8 Cara Mendidik Anak Agar Tidak Menjadi Pelaku Bullying

ANTARA FOTO/Maulana Surya.
Siswa mengikuti aksi cap tangan saat deklarasi anti bullying di SMP Lazuardi Kamila Global Compassianote School (SCS) Solo, Jawa Tengah, Selasa (2/1/2024). Aksi yang juga diisi sosialisasi lawan perundungan tersebut untuk mencegah segala tindakan yang menimbulkan rasa takut, tertekan, dan sakit, baik secara fisik maupun non-fisik (bullying) bagi siswa.
Penulis: Nadhira Shafa
Editor: Safrezi
20/2/2024, 11.19 WIB

Bullying adalah perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Bullying bisa berupa kekerasan fisik, verbal, atau emosional yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang. Bullying bisa terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan sekolah. 

Anak-anak yang menjadi korban bullying bisa mengalami dampak negatif seperti stres, depresi, trauma, hingga bunuh diri. Namun, bagaimana dengan anak-anak yang menjadi pelaku bullying? Apa yang menyebabkan mereka melakukan hal tersebut? Dan bagaimana cara mendidik mereka agar tidak menjadi pembully?

Menurut para ahli, ada beberapa faktor yang bisa memicu anak menjadi pelaku bullying, seperti kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua, lingkungan keluarga yang tidak harmonis, pengaruh teman sebaya yang negatif, kurangnya pengetahuan dan empati tentang perbedaan, hingga rendahnya harga diri dan kepercayaan diri. 

Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting dalam mencegah dan mengatasi perilaku bullying pada anak. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying:

Cara Mendidik Anak Agar Tidak Menjadi Pelaku Bullying

Ilustrasi Bullying (Katadata)

1. Ajari Anak Tentang Bullying

Orang tua harus memberitahu anak tentang apa itu bullying dan dampak negatifnya terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Anak harus memahami bahwa bullying adalah perilaku yang salah dan tidak dapat ditolerir. 

Orang tua juga harus menetapkan aturan dan konsekuensi yang jelas jika anak melakukan bullying, baik di rumah maupun di sekolah. Selain itu, orang tua harus mengajarkan anak cara yang tepat untuk mengekspresikan emosi dan menyelesaikan konflik tanpa kekerasan.

2. Ajari Anak untuk Menghargai Perbedaan

Orang tua harus mengajarkan anak untuk menghargai perbedaan yang dimiliki setiap individu, baik itu perbedaan ras, agama, penampilan, kebutuhan khusus, jenis kelamin, atau status ekonomi. Orang tua harus memberikan contoh positif tentang bagaimana bersikap sopan dan ramah terhadap orang lain yang berbeda darinya. 

Orang tua juga bisa mengajak anak berinteraksi dengan anak-anak yang berbeda darinya, misalnya dengan mengunjungi panti asuhan, komunitas anak berkebutuhan khusus, atau sekolah inklusi.

3. Ajari Anak untuk Berempati

Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan memahami perasaan orang tersebut. Anak yang berempati tidak akan menyakiti orang lain, karena ia tahu bagaimana rasanya jika ia berada di posisi tersebut. 

Orang tua bisa mengembangkan empati anak dengan berbagai cara, seperti membacakan cerita yang mengandung pesan moral, mengajak anak berdonasi kepada korban bencana, atau memelihara hewan peliharaan.

Ilustrasi Bullying (Freepik)

4. Ajari Anak untuk Berkomunikasi dengan Baik

Orang tua harus mengajari anak untuk berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal. Anak harus belajar untuk mendengarkan, menghormati, dan menghargai pendapat orang lain, meskipun berbeda dengan pendapatnya. 

Anak juga harus belajar untuk mengungkapkan pendapat, keinginan, dan kebutuhan secara jelas, sopan, dan asertif, tanpa menyinggung atau menyerang orang lain.

5. Ajari Anak untuk Bertanggung Jawab

Orang tua harus mengajari anak untuk bertanggung jawab atas perbuatannya, baik yang baik maupun yang buruk. Anak harus belajar untuk mengakui kesalahan, meminta maaf, dan berusaha memperbaiki kesalahan tersebut. 

Orang tua juga harus mengajari anak untuk menerima kritik dan saran yang membangun, serta belajar dari pengalaman. Orang tua juga harus memberikan pujian dan penghargaan jika anak berperilaku baik dan melakukan hal yang benar.

6. Ajari Anak untuk Percaya Diri

Orang tua harus mengajari anak untuk percaya diri dengan dirinya sendiri, baik itu kemampuan, penampilan, maupun kepribadian. Anak yang percaya diri tidak akan merasa perlu untuk menurunkan harga diri orang lain untuk meningkatkan harga diri sendiri. 

Orang tua bisa meningkatkan kepercayaan diri anak dengan memberikan dukungan, motivasi, dan bimbingan yang positif. Orang tua juga bisa membantu anak menemukan bakat dan minatnya, serta memberikan kesempatan untuk mengembangkannya.

7. Ajari Anak untuk Bersikap Kooperatif

Orang tua harus mengajari anak untuk bersikap kooperatif dengan orang lain, baik itu keluarga, teman, maupun guru. Anak harus belajar untuk bekerja sama, berbagi, dan membantu orang lain dalam mencapai tujuan bersama. 

Orang tua bisa mengajak anak bermain atau melakukan kegiatan yang melibatkan kerjasama, seperti bermain puzzle, membuat kue, atau membersihkan rumah. Orang tua juga bisa mengajak anak bergabung dengan klub, organisasi, atau komunitas yang sesuai dengan minatnya.

8. Ajari Anak untuk Melawan Bullying

Orang tua harus mengajari anak untuk melawan bullying, baik yang dialami oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Anak harus belajar untuk berani mengatakan tidak, berhenti, atau pergi jika ia merasa terancam atau tidak nyaman dengan perilaku orang lain. 

Anak juga harus belajar untuk melaporkan kejadian bullying kepada orang tua, guru, atau orang dewasa yang dipercaya. Orang tua juga harus mengajari anak untuk menjadi teman yang baik, yang mendukung, melindungi, dan menolong korban bullying.

Demikian informasi mengenai beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mendidik anak agar tidak menjadi pelaku bullying. Semoga bermanfaat bagi Anda.