukan pada bulan Juni dengan produksi pertama pada Agustus. Tahapan ini mencakup pengoperasian dan pengujian semua area di setiap sistem untuk memastikan sistem berfungsi dan memperbaiki masalah yang tersisa sebelum pengoperasian fasilitas.

Smelter Freeport ditargetkan beroperasi penuh pada Desember 2024 mendatang dengan kapasitas pemurnian hingga 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Jumlah tersebut merupakan akumulasi kapasitas pemurnian smelter PT Freeport Indonesia sebesar 1,7 juta ton per tahun dan smelter PT Smelting berkapasitas 1,3 juta per tahun. 

Keduanya akan memproduksi sekitar 1 juta ton katoda tembaga dengan rincian 600-700 ribu ton oleh smelter PT Freeport Indonesia dan 300 ribu ton oleh smelter PT Smelting. Tak hanya itu, kedua smelter juga mampu memproduksi 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun.