Pakaian adat Betawi merupakan salah satu pakaian adat masyarakat Jakarta. Pakaian adat ini banyak digunakan oleh masyarakat untuk merepresentasikan sekelompok masyarakat saat mengadakan acara adat, atau hanya sebagai penanda status sosial.
Masyarakat Jakarta sudah mulai mengenal pakaian adat Betawi sejak abad ke XV. Pakaian adat ini tentu mendapat pengaruh dari lingkungan sekitarnya, seperti pakaian orang Jawa, Cina, Melayu dan Sunda. Baju adat Betawi memiliki ciri khas, seperti adanya sentuhan Islami, meniru pakaian yang digunakan saat haji, atau dilengkapi atribut seperti peci, dan sarung.
Jenis-jenis Pakaian Adat Betawi
Jenis-jenis baju adat dari Betawi cukup beragam, bergantung penggunaannya. Berikut jenis-jenis baju adat Betawi:
1. Pakaian Resmi
Baju adat Betawi resmi digunakan saat acara pengangkatan kepala adat, atau upacara adat seperti pernikahan.
2. Pakaian Khusus
Tidak hanya pakaian resmi, atau pakaian sehari-hari, masyarakat adat Betawi juga mengenal pakaian khusus.
3. Pakaian Sehari-hari
Pakaian ini biasanya digunakan saat melakukan aktivitas di rumah, atau lingkungan sekitar. Baju adat Betawi sehari-sehari biasanya dianggap sebagai pakaian tidak resmi.
Contoh Pakaian Adat Betawi
Baju adat Betawi banyak digunakan oleh orang-orang keturunan dari penduduk di kota Batavia, nama Jakarta saat masa penjajahan Belanda. Berikut contoh pakaian adat Betawi:
1. Pangsi Betawi
Pakaian adat Betawi tentu sudah tidak asing lagi bagi banyak orang. Seringkali kita melihatnya di dalam film-film, atau sinetron, sebagai pakaian para pendekar, atau jawara Betawi. Baju adat Betawi terdiri dari atasan yang disebut baju tikim, dan celana pangsi.
Biasanya, pangsi Betawi dibuat longgar, dan tidak mengikuti bentuk tubuh penggunanya. Untuk melengkapi pakaian ini, seringkali ditambahkan atribut seperti ikat pinggang besar, sarung yang dililitkan di leher, dan peci. Pangsi Betawi sendiri memiliki tiga varian warna yang memiliki makna khusus:
- Pangsi merah biasanya dikenakan oleh masyarakat yang memiliki tingkat keahlian tinggi dalam ilmu silat.
- Pangsi krem, atau putih sering dipakai oleh tokoh agama, atau pemuka agama.
- Pangsi hitam lebih umum digunakan oleh para centeng.
Warna-warna pangsi ini bukan hanya sekadar penanda, tetapi juga mencerminkan status, atau keahlian khusus dari pemakainya dalam masyarakat Betawi.
2. Kebaya Encim
Kebaya encim, pakaian adat Betawi yang cukup memesona bagi para penggemar kebaya. Nama "encim" mengandung makna cukup dalam. Menurut Antropolog Diyah Wara, "encim" bermakna "bibi" dalam bahasa Hokkian. Mengapa demikian? Karena kebaya encim tidak lepas dari pengaruh Tionghoa.
Baju adat ini awalnya disebut sebagai kebaya nyonya. Namun, seiring waktu, pengaruh Tionghoa mulai terlihat dalam desain, dan motifnya. Kebaya encim terkenal dengan sentuhan bahan-bahan mewah seperti brokat, atau lace yang dipadukan dengan bordiran.
Kebaya encim bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga simbol kehormatan, dan keanggunan bagi para perempuan Betawi. Saat ini, kebaya encim telah dimodifikasi sedemikian rupa agar tetap relevan, dan bisa digunakan dalam berbagai kesempatan. Namun, keindahan dan makna filosofisnya tetap terjaga, menjadikannya salah satu warisan budaya berharga dari masyarakat Betawi.
3. Ujung Serong
Ujung serong merupakan baju adat Betawi yang dulunya hanya dipakai oleh bangsawan pada masa lampau, dan khusus dikenakan oleh kaum pria Betawi. Pakaian ini terdiri dari jas tutup berwarna gelap, atau seringkali hitam, dipadukan dengan kemeja putih di dalamnya. Sebagai bawahan, biasanya dipakai celana pantalon berwarna serasi.
Selain celana pantalon, baju adat Betawi juga memanfaatkan kain batik yang dililitkan di pinggang, hingga menyentuh paha. Inilah yang membuatnya dikenal sebagai "ujung serong", karena kain batik yang dililitkan dibuat miring dengan panjang sekitar 8 cm.
Tidak lupa, atribut tambahan seperti arloji emas yang diletakkan di saku, serta peci dengan warna serupa, menambah kesan keanggunan, dan wibawa bagi yang memakainya.
4. Pakaian Pengatin Betawi
Pakaian adat Betawi terakhir ada busana pengantin Betawi. Busana ini merupakan hasil perpaduan empat budaya berbeda, yaitu Tionghoa, India, Eropa, dan Arab. Karena inilah, tampilan busana pengantin Betawi sangat unik. Pakaian pengantin Betawi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
• Dandanan Care Haji
Dandanan care haji merupakan busana pengantin adat Betawi yang dipakai oleh pengantin pria. Dandanan care haji memiliki warna cerah, seperti merah, atau kuning keemasan, dan memiliki model mirip jubah. Untuk melengkapi busana ini, pengantin biasanya memakai songkok, atau peci dengan warna serasi, serta atribut lainnya yang disebut alpie, atau sorban.
• Dandanan Care None Pengantin Cine
Pakaian adat ini dipengaruhi oleh budaya Tionghoa. Biasanya, dipakai oleh pengantin perempuan. Pakaian pengantin ini bisa dilengkapi berbagai atribut seperti tuaki, kun, teratai, sanggul, tusuk konde, dan siangko bercadar.
Pakaian adat Betawi merupakan simbol budaya yang kaya akan sejarah, dan nilai-nilai tradisional yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Betawi. Dalam pakaian adat ini, terpancar keindahan seni, dan keunikan desain yang merefleksikan identitas budaya yang kuat.