3 Contoh Teks Drama Tentang Bullying yang Sarat Pesan Moral

ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/Spt.
Seorang mahasiswi memainkan wayang bertema stop perundungan saat peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia di Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (10/10/2023). Kegiatan yang diselenggarakan mahasiswa jurusan psikologi dari sejumlah universitas tersebut guna mengkampanyekan stop perundungan atau bullying.
Penulis: Ghina Aulia
Editor: Safrezi
23/2/2024, 16.26 WIB

Bullying atau perundungan merupakan tindakan tidak wajar yang dilakukan oleh pihak dominan terdapat pihak yang terintimidasi. Belakangan itu, bullying menjadi buah bibir karena rentan terjadi di sekolah.

Tindakan ini dapat mempengaruhi psikis korban untuk dan menyebabkan dampak yang berkelanjutan. Misalnya susah bersosialisasi dan tidak bisa melawan, meski untuk membela kebenaran.

Maka dari itu, bullying perlu diberantas untuk keamanan anak-anak. Termasuk mencegah pelaku, meningkatkan kesadaran, atau tindakan yang tepat ketika menjadi korban.

Salah satu caranya bisa dilakukan dengan pertunjukkan drama di kelas atau sekedar membaca teks drama tentang bullying yang akan dibahas setelah ini. Berhasil dirangkum dari berbagai sumber, berikut lengkapnya.

Contoh Teks Drama Tentang Bullying

1. Menghentikan Bullying

Pemeran:

Mawar (korban bullying)
Dudung (pelaku bullying)
Alya(teman Mawar)
Farhan (teman Dudung)
Ibu Dewi (guru Mawar, Alya, Dudung, dan Farhan)
Orang tua Mawar
Orang tua Dudung

Mawar merupakan siswi berbakat dan pendiam, telah menjadi target bullying oleh Dudung, seorang siswa yang suka menjahili teman-temannya. Cerita ini menggambarkan perjuangan Mawar untuk mengakhiri bullying.

Adegan 1

(Mawar sedang berjalan sendirian di koridor sekolah, tiba-tiba Dudung dan Farhan mendekatinya)
Dudung: (Mengejek) Hei, Mawar, mengapa kamu selalu sendirian? Apa kamu tidak punya teman?

Farhan: (Tertawa) Iya, Mawar, kamu memang aneh.

(Mawar merasa terluka dan pergi dengan cepat)

Adegan 2

(Mawar duduk di perpustakaan, Alya mendekatinya)

Alya: (Ramah) Hai, Mawar, apa kabar?

Mawar: (Dengan ragu) Hai, Alya. Aku baik-baik saja.

Alya: (Perhatian) Aku tahu tentang Dudung dan Farhan. Jangan biarkan mereka mengganggumu. Aku ada di sini untukmu.

Adegan 3

(Ibu Dewi mendeteksi ketidaknyamanan Mawar dan Alya)

Ibu Dewi: (prihatin) Apa yang terjadi, Mawar? Apakah semuanya baik-baik saja?

Mawar: (berbicara dengan ragu) Guru, saya sering dibully oleh Dudung dan Farhan.

Ibu Dewi: (serius) Kami akan mengatasi ini bersama. Kami tidak boleh mentolerir perilaku seperti ini di sekolah kita.

Adegan 4

(Orang tua Mawar mengunjungi sekolah setelah mendengar tentang masalahnya)

Orang Tua Mawar: (khawatir) Ibu Dewi, apa yang bisa kami lakukan untuk membantu Mawar?

Ibu Dewi: (menghibur) Mari kita bekerja sama untuk menghentikan bullying ini. Pertama-tama, kita perlu berbicara dengan orang tua Dudung.

Adegan 5

(Orang tua Dudung datang ke sekolah untuk berbicara dengan guru dan orang tua Mawar)

Ibu Dewi: (tegas) Perilaku Dudung sangat tidak bisa diterima. Kami perlu bekerja sama untuk mengubahnya.

Orang Tua Dudung: (malu) Kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi masalah ini.

Adegan 6

(Dudung mulai berubah setelah berbicara dengan orang tuanya, ia meminta maaf pada Mawar)

Dudung: (menghampiri Mawar) Mawar, aku minta maaf atas semua yang telah kulakukan. Aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi.

