Hidrogen Hijau, Definisi, Aspek Penting, dan Tantangan Pengembangannya

World Bank
Hidrogen Hijau
Penulis: Agung Jatmiko
14/2/2024, 09.00 WIB

Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, kebutuhan akan solusi energi bersih semakin mendesak. Hidrogen hijau atau green hydrogen, yakni hidrogen yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan, menjadi sorotan utama dalam upaya untuk mengurangi jejak karbon dan mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon.

Eksplorasi green hydrogen menjadi semakin penting seiring dengan kebutuhan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan meningkatkan ketahanan energi. Proses produksinya, yang menggunakan sumber energi terbarukan seperti matahari dan angin, menawarkan potensi besar dalam mereduksi emisi karbon serta menyediakan sumber energi yang bersih dan aman.

Hidrogen hijau tak hanya sekadar konsep, namun sebuah visi yang dapat mengubah cara dunia menggunakan dan memproduksi energi. Dengan dukungan teknologi terbarukan yang semakin matang dan kesadaran global akan perlunya beralih ke sumber energi bersih, green hydrogen memiliki potensi untuk menjadi tulang punggung sistem energi masa depan.

Nah, apa sebenarnya yang dimaksud dengan green hydrogen ini, terkait dengan definisi dan aspek penting di dalamnya, serta tantangan pengembangan yang dihadapi? Simak ulasan singkat berikut ini.

Definisi Hidrogen Hijau

Green hydrogen adalah hidrogen yang diproduksi menggunakan sumber energi terbarukan, seperti tenaga angin atau matahari, untuk mengelektrolisis air.

Elektrolisis adalah proses pemisahan molekul air (H2O) menjadi hidrogen (H2) dan oksigen (O2), dengan menggunakan arus listrik. Ketika proses ini didukung oleh energi terbarukan, hidrogen yang dihasilkan dianggap "hijau" karena tidak menghasilkan karbon dioksida (CO2) atau emisi gas rumah kaca lainnya.

Produksi hidrogen hijau biasanya melibatkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Elektrolisis

Air dipecah menjadi hidrogen dan oksigen menggunakan listrik. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai metode elektrolisis, seperti elektrolisis basa, elektrolisis membran penukar proton (proton exchange membrane/PEM), atau sel elektrolisis oksida padat.

2. Sumber Energi Terbarukan

Listrik yang digunakan untuk elektrolisis bersumber dari sistem energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga angin atau panel surya. Hal ini memastikan bahwa proses tersebut ramah lingkungan dan tidak berkontribusi terhadap emisi karbon.

3. Pemurnian Hidrogen

Hidrogen yang dihasilkan dalam proses elektrolisis mungkin mengandung kotoran dan harus dimurnikan untuk memenuhi standar kualitas yang disyaratkan untuk berbagai aplikasi.

Hidrogen hijau telah mendapatkan perhatian yang signifikan sebagai potensi pembawa energi ramah lingkungan karena dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk berbagai aplikasi, termasuk transportasi, industri, dan pembangkit listrik, tanpa mengeluarkan gas rumah kaca saat dikonsumsi.

Teknologi ini berpotensi memainkan peran penting dalam dekarbonisasi sektor-sektor yang sulit untuk dialiri listrik secara langsung, seperti industri berat dan transportasi jarak jauh.

Hidrogen hijau mendapat perhatian global pada awal abad ke-21, dengan meningkatnya penekanan pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan peralihan ke sumber energi terbarukan. Namun, baru pada pertengahan dekade 2010-an hidrogen ramah lingkungan mulai mendapatkan daya tarik dan perhatian yang signifikan dalam skala global.

Negara-negara di seluruh dunia mulai mengumumkan strategi dan inisiatif hidrogen yang ambisius, untuk mempromosikan pengembangan dan penerapan teknologi hidrogen, dengan fokus khusus pada hidrogen ramah lingkungan yang dihasilkan dari sumber terbarukan. Ini semakin meningkatkan profil green hydrogen di panggung global.

Aspek Penting Hidrogen Hijau

Aspek penting dari hidrogen ramah lingkungan terletak pada potensinya untuk mendekarbonisasi sektor-sektor yang sulit untuk dialiri listrik secara langsung, seperti industri berat, transportasi jarak jauh, dan proses industri tertentu.

Berikut ini adalah beberapa aspek utama yang menjadikan hidrogen hijau penting dalam konteks keberlanjutan dan dekarbonisasi.

1. Netralitas Karbon

Hidrogen hijau diproduksi menggunakan sumber energi terbarukan, seperti tenaga angin atau matahari, dalam proses elektrolisis. Artinya, proses produksinya tidak mengeluarkan gas rumah kaca, sehingga menjadikan hidrogen hijau sebagai bahan bakar netral karbon saat dikonsumsi.

2. Penyimpanan Energi

Hidrogen dapat berfungsi sebagai bentuk penyimpanan energi, sehingga kelebihan energi terbarukan yang dihasilkan selama periode permintaan rendah dapat disimpan dan kemudian diubah kembali menjadi listrik atau digunakan langsung sebagai bahan bakar ketika permintaan tinggi. Ini membantu mengatasi terputus-putusnya sumber energi terbarukan seperti tenaga angin dan surya.

