Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan adanya kandungan mikroplastik dalam air hujan di Jakarta. Kandungannya mencapai sekitar 15 partikel per m2 per hari pada 2022. Jumlah ini naik lima kali lipat dibandingkan tahun 2015.
Mikroplastik ini muncul lewat proses ‘atmospheric microplastic deposition’, di mana limbah plastik yang berasal dari berbagai sumber terdegradasi, naik ke atmosfer, terbawa angin, dan turun bersama hujan ke permukaan bumi.
“Mikroplastik ini berasal dari serat sintetis pakaian, debu kendaraan dan ban, sisa pembakaran plastik, serta degradasi plastik di ruang terbuka,” kata peneliti BRIN Reza Cordova, Kamis, 17 Oktober.
Temuan ini diperkuat dengan penelitian kandungan mikroplastik di udara oleh Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON) bersama Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SIEJ) di 18 kabupaten/kota.
Dalam periode Mei-Juli 2025, ECOTON-SIEJ menemukan kandungan mikroplastik di udara Jakarta Pusat mencapai 37 partikel per 2 jam per 90 cm, tertinggi dibandingkan sampel wilayah lain. Pembakaran sampah plastik menjadi penyebab paling umum kontaminasi mikroplastik di sejumlah wilayah ini. Jenis polimer yang ditemukan di udara juga beragam.
“Lebih beragamnya jenis polimer mikroplastik di udara karena 57% kebiasaan membakar sampah plastik. Hal ini akibat buruknya layanan sampah di Indonesia,” kata peneliti ECOTON Sofi Azilan Aini, seperti dikutip Kamis, 23 Oktober.
Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, sampah plastik adalah jenis sampah kedua terbesar di Indonesia setelah sampah sisa makanan. Porsinya mencakup 19,6% dari keseluruhan sampah Indonesia per 2024.
Mikroplastik mayoritas berasal dari degradasi plastik dengan ukuran lebih besar. Ukurannya kurang dari 5 milimeter. Mikroplastik ditemukan di mana saja, di tanah, air, maupun udara.
Sifatnya yang tidak mudah terurai di alam dan dapat masuk ke tubuh manusia lewat kulit, rantai makanan, maupun saluran pernafasan dapat berdampak pada kesehatan. Ditambah, mikroplastik mudah mengikat zat beracun, polutan, dan logam berat.
Sejumlah penelitian menunjukkan adanya potensi dampak kesehatan jika terpapar mikroplastik dalam jangka waktu yang panjang, mulai dari gangguan hormon, stres oksidatif, kerusakan jaringan, peradangan, perubahan fungsi imun, hingga gangguan reproduksi.