Mawar: (lembut) Terima kasih, Dudung. Semua orang bisa berubah.

Epilog

Drama ini menunjukkan betapa pentingnya kerjasama dan perubahan sikap untuk mengakhiri bullying di sekolah dan mendorong persahabatan dan pemahaman.

2. Dikira Cupu, Ternyata Suhu

Pemeran:

Dendy
Alfan
Tomy
Rino
Toby
Pak Bagus

Dendy: Heh, sini kamu…

Alfan: Ada apa Den?

Dendy: Aku nggak mau tahu pokoknya kamu harus kerjain PR-ku

Alfan: Gak, aku gak mau.

Dendy: Apa? Sekarang kamu sudah berani melawanku, ya? Oke! Kalau memang itu memang maumu. Bro, sini kita kasih pelajaran anak ini!

Tomy, Rino, dan Tobi berjalan mendekat. Ketiga anak ini kemudian merampas tas milik Alfan dan mengeluarkan isinya.

Tomy: Wah, aku dapat sarapan nih. Kamu mau Rin?

Rino: Kebetulan Tom. Aku sama sekali belum makan. Kira-kira apa lauknya?

Tomy: Tahu dan tempe goreng, Rin. Kamu mau?

Rino: Ah, mana enak sarapan pakai tahu dan tempe. Buang saja Tom.

Tomy kemudian menumpahkan bekal yang dibawa Alfan

Tomy: Yah, bekalnya jatuh.

Toby: Eh, teman-teman. Lihat ini yang kutemukan. Isinya apa ya?

Toby kemudian membuka sebuah amplop surat berwarna coklat. Setelah dibuka isinya ternyata uang dengan nominal yang lumayan. Uang ini rencananya digunakan Alfan untuk membayar biaya pengobatan neneknya yang saat ini dirawat di rumah sakit.

Dendy: Wah, banyak juga uang si cupu ini. Ayo kita ambil uangnya. Dengan uang sebanyak itu kita pasti bisa foya-foya.

Toby: Betul, bro. Kita bisa makan enak dan minum enak.

Alfan: Tolong jangan uang ambil uang itu.

Toby: Kenapa memangnya? Kamu tidak terima? Sini ambil sendiri? Lawan kami kalau berani!

Kesabaran Alfan sudah benar-benar habis. Hampir setiap hari Alfan mengalami perlakuan semacam ini.

Tomy: Kamu berani lawan kami? (Sambil menoyor kepala Alfan)

Dendy: Coba kamu tadi mau kusuruh ngerjain PR-ku. Pasti kamu tidak akan mengalami kejadian ini.

Alfan: Kalian benar-benar biadab..

Tiba-tiba Alfan mengamuk. Alfan yang dikeroyok Dendy dan teman-temannya ini menggunakan apa saja untuk melawan mereka yang membullynya. Alfan yang sudah gelap mata mengambil kursi dan memukulkan pada Dendy.

Tomy: Bro, cepat tolong Dendy. Dia bisa mati kalau tidak ditolong. Si cupu Alfan sudah kesetanan.

Toby: Mana aku berani. Aku kira si cupu ini lemah. Ternyata di itu suhu.

Rino: Kalau kalian tidak berani. Biar aku saja yang maju.

Baru saja Rino maju beberapa langkah. Sebuah bogem mentah mendarat di pelipis matanya hingga pecah dan darah pun mengalir seketika. Dan Rino pun tumbang.

Alfan: Sekarang tinggal kalian berdua. Cepat kalian maju. Ayo maju kalian berdua.

Tomy: Maafkan kami, Fan. Kami tidak berani.

Toby: Iya, Fan. Sebenarnya kami terpaksa membully kamu. Soalnya kalau kami tidak mengikuti apa yang Dendy perintahkan. Dia akan ganggu kami terus.

Keributan pagi itu mengundang perhatian teman-teman lain. Pak Bagus guru yang baru saja tiba segera menghentikan Alfan.

Pak Bagus: Sudah, Fan. Sudah. Mengapa kamu jadi seperti ini?

Alfan: Bukan saya yang memulai, Pak. Mereka ini membully saya.