3. Keserbagunaan

Hidrogen dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk berbagai aplikasi, termasuk transportasi seperti kendaraan sel bahan bakar, pemanas, pembangkit listrik melalui sel bahan bakar hidrogen, dan proses industri. Keserbagunaannya menjadikannya pembawa energi berharga yang dapat menggantikan bahan bakar fosil di berbagai sektor.

4. Dekarbonisasi Industri

Industri seperti produksi baja, semen, dan bahan kimia saat ini sangat bergantung pada bahan bakar fosil untuk menghasilkan panas dan reaksi kimia. Hidrogen hijau dapat digunakan sebagai alternatif ramah lingkungan untuk menggantikan bahan bakar fosil, sehingga mengurangi emisi karbon dari industri-industri tersebut.

5. Transportasi

Hidrogen ramah lingkungan dapat memainkan peran penting dalam dekarbonisasi sektor transportasi, khususnya kendaraan berat dan jarak jauh di mana elektrifikasi mungkin sulit dilakukan karena keterbatasan teknologi baterai atau waktu pengisian bahan bakar yang lama.

Kendaraan sel bahan bakar hidrogen menawarkan alternatif tanpa emisi, dengan jangkauan lebih jauh dan waktu pengisian bahan bakar lebih cepat dibandingkan kendaraan listrik baterai.

Secara keseluruhan, aspek penting dari hidrogen hijau terletak pada potensinya untuk memungkinkan transisi menuju ekonomi rendah karbon dengan menyediakan pembawa energi yang bersih dan serbaguna yang dapat membantu dekarbonisasi sektor-sektor yang sulit dikurangi dan memfasilitasi integrasi sumber energi terbarukan ke dalam berbagai sektor.

Hambatan Pengembangan Hidrogen Ramah Lingkungan

Meskipun hidrogen ramah lingkungan menjanjikan dekarbonisasi di berbagai sektor, penerapannya secara luas menghadapi beberapa hambatan, antara lain:

1. Biaya

Saat ini, produksi hidrogen hijau lebih mahal dibandingkan hidrogen yang dihasilkan dari bahan bakar fosil, terutama karena tingginya biaya energi terbarukan dan teknologi elektrolisis.

Insentif ekonomi dan kebijakan yang mendukung diperlukan untuk mengurangi biaya produksi hidrogen ramah lingkungan dan menjadikannya kompetitif dengan hidrogen konvensional.

2. Infrastruktur

Membangun infrastruktur hidrogen, termasuk fasilitas produksi, penyimpanan, transportasi, dan stasiun pengisian bahan bakar, memerlukan investasi yang besar. Kurangnya infrastruktur menjadi hambatan bagi meluasnya penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar, khususnya untuk aplikasi transportasi.

3. Skala dan Efisiensi

Peningkatan fasilitas produksi hidrogen hijau sangat penting untuk mencapai pengurangan biaya melalui skala ekonomi. Namun, teknologi elektrolisis memerlukan kemajuan lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi konsumsi energi, yang akan membuat produksi skala besar lebih ekonomis.

4. Intensitas Energi

Elektrolisis, proses yang digunakan untuk menghasilkan hidrogen dari air, memerlukan banyak energi dan memerlukan listrik dalam jumlah besar. Akibatnya, penggunaan hidrogen hijau secara luas dapat menimbulkan kebutuhan tambahan terhadap sumber daya energi terbarukan, yang berpotensi membebani jaringan listrik jika tidak dikelola dengan baik.

5. Tantangan Teknologi

Ada tantangan teknis yang terkait dengan penyimpanan dan transportasi hidrogen. Hidrogen memiliki kepadatan energi berdasarkan volume yang rendah, sehingga memerlukan kompresi atau pencairan untuk penyimpanan dan transportasi yang efisien, sehingga menambah kompleksitas dan biaya pada rantai pasokan hidrogen.

6. Kerangka Kebijakan dan Peraturan

Kurangnya kebijakan dan peraturan yang konsisten dan mendukung dapat menghambat investasi dalam proyek hidrogen ramah lingkungan. Kerangka kebijakan yang jelas, termasuk insentif, subsidi, mekanisme dan standar penetapan harga karbon, diperlukan untuk merangsang investasi dan mendorong penyerapan pasar.

7. Persepsi dan Penerimaan Masyarakat

Kesadaran dan penerimaan masyarakat terhadap teknologi hidrogen, khususnya masalah keselamatan terkait penanganan, penyimpanan, dan transportasi hidrogen, dapat mempengaruhi laju penerapan dan investasi dalam proyek hidrogen ramah lingkungan.

Untuk mengatasi hambatan-hambatan ini, diperlukan upaya terkoordinasi dari pemerintah, pemangku kepentingan industri, dan lembaga penelitian untuk memajukan teknologi hidrogen ramah lingkungan, menurunkan biaya, dan menciptakan lingkungan yang mendukung penerapannya secara luas sebagai solusi energi ramah lingkungan.

Menghadapi tantangan di masa depan, penting bagi komunitas global untuk terus berinvestasi dalam penelitian, pengembangan, dan infrastruktur, untuk memanfaatkan potensi penuh hidrogen ramah lingkungan. Melalui upaya terpadu dan kolaborasi lintas sektor, komunitas global dapat memanfaatkan kekuatan hidrogen hijau untuk membangun dunia yang lebih bersih, ramah lingkungan, dan berketahanan untuk generasi mendatang.