Mengenal Teori Belajar Behaviorisme, Pembelajaran Berfokus pada Hasil

Unsplash
Teori Belajar Behaviorisme
Penulis: Agung Jatmiko
4/1/2024, 18.28 WIB

Teori belajar behaviorisme merupakan salah satu pendekatan dalam psikologi, yang menekankan pengukuran secara objektif atas perilaku suatu individu. Dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Ivan Pavlov, John B. Watson, dan B.F. Skinner, teori ini memandang bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi langsung dengan lingkungan.

Pada dasarnya, teori belajar behaviorisme mengajukan bahwa perilaku manusia adalah hasil dari pembentukan melalui pengalaman dan respons terhadap stimulus di lingkungan sekitar.

Teori ini menolak ide proses mental internal yang sulit diukur, dan lebih memusatkan perhatian pada observasi perilaku yang dapat diamati secara langsung. Dengan kata lain, perilaku yang dapat diukur dan diamati, merupakan fokus utama dalam teori belajar behaviorisme.

Dalam konteks pendidikan, teori belajar behaviorisme memiliki implikasi besar. Guru dan pengajar dapat menggunakan prinsip-prinsip yang tertuang dalam teori ini, untuk merancang strategi pengajaran yang berfokus pada penguatan positif, pengembangan asosiasi positif terhadap materi pembelajaran, dan penggunaan umpan balik yang dapat merangsang pembentukan perilaku yang diinginkan.

Berikut ini ulasan mengenai pengertian, ciri-ciri, dan pengaruh teori belajar behaviorisme terhadap pendidikan modern.

Teori Belajar Behaviorisme (Freepik)

Pengertian Teori Belajar Behaviorisme

Teori belajar behaviorisme adalah pendekatan dalam psikologi yang menekankan pada studi perilaku yang dapat diobservasi dan diukur secara objektif. Teori ini berpendapat bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi langsung antara individu dan lingkungannya.

Fokus utama dari teori belajar behaviorisme adalah pada respons yang teramati dan perilaku yang dapat diukur. Sementara, aspek-aspek internal seperti pemikiran dan perasaan, diabaikan atau dianggap tidak dapat diukur secara langsung.

Pavlov, dengan eksperimennya pada anjing, menyumbangkan konsep kondisioning klasik, yang menunjukkan bagaimana respons refleks dapat diasosiasikan dengan stimulus tertentu.

Watson, dengan pendekatannya yang lebih luas, menyatakan bahwa manusia lahir dengan kondisi "tabula rasa" atau "lembar kosong", dan segala bentuk perilaku dapat dipelajari melalui stimulus-respons yang diobservasi.

Sementara, Skinner mengembangkan konsep kondisioning operant, dimana perilaku sukarela dihasilkan atau dihentikan melalui penguatan atau penghukuman. Dalam teori belajar behaviorisme, penguatan positif atau negatif digunakan untuk memperkuat atau mengurangi kemungkinan perilaku tertentu.

Ciri-ciri Teori Belajar Behaviorisme

Teori belajar behaviorisme memiliki beberapa ciri-ciri utama, antara lain sebagai berikut:

1. Perilaku yang Teramati

Teori belajar behaviorisme menekankan perilaku yang dapat diamati dan diukur. Pendekatan ini tidak memasukkan proses mental internal, seperti pikiran dan perasaan, dalam analisis pembelajaran.

2. Pengaruh Lingkungan

Teori belajar behaviorisme menyatakan bahwa lingkungan memainkan peran kunci dalam membentuk perilaku. Individu belajar melalui interaksi dengan stimulus di sekitarnya, dan respons yang muncul adalah hasil dari pengalaman tersebut.

3. Pentingnya Penguatan

Penguatan, baik positif maupun negatif, menjadi salah satu ciri-ciri utama teori belajar behaviorisme. Sebab, memiliki peran sentral dalam pembentukan dan pemeliharaan perilaku. Penguatan positif meningkatkan kemungkinan suatu perilaku terulang, sementara penguatan negatif mengurangi kemungkinan perilaku terulang.

4. Penggunaan Penghukuman

Selain penguatan, penghukuman juga digunakan dalam teori belajar  behaviorisme untuk mengurangi kemungkinan suatu perilaku. Penghukuman dapat berupa konsekuensi yang tidak menyenangkan setelah perilaku yang tidak diinginkan.

5. Asosiasi Stimulus-Respons

Teori belajar behaviorisme menekankan pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons. Kondisioning klasik dan kondisioning operant adalah contoh bagaimana stimulus tertentu dapat dihubungkan dengan respons tertentu.

Tahapan Teori Belajar Behaviorisme

Teori belajar behaviorisme melibatkan beberapa tahapan yang menunjukkan bagaimana individu memperoleh dan memperkuat perilaku tertentu. Beberapa tahapan, yang dimaksud, adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan Stimulus

Pada tahap awal teori belajar behaviorisme, stimulus yang dapat memicu respons tertentu dipilih. Contohnya adalah eksperimen Pavlov dengan anjing, dimana bel berbunyi bersamaan dengan pemberian makanan sehingga anjing mulai mengaitkan bunyi bel dengan makanan.