Pak Bagus: Sudah…sudah…. kalian yang terlibat keributan ini semuanya ke kantor.

Alfan, Rino, Dendy, Tomy, dan Tobi berjalan ke kantor guru. Di sana mereka dimintai keterangan. Dendy Cs semula berbohong. Tetapi, tanpa mereka sadari rekaman CCTV mengungkap segalanya. Jadilah Dendy CS di skors beberapa hari.

Tomy: Hari ini enaknya ngerjain siapa ya?

Tino: Bagaimana kalau kita kerjain anak baru.

Alfin: Anak baru yang mana, nih? Yang pakai kacamata atau yang satunya?

Tino: Jelas yang pakai kacamatalah. Kalau yang satunya cari mati namanya?

Tomy: Memangnya kalau yang satunya kenapa?

Tino: Kalau yang satunya, selain badannya tinggi besar. Dia punya sabuk hitam karate dan kakaknya seorang polisi. Kalau kita bully dia. Kalian tahu sendiri akibatnya. Kalau cari aman yang kita bully yang pakai kacamata saja. Soalnya kelihatannya anak itu lemah.

Tomy: Baik. Nanti waktu istirahat kita palak dan kita bully dia. Oh, iya siapa nama anak itu?

Tino: Bimo nama anak itu.

Waktu istirahat pun tiba. Saat itu Bimo yang akan pergi ke kantin dicegat oleh Tomy CS.

Tomy: Mau ke kantin nih?

Bimo: Iya, aku mau ke kantin. Kenapa memangnya?

Tino: Ah, jangan ke kantin. Mending di sini saja main-main sama kita.

Bimo: Aku sudah lapar. Aku mau beli makan di kantin.

Tiba-tiba Alfin mengambil dompet Bimo. Namun, Bimo yang sigap segera memegang tangan Alfin.

Bimo: Apa-apaan ini? Kamu mau merampas dompetku.

Melihat tangan temannya di pelintir. Marahlah Tomy CS.

Tomy: Kamu anak baru jangan belagu. Lepaskan tangan teman kami. Kalau tidak….

Bimo: Memangnya kenapa kalau tidak?

Tomy: Kalau tidak menuruti permintaan kami, akan panjang urusannya.

Tino: Wah, si cupu main-main.

Alfin: Habis kau… kau belum tahu siapa kami.

Bimo: Memangnya siapa kalian

Romi: Asal kau tahu. Kami yang pegang sekolah ini. Di sekolah ini tidak ada yang berani sama kami.

Sesudah itu Romi memberikan instruksi kepada teman-temannya untuk memberi pelajaran kepada Bimo.

Tino: Kalau berani jangan di sini. Ikut kami ke belakang sekolah

Akhirnya Bimo mengikuti Romi CS ke belakang sekolah. Bertepatan saat itu Dimas, siswa baru yang berbadan besar melihat Bimo mengikuti Romi CS. Diam-diam Dimas mengikuti mereka.

Romi: Habis sekarang kau anak cupu

Tino: Sebentar lagi kamu tahu rasanya telah berani macam-macam kepada kami

Alfin: Sekarang kamu pasti menyesal karena telah melawan kami.

Romi: Teman-teman ayo beri pelajaran anak kurang ajar ini.

Bimo: Kalau kalian jantan. maju satu-satu jangan keroyokan

Romi: Jangan pedulikan yang dia katakan. Ayo kita habisi dia.

Sesaat kemudian terjadilah perkelahian. Romi dan kawan-kawan merasa di atas angin karena jumlah mereka lebih banyak. Tapi, mereka salah perhitungan. Meski hanya seorang diri tetapi Bimo ternyata pandai bela diri

Tino: Aduh (sebuah pukulan mendarat di wajah Tino)

Romi: Kurang ajar. Ternyata si cupu ini hebat juga.

Tiba-tiba Dimas muncul dan ingin membantu Bimo.

Dimas: Bimo…..

Bimo menoleh dan kemudian tersenyum

Bimo: Kamu nggak perlu ikut campur Dim. Aku saja sudah cukup.

Dimas: Baiklah, kalau begitu aku nonton saja.

