Laporan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) menunjukkan kenaikan jumlah pengangguran putus asa di Indonesia. Pengangguran putus asa merupakan definisi bagi pengangguran yang merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan, sehingga mereka tak lagi aktif melamar kerja.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran putus asa di Indonesia pada 2024 sebanyak 1,84 juta orang. Angka itu naik menjadi 1,87 juta pada Februari 2025 berdasarkan analisis LPEM UI berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas).

Jumlah pengangguran putus asa tersebut setara 25,7% dari total pengangguran terbuka. Artinya, 1 dari 4 pengangguran di Indonesia, putus asa karena sudah tak aktif lagi mencari kerja.

Jika dilihat berdasarkan demografi, mayoritas pengangguran putus asa berpendidikan rendah. Sebab 50,1% pengangguran putus asa hanya mengenyam pendidikan hingga sekolah dasar atau tidak pernah bersekolah sama sekali.

Pengangguran putus asa juga didominasi oleh laki-laki dengan persentase mencapai 69%. Selain itu, tiga dari lima pengangguran putus asa juga berada di perdesaan. 

Menurut LPEM UI, ada beberapa faktor yang membikin pengangguran putus asa di Indonesia tinggi. Mulai dari pelatihan yang kerap tak sesuai kebutuhan dunia kerja, kurangnya akses pelatihan di perdesaan, perubahan struktur industri dan bias seleksi, hingga kompetisi yang tinggi dan minimnya peluang kerja di perkotaan.

Sebetulnya pemerintah juga telah melakukan sejumlah intervensi untuk mengurangi angka pengangguran. Sepanjang 2025, pemerintah kerap meluncurkan program penyerapan tenaga kerja. Ada program penyerapan di Koperasi Desa, penanaman kembali perkebunan rakyat, hingga program kampung nelayan yang diharapkan menyerap jutaan tenaga kerja.

Dengan program pelatihan kerja yang juga sudah berjalan, pemerintah juga tengah menyelenggarakan program magang dari Kemnaker. Per hari ini sudah masuk gelombang ketiga dan menyerap kurang lebih 96 ribu lulusan baru dari berbagai universitas di Indonesia.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Antoineta Amosella