2. Respon Awal

Setelah pemilihan stimulus, individu menunjukkan respons awal terhadap stimulus tersebut. Respons ini dapat bersifat refleks atau sukarela, tergantung pada jenis kondisioning yang terlibat.

3. Penguatan atau Penghukuman

Tahap selanjutnya dalam teori belajar behaviorisme, penguatan atau penghukuman diberikan setelah respon awal. Penguatan positif meningkatkan kemungkinan respon terulang, sementara penghukuman dapat mengurangi kemungkinan tersebut.

Teori Belajar Behaviorisme (Freepik)

4. Generalisasi dan Diskriminasi

Generalisasi terjadi ketika respons yang dipelajari diaplikasikan pada stimulus yang mirip. Sebagai contoh, anak yang belajar takut pada anjing kemungkinan juga akan takut pada kucing atau hewan peliharaan lainnya. Di sisi lain, diskriminasi mengacu pada kemampuan untuk membedakan antara stimulus yang berbeda.

5. Ekstinsi dan Pemeliharaan

Jika stimulus-respons tidak lagi dikaitkan, terjadi ekstinsi, yaitu perlahan-lahan hilangnya respons. Pemeliharaan perilaku terjadi jika penguatan atau penghukuman terus diberikan untuk mempertahankan respons.

Pengaruh Teori Belajar Behaviorisme terhadap Dunia Pendidikan Modern

Teori belajar behaviorisme telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap dunia pendidikan modern. Beberapa pengaruh utamanya, antara lain:

1. Metode Pengajaran yang Terfokus pada Hasil

Pendekatan dalam teori belajar behaviorisme menekankan pengukuran perilaku yang dapat diobservasi dan diukur secara objektif. Dalam dunia pendidikan modern, ini mencerminkan penerapan metode pengajaran yang berorientasi pada hasil dan pengukuran kinerja siswa.

2. Pengembangan Sistem Penguatan dalam Pendidikan

Konsep penguatan dari teori belajar behaviorisme diterapkan dalam pembelajaran dan pengajaran. Penguatan positif, seperti pujian dan penghargaan, digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa, sementara penghukuman lebih bersifat korektif daripada hukuman.

3. Desain Kurikulum yang Terukur

Pendekatan dalam teori belajar behaviorisme memandang kurikulum sebagai alat untuk membentuk perilaku yang diinginkan. Dalam dunia pendidikan modern, desain kurikulum sering kali didasarkan pada tujuan pembelajaran yang dapat diukur, memastikan bahwa siswa mencapai hasil tertentu.

4. Teknologi dalam Pendidikan

Kemajuan teknologi dalam pendidikan, seperti penggunaan perangkat lunak pembelajaran dan platform e-learning, mencerminkan pengaruh behaviorisme. Program komputer yang memberikan penguatan positif untuk jawaban yang benar, atau memberikan umpan balik instan, menciptakan lingkungan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip dalam teori belajar behaviorisme.

Teori Belajar Behaviorisme (Freepik)

5. Peran Guru sebagai Fasilitator Pembelajaran

Dalam pendekatan teori belajar behaviorisme, guru berperan sebagai pengatur stimulus dan pemberi penguatan atau penghukuman. Meskipun peran guru telah berkembang menjadi fasilitator pembelajaran dalam pendekatan yang lebih modern, namun konsep tersebut masih dapat ditemukan dalam pendekatan behaviorisme.

6. Pentingnya Pengembangan Keterampilan Sosial

Teori belajar behaviorisme menekankan pentingnya pembelajaran melalui interaksi dengan lingkungan. Dalam pendidikan modern, ini mencerminkan pentingnya pengembangan keterampilan sosial dan kerja sama melalui kegiatan kelompok dan proyek kolaboratif.

7. Penerapan Prinsip Kondisioning dalam Pengelolaan Kelas

Konsep kondisioning operant dari B.F. Skinner dalam teori belajar behaviorisme, yang melibatkan penguatan dan penghukuman, dapat diterapkan dalam pengelolaan kelas untuk membentuk perilaku siswa. Strategi ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang terstruktur dan efektif.

Itulah ulasan mengenai teori belajar behaviorisme, yang memiliki implikasi besar terhadap dunia pendidikan modern. Prinsip-prinsipnya telah membentuk metode pengajaran, desain kurikulum, peran guru, dan bahkan integrasi teknologi dalam pembelajaran.

Meskipun ada pendekatan belajar lainnya yang juga diperhitungkan, teori belajar behaviorisme tetap menjadi fondasi penting dalam pemahaman dan implementasi praktik pendidikan.