Kejutan terjadi dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta. Pasangan Pramono Anung dan Rano Karno yang hanya didukung PDIP dan Hanura berhasil unggul dari Ridwan Kamil (RK) dan Suswono yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus. Pasangan RK-Suswono pun mendapatkan dukungan dari Presiden Prabowo dan mantan Presiden Joko Widodo.   

Di atas kertas, mengacu hasil Pemilihan Legislatif (Pileg) pada Februari 2024, KIM Plus menguasai kursi DPRD Jakarta sebanyak 91 kursi. Sedangkan partai pendukung Pramono-Rano hanya memiliki 15 kursi.

Berdasarkan rekapitulasi penghitungan suara real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) per 3 Desember 2024 oleh Jaga Suara menunjukkan, Pramono-Rano meraih 50,07% suara. Sedangkan RK-Suswono mendapat 39,4% suara, dan pasangan independen Dharma Pongrekun-Kun Wardana memperoleh 10,53% suara.

“Untuk itu, kami bisa menyampaikan mendeklarasikan paslon 03, Mas Pram (Pramono Anung) dan Bang Doel (Rano Karno) telah memenangi kontestasi Pemilihan Gubernur Jakarta dalam satu putaran,” kata Pramono, Kamis (28/11).

Atas hasil perolehan suara ini, tim pemenangan RK-Suswono mengungkap ada kecurangan dalam pelaksanaan Pilkada Jakarta. Dugaan kecurangan ini juga berujung pada sejumlah relawan RK-Suswono melakukan unjuk rasa di depan gedung KPU.

Jika dilihat berdasarkan tren elektabilitas sejumlah lembaga survei, elektabilitas RK-Suswono memang mengalami tren penurunan saat masa kampanye. Menurut Lembaga Survei Indonesia (LSI) misalnya, elektabilitas RK-Suswono pada survei 6-12 September masih mampu mencapai satu putaran di 51,8%, tertinggi dibandingkan pasangan lain.

Namun, pada survei LSI 10-17 Oktober, elektabilitas RK-Suswono menurun drastis menjadi 37,4%. Di sisi lain, Pramono-Rano menunjukkan kenaikan elektabilitas yang stabil dari 28,4% menjadi 41,6%. 

Kekalahan RK-Suswono ini berbeda dengan provinsi pundi-pundi suara Pilkada 2024 lain, yang mana dukungan parpol gemuk dan endorsement Prabowo hingga Jokowi berhasil memenangkan pasangan tertentu, seperti di Jawa Tengah. 

Menurut exit poll Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), dukungan terbuka Prabowo dan Jokowi tidak berdampak positif atau malah menurunkan elektabilitas RK-Suswono. 

Direktur Eksekutif SMRC Deni Irvani menyebut, suara kelompok responden yang mengetahui endorsement Prabowo dan kemudian memilih RK-Suswono hanya 38%. Pemilih yang mengetahui endorsement Jokowi dan kemudian memilih RK-Suswono juga hanya 37%. Padahal di kalangan yang tidak tahu adanya dukungan Jokowi, elektabilitas paslon 01 ini mencapai 40%.

“Tidak lebih tinggi atau malah cenderung sedikit lebih rendah dibanding yang tidak tahu,” kata Deni dalam siaran Youtube SMRC TV, Minggu, 1 Desember.

Di sisi lain, dukungan mantan Gubernur Jakarta Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berdampak positif pada kenaikan suara Pramono-Rano Karno. Suara Pramono-Rano naik antara 5% sampai 6% di kalangan pemilih yang tahu endorsement Anies dan Ahok untuk paslon 03 ini.

Kekalahan RK-Suswono juga dipengaruhi suara partai politik KIM Plus tidak solid. Pada beberapa lembaga survei elektabilitas terbaru, beberapa suara partai pengusung RK-Suswono tampak terbelah ke paslon Pramono-Rano, seperti PKS, Demokrat, PKB, dan NasDem.