Donald Trump hampir pasti menjadi Presiden AS untuk kali kedua. Capres asal Partai Republik ini memenangi, baik suara populer maupun suara elektoral. Kemenangan Trump berpotensi berdampak pada perekonomian hingga penanganan krisis iklim global, termasuk Indonesia.

Salah satu kampanye Trump adalah mencabut Inflation Reduction Act (IRA), yang merupakan undang-undang penurunan inflasi berlandaskan iklim dan energi bersih yang disahkan oleh Presiden Joe Biden pada 2022 lalu. 

Regulasi ini mendorong penurunan defisit, salah satunya dengan meningkatkan penerimaan pajak korporasi. Pendanaan kemudian difokuskan pada sektor energi bersih dan penurunan biaya pelayanan kesehatan. Dengan skema ini, defisit anggaran negara diestimasi bakal berkurang hingga US$237 miliar dalam 10 tahun kedepan.

Kebijakan Trump mencabut IRA tidak hanya berpotensi menaikkan inflasi, tetapi juga memundurkan komitmen AS dalam mendorong kebijakan iklim. Sebab pembatalan IRA berarti pembatalan subsidi dan insentif teknologi bersih. 

Belum lagi, Trump berencana meninggalkan Perjanjian Paris dan kembali fokus pada pembangunan dan pendapatan dari sektor energi fosil. Salah satunya juga dengan menghentikan industri pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai.

Sebaliknya, Trump berencana untuk menekan inflasi dengan memperketat kebijakan proteksionisme. Trump bakal menaikkan tarif masuk barang impor produk tertentu, terutama dari Cina sebesar 60% dan dari negara-negara lain antara 10% sampai 20%.

Kebijakan proteksionisme Trump ini memperkuat perang dagang antara AS dengan Cina, yang bakal berdampak pula bagi Indonesia. Ekspor Cina ke AS berpotensi menurun, yang mana berdampak bagi ekspor Indonesia, sebab Cina merupakan pasar ekspor bahan baku terbesar Indonesia. Penerapan tarif bea masuk 10% sampai 20% juga bakal berdampak pada penurunan ekspor Indonesia ke AS.

Persaingan merebut investasi AS juga semakin ketat. Indonesia sebenarnya memiliki momentum untuk menarik penanaman modal asing. Akibat perang dagang, AS merelokasi basis produksinya dari Cina ke beberapa negara di Asia, salah satunya Vietnam. Untuk diketahui, porsi investasi di Indonesia terhadap ASEAN menurun, dari 21,3% tahun 2013