Sejarah Idul Adha Singkat dan Makna bagi Umat Muslim

ANTARA FOTO/ Ampelsa/tom.
Ilustrasi, umat Islam melaksanakan shalat Idul Adha di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Aceh, Kamis (29/6/2023).
Penulis: Anggi Mardiana
Editor: Agung
5/6/2024, 15.41 WIB

Sejarah Idul Adha singkat menceritakan besarnya ketaqwaan seorang hamba kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim bersedia mengorbankan puteranya yang bernama Nabi Ismail. Hal itu dilakukannya sebagai bentuk kepatuhan terhadap perintah Allah SWT.

Meski dirayakan setiap tahun, masih banyak umat muslim yang belum mengetahui sejarah Idul Adha, dan asal-usul kurban dalam Islam. Hari Raya Idul Adha merupakan perayaan umat Islam yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah.

Asal Usul Kurban di Muka Bumi

Sejarah Idul Adha singkat (ANTARA FOTO/Fauzan/aww)

Perintah ibadah kurban tidak terlepas dari kisah Nabi Ibrahim, dan anaknya yang bernama Ismail. Sebelum itu kurban sudah ada dari kisah Qabil dan Habil, anak Nabi Adam AS, namun tidak disyariatkan.

Mengutip jurnal UIN yang berjudul "Tentang Qurban (Studi Riwayat dan Hikmahnya)", riwayat kurban berawal dari Qabil, dan Habil. Mereka merupakan anak-anak Nabi Adam yang ingin mempersunting saudarinya, Iqlima.

Untuk mengatasi perselisihan, Nabi Adam AS meminta kedua putranya untuk menyembelih hewan kurban. Ketentuannya hewan kurban siapa yang diterima oleh Allah SWT, maka ia yang berhak menikahi Iqlima.

Habil yang merupakan seorang pengembala mengorbankan seekor kambing gemuk miliknya, sedangkan Qabil merupakan seorang petani, mengorbankan segenggam hasil panennya yang paling jelek. Kemudian ditaruhnya kedua persembahan kurban itu di atas sebuah bukit. Qabil dan Habil bersama Nabi Adam menyaksikan dari jauh apa yang terjadi terhadap dua macam kurban itu.

Ternyata binatang kurban itu musnah termakan api, sedangkan gandum qabil tidak tersentuh oleh api sedikitpun, dan tetap utuh. Kisah pengorbanan kedua anak Adam tersebut tercantum dalam Al-Quran surah Al-Maidah ayat 27.
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ ۝٢٧

Arab-latin:  Watlu ‘alaihim naba'abnai âdama bil-ḫaqq, idz qarrabâ qurbânan fa tuqubbila min aḫadihimâ wa lam yutaqabbal minal-âkhar, qâla la'aqtulannak, qâla innamâ yataqabbalullâhu minal-muttaqîn.

Artinya: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika mempersembahkan keduanya korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil : “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa kurban domba gemuk milik Habil yang diterima Allah SWT sebagai bentuk ketakwaannya. Sementara milik Qabil tidak diterima oleh Allah SWT karena tidak ikhlas.

Sejarah Idul Adha Singkat yang Disyariatkan

Meski kurban pertama kali dilakukan sejak Nabi Adam AS, namun syariat berkurban baru muncul pada masa Nabi Ibrahim AS. Berdasarkan buku "Di Balik 7 Hari Besar Islam" karya Muhammad Sholikhin,para ulama menafsirkan bahwa kurban yang dilakukan oleh Habil dan Qabil bukan merupakan syariat, melainkan ada alasan lain dalam diri Habil dan Qabil.

Para ulama berpendapat bahwa syariat kurban muncul pada masa Nabi Ibrahim AS. Ibadah kurban dengan menyembelih sapi, kambing, domba, kerbau, dan unta merujuk pada peristiwa Nabi Ibrahim yang diperintah untuk menyembelih anak kesayangannya bernam Ismail AS.

Nabi Ibrahim diperintah oleh Allah SWT untuk menyembelih anaknya melalui mimpi. Mendapat mimpi itu, Nabi Ibrahim merasa tidak berkutik dan roboh. Dengan hati-hati, Nabi Ibrahim menceritakan mimpi tersebut kepada Ismail AS.

Sejarah Idul Adha singkat (ANTARA FOTO/Maulana Surya/aww)

Nabi Ismail pun menanggapinya dengan jiwa besar. Ia tidak merasa keberatan bahkan mendorong ayahnya agar tidak ragu melaksanakan perintah Allah SWT. Melihat ketegaran putrana itu, Nabi Ibrahim AS teguh dengan mimpinya. Hatinya tenang dalam kepasrahan kepada Allah SWT.

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail pun bersiap menjalankan perintah Allah SWT, dan siap disembelih. Kemudian Nabi Ibrahim membaringkannya, lalu mengambil pisau yang sudah diasah terlebih dulu. Diayunkannya pisau tajam itu ke arah Nabi Ismail. Akhirnya, Allah SWT memanggil Ibrahim. Karena kepasrahannya, Allah SWT menerima pengorbanan Nabi Ibrahim.

Allah SWT kemudian memerintahkan Nabi Ibrahim agar mengurungkan menyembelih Ismail. Sebagai gantinya, di situ sudah tersedia seekor hewan sembelihan yang besar, sehat dan gemuk. Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini tertuang dalam Al-Quran surah Ash-Shaffat ayat 102-107.

Makna Idul Adha

Selain memahami sejarah Idul Adha singkat, ketahui juga apa saja makna Idul Adha bagi umat muslim. Berikut makna Idul Adha:

1. Ketaqwaan

Pengertian “taqwa” berkaitan dengan ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT dalam upaya menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Dalam hal ini, Nabi Ibrahim memiliki tingkat ketaqwaan yang tinggi, karena dirinya tetap menjalankan perintah Allah SWT, sekalipun harus menyembelih anaknya sendiri.

Sejarah Idul Adha singkat (ANTARA FOTO/Makna Zaezar/aww)

2. Meningkatkan Jiwa Sosial Antar Umat Manusia

Melalui proses pembagian daging kurban kepada fakir miskin. Agama Islam mengajarkan kita untuk tetap mengedepankan solidaritas terhadap sesama manusia.

3. Meningkatkan Kualitas Diri

Makna kurban berikutnya meningkatkan kualitas diri. Dalam hal ini berkaitan dengan sