Aksi massa terjadi di berbagai tempat di Indonesia pada akhir Agustus 2025. Diawali dengan demonstrasi yang menolak pemberian tunjangan bagi anggota DPR dan tuntutan pembubaran DPR pada 25 Agustus, berlanjut dengan kerusuhan.
Gelombang aksi massa tersebut semakin besar setelah seorang pengemudi ojek online, Affan Kurniawan (21) tewas dilindas kendaraan taktis Brimob di Pejompongan, Jakarta Pusat. Tak hanya di Jakarta, aksi itu merembet ke sejumlah kota.
Aksi tersebut diboncengi oleh orang-orang tidak dikenal melakukan perusakan terhadap fasilitas umum, seperti halte dan gerbang tol. Terjadi pula pembakaran mobil dan penjarahan rumah, kantor pemerintah, maupun swasta.
Terhitung sejak 25 Agustus hingga 2 September 2025, aksi massa yang pecah di berbagai daerah sudah menelan 10 korban jiwa. Penyebabnya beragam, ada yang terjebak di bangunan yang terbakar, hingga jadi korban kekerasan aparat kepolisian.
Situasi yang panas tersebut dikhawatirkan mengulang kerusuhan Mei 1998. Sejumlah pihak berharap kerusuhan tidak meluas karena dapat mengancam perekonomian.
“Jika kota bergejolak seperti ini, maka kehidupan ekonomi akan berhenti. Ini bisa berakibat panjang,” ujar mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pernyataan resmi yang dikutip Minggu, 31 Agustus.
Wakil Ketua Umum Kadin Bobby Gafur Umar mendesak pemerintah agar segera bertindak cepat dan tegas untuk memulihkan kondisi. Menurutnya, aksi demonstrasi yang merusak berbagai fasilitas publik dapat menimbulkan persepsi negatif terkait risiko investasi dan kepastian hukum di mata investor.
“Ini sangat berbahaya, terutama terkait risiko investasi dan kepastian hukum,” ujar Bobby saat dihubungi Katadata.co.id pada Minggu. 31 Agustus.
Pengamat politik Ray Rangkuti mengatakan, peristiwa ini menunjukkan perlunya perubahan kultur politik di kalangan elite. Menurutnya, demokrasi tidak boleh dipahami sekadar sebagai seperangkat aturan, tetapi harus berlandaskan etika dan moralitas politik.
“Kita lihat elite berjoget-joget di tengah derita rakyat, pamer kekayaan, dan meminta fasilitas yang makin menjauhkan mereka dari rakyat. Rakyat marah pada kesenjangan yang dirayakan,” kata Ray.