Dalam perkelahian itu Bimo keluar sebagai pemenangnya. Sementara Romi Cs kalah semuanya. Bahkan mereka meminta ampun kepada Bimo.

Bimo: Kalau lain hari aku dengar kalian membully siswa lain atau memalak lagi. Kalian akan kembali berhadapan denganku.

Romi: Ampun….ampun kami tidak akan mengulanginya lagi. Kami janji.

3. Bangkit Melawan Penindasan di Sekolah

Pemeran:

Sinta (korban bullying)
Agnes (pelaku bullying)
Johan (teman Sinta)
Dani (teman Agnes)
Kepala sekolah

Adegan 1

Sinta sedang duduk sendirian di meja belajar ketika Agnes dan Dani mendekatinya.

Agnes: Hei, kamu, mengapa kamu duduk sendirian di sini? (Agnes tertawa sinis).

Sinta: (terlihat takut) Maafkan saya, saya tidak bermaksud mengganggu siapa pun.

Agnes: (mengerling pada Dani) Kamu melihat ini? Dia tidak punya teman. Kita harus memberinya pengalaman sosial yang bagus.

Dani: (menyetujui) Benar, kita harus memberinya pengalaman sosial yang tak terlupakan.

Adegan 2

Sinta sedang duduk di lantai, sementara Agnes dan Dani sedang berdiri di atasnya, sambil menertawakannya.

Sinta: (menangis) Maafkan saya, tolong berhenti.

Agnes: Kenapa, kamu tidak suka? Kita hanya bercanda kok. Jadi tidak usah baperan begitu.

Sinta: (berusaha bangkit) Saya tidak ingin main dengan kalian lagi.

Dani: (menjulurkan lidah) Oh, jangan berpikir bahwa kamu bisa memilih dengan siapa kamu bermain atau tidak.

Adegan 3

Tiba-tiba Johan datang menghampiri Sinta, Agnes, dan Dani. Johan terkejut melihat Sinta menangis.

Johan: Agnes, Dani berhenti!!! Kalian tahu perbuatan kalian kepada Sinta termasuk bullying. Itu tidak benar.

Agnes: (Merespon dengan sinis) Apa urusanmu? Kamu siapa? kami bisa melakukan apa pun yang kami inginkan.

Johan: Tidak, kalian tidak boleh melakukan tindakan bullying terhadap siapa pun. Ini adalah masalah serius.

Dani: (Marah) Siapa yang mengangkatmu menjadi penjaga moral kami? Kamu tidak punya hak untuk berkata begitu.

Johan: Kalau kalian tidak berhenti, saya akan melaporkan kalian ke guru dan kepala sekolah. Kalian harus bertanggung jawab atas tindakan kalian.

Dani: (Menimpali) Ya, kalau kamu laporkan kami, kami akan membalasnya.

Johan: (Berani) Saya tidak takut dengan ancaman kalian. Kalian harus berhenti melakukan tindakan bullying terhadap Sinta. Ini adalah tindakan yang salah dan tidak etis.

Adegan 4

Setelah dilaporkan ke guru dan kepala sekolah, tindakan bullying yang dilakukan Agnes dan Dani dihentikan.
Kepala Sekolah: Agnes dan Dani, tindakan bullying yang kalian lakukan sangat salah dan tidak etis. Kalian harus bertanggung jawab atas tindakan kalian dan diberikan sanksi sebagai bentuk hukuman.

Agnes: (merasa menyesal) Saya minta maaf kepada Sinta atas tindakan saya yang tidak terpuji. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan saya.

Dani: (merasa menyesal) Saya juga minta maaf kepada Sinta atas tindakan saya yang tidak terpuji. Saya berjanji tidak akan melakukan tindakan bullying lagi di masa depan.

Epilog

Dalam drama ini, kita melihat bagaimana tindakan bullying dapat mempengaruhi mental seseorang. Kita juga belajar bahwa tindakan bullying harus dihentikan dan pelakunya harus bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Itulah kumpulan teks drama tentang bullying yang bisa dijadikan referensi. Masing-masing menyimpan pesan moral mendalam untuk tidak melakukan bullying dan bagaimana berpihak kepada korban.

Sumber: Kumparan