Tradisi Hari Raya Idul Fitri di Indonesia dari Dulu Hingga Sekarang

Unsplash
Tradisi Hari Raya Idul Fitri di Indonesia
Penulis: Anggi Mardiana
Editor: Safrezi
10/4/2024, 09.15 WIB

Tradisi Hari Raya Idul Fitri telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari budaya dan kehidupan masyarakat muslim di Indonesia. Setiap tahunnya, umat Islam merayakan momen istimewa ini dengan penuh sukacita dan kebersamaan.

Tiap tahun, umat muslim di seluruh dunia merayakan momen Hari Raya Idul Fitri setelah menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Mari telusuri penjelasan mendalam tradisi Hari Raya Idul Fitri yang unik di Indonesia.

Tradisi Hari Raya Idul Fitri di Indonesia

Tradisi Hari Raya Idul Fitri (Unsplash)

Tradisi-tradisi ini menjadi perekat sosial yang menghubungkan seseorang dengan komunitasnya, menciptakan suasana kebersamaan, dan kegembiraan yang menyeluruh. Berikut beberapa tradisi Hari Raya Idul Fitri di Indonesia:

1. Ketupat

Ketupat merupakan salah satu simbol yang tidak terpisahkan dari perayaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Makanan ini menjadi santapan khas yang dinikmati bersama dengan berbagai lauk pauk seperti opor, rendang, gulai, sambal goreng kentang, dan masakan khas lainnya.

2. Mudik

Pulang kampung atau mudik merupakan tradisi Hari Raya Idul Fitri di Indonesia yang sangat dikenal. Tradisi ini dilakukan beberapa hari, atau minggu sebelum Idul Fitri tiba. Mudik menjadi momen penting untuk saling bersilaturahmi antara keluarga yang telah merantau ke berbagai daerah.

3. Malam Takbiran

Malam takbiran merupakan tradisi yang identik dengan umat muslim di Indonesia menjelang Idul Fitri. Pada malam tersebut, orang-orang berkumpul untuk mengumandangkan takbir sambil menabuh bedug dengan meriah. Namun, cara perayaan takbiran dapat bervariasi di setiap daerah, sesuai dengan tradisi yang ada di masing-masing daerah.

4. Ziarah ke Makam

Ziarah atau 'nyekar' ke makam keluarga dan leluhur juga merupakan salah satu tradisi Hari Raya Idul Fitri di Indonesia yang dilakukan menjelang atau setelah perayaan Lebaran. Biasanya, orang membawa bunga atau kemenyan sebagai tanda penghormatan kepada para leluhur.

5. Parcel atau Hampers Lebaran

Tradisi mengirimkan parcel atau hampers juga menjadi populer dalam perayaan Idul Fitri di Indonesia. Orang-orang saling mengirimkan parcel atau hampers kepada keluarga, sahabat, atau rekan kerja sebagai bentuk ucapan selamat Idul Fitri.

6. THR

Tradisi pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) juga menjadi hal yang ditunggu-tunggu saat Idul Fitri tiba. Biasanya, anggota keluarga yang telah dewasa dan memiliki penghasilan akan membagikan sejumlah uang kepada anggota keluarga yang lebih muda.

7. Halal bi Halal

Kegiatan silaturahmi atau halal bi halal juga menjadi bagian tidak terpisahkan dari tradisi Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Biasanya, kegiatan ini dilakukan pada hari pertama atau kedua Idul Fitri, di mana orang-orang saling berkunjung ke rumah saudara, sahabat, atau tetangga untuk memaafkan, dan merayakan hari raya bersama.

Tradisi Jawa untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri

Tradisi Hari Raya Idul Fitri di Jawa (Unsplash)

Di Jawa, perayaan Idul Fitri tidak hanya menjadi momen untuk merayakan kemenangan setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan, tetapi juga menghidupkan tradisi turun-temurun dari nenek moyang. Berikut tradisi Jawa untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri:

1. Grebeg Syawal, Yogyakarta

Grebeg Syawal adalah tradisi yang diselenggarakan setiap tanggal 1 Syawal atau bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri di Yogyakarta. Pada acara ini, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat membuat tujuh gunungan, di mana satu di antaranya akan dibawa ke Pura Pakualaman, satu lagi ke Kepatihan, dan lima gunungan lainnya akan dibawa ke Masjid Gede Kauman.

Kemudian, gunungan tersebut akan diarak menuju Alun-alun Utara untuk diperebutkan oleh masyarakat yang hadir. Dipercaya bahwa mereka yang berhasil mengambil hasil bumi dari gunungan akan mendapatkan limpahan berkah.

2. Sesaji Rewanda, Semarang

Ritual yang diadakan di Desa Kandri, Semarang, memiliki kesamaan dengan Grebeg Syawal di Yogyakarta. Keduanya dilakukan pada tanggal 1 Syawal, dan melibatkan penggunaan gunungan. Rewanda, berarti monyet ditujukan untuk monyet-monyet yang mendiami kawasan Gunung Kreo di tengah Waduk Jatibarang.

Ada empat gunungan yang disiapkan dengan berbagai isian. Gunungan pertama berisi nasi golong atau sega kethek (nasi monyet) yang hanya disajikan dengan lauk sayuran, tempe, dan tahu. Selain itu, terdapat pula gunungan berisi buah-buahan untuk monyet ekor panjang. Sementara itu, dua gunungan lainnya berisi hasil bumi, serta gunungan lepet, dan ketupat.

Tujuan ritual ini sebagai ungkapan rasa syukur, mengenang perjalanan Sunan Kalijaga saat membawa kayu jati untuk pembangunan Masjid Agung Demak. Selain itu, sebagai sarana menjaga keseimbangan hubungan antara manusia dengan alam.

3. Pawai Pegon, Jember

Pawai Pegon merupakan tradisi karnaval, melibatkan gerobak yang ditarik oleh dua ekor sapi pada Hari Raya Ketupat atau H+7 setelah Idul Fitri. Gerobak tersebut, disebut pegon yang berarti pedati, membawa muatan berupa orang dan makanan. Biasanya ketupat opor, dan berjalan beriringan dari desa menuju Pantai Watu Ulo.

Di pantai tersebut, makanan yang dibawa dibuka dan disantap bersama-sama oleh para peserta, dan masyarakat setempat. Tradisi ini memiliki makna yang dalam, melambangkan pengikatan kembali tali persaudaraan di antara komunitas yang merayakannya.

Dalam tradisi Hari Raya Idul Fitri di Indonesia, kita dapat melihat keragaman budaya dan kekayaan tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Dari Grebeg Syawal di Yogyakarta, sesaji rewanda di Semarang, hingga Pawai Pegon di beberapa daerah. Setiap tradisi memiliki nilai-nilai kebersamaan, rasa syukur, dan silaturahmi yang kuat.