Konotasi Adalah Makna Kias, Ini Contohnya

Unsplash/Lucas George Wendt
konotasi adalah kata yang mengandung makna kias atau bukan kata yang sebenarnya.
Penulis: Husen Mulachela
Editor: Safrezi
19/1/2022, 12.05 WIB

Dalam materi pelajaran bahasa Indonesia, kita tentu pernah mempelajari tentang denotasi dan konotasi. Kedua istilah ini mengacu pada makna yang terkandung dalam suatu kata.

Denotasi adalah kata yang memiliki arti yang sebenarnya dan apa adanya seperti yang sehari-hari kita gunakan. Sedangkan, konotasi adalah kata yang mengandung makna kias atau bukan kata yang sebenarnya.

Apa itu Konotasi?

Mengutip buku "Diksi dan Gaya Bahasa" oleh Gorys Keraf, konotasi atau konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif.

Makna konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna ini biasanya muncul karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju, tidak setuju, senang, tidak senang dan sebagainya kepada pendengar atau pembaca.

Memilih konotasi cenderung lebih berat daripada denotasi. Jika sebuah kata mengandung konotasi yang salah, misalnya ‘kurus-kering’ untuk menggantikan kata ‘ramping’ dalam sebuh konteks yang saling melengkapi, kesalahan semacam itu mudah diketahui dan diperbaiki. Sangat sulit adalah perbedaan makna antara kata-kata yang bersinonim, tetapi mungkin mempunyai perbedaan arti yang besar dalam konteks tertentu.

Konotasi adalah sesuatu yang timbul karena masalah hubungan sosial atau hubungan interpersonal yang mempertalikan seseorang dengan yang lainnya. Sebab itu, bahasa manusia tidak hanya menyangkut masalah makna denotatif atau ideasional dan sebagainya.

Penggunaan konotasi sering dijumpai pada sebuah cerpen, pantun, lagu, atau beberapa karya seni lainnya. Hal itu juga bertujuan untuk memperindah sebuah kalimat ungkapan.

Contoh Konotasi

Berikut beberapa contoh kata konotasi dalam sebuah kalimat.

  • Usai berkunjung ke rumah Pak RT, Rani seketika jadi buah bibir di kampungnya. Buah bibir bermakna bahan pembicaraan.
  • Dia cenderung keras kepala dan menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Keras kepala bermakna tidak mau menuruti nasihat orang lain.
  • Pak Anto menjadi tangan kanan polisi untuk membantu memecahkan kasus pembunuhan. Tangan kanan bermakna orang kepercayaan.
  • Putri merupakan anak emas di keluarganya. Anak emas bermakna anak yang paling disayang.
  • Dengan berat hati, bos memecat Ihwan karena kesalahan fatal yang dilakukannya. Berat hati bermakna tidak tega.
  • Pelaku begal sudah dijebloskan ke dalam jeruji besi. Jeruji besi bermakna penjara.
  • Kau harus bisa berlapang dada. Berlapang dada bermakna menerima dengan tabah.
  • Dia menjadi anak sebatang kara. Sebatang kara bermakna tidak mempunyai sanak saudara.
  • Ayah membawa banyak sekali buah tangan. Buah tangan bermakna oleh-oleh.
  • Putri dikenal sebagai anak kutu buku di sekolahnya. Kutu buku bermakna orang yang suka membaca buku.
  • Para tikus kantor seharusnya tidak diberi hukuman ringan. Tikus kantor bermakna koruptor.
  • Para buruh merasa perusahaan tempat mereka bekerja hanya menjadikan mereka sebagai sapi perah belaka. 'Sapi perah' bermakna orang yang dimanfaatkan oleh orang lain demi sebuah keuntungan.
  • Pejabat tersebut mencari kambing hitam untuk mempertahankan jabatannya. 'Kambing hitam' bermakna orang yang disalahkan.
  • Di masa pandemi, banyak pedagang yang terpaksa gulung tikar. Gulung tikar bermakna bangkrut.
  • Naufal memutuskan gantung raket. Gantung raket dalam olahraga bulu tangkis bermakna berhenti atau pensiun.

Konotasi dalam Semiotika

Kode semik atau kode konotatif menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Konotasi kata atau frase tertentu dalam teks dapat dikelompokan dengan konotasi kata atau frase yang mirip. Jika kita melihat satu kumplan satuan konotasi, kita menemukan suatu tema di dalam cerita.

Mengutip buku "Semiotika Komunikasi" oleh Alex Sobur, seorang pemikir strukturalis, Roland Barthes menambahkan satu area penting dalam studinya tentang tanda, yaitu peran pembaca. Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi.

Dalam konteks Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.

Menurut Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai 'mitos', dan berfungsi untuk mengungkapkan dan  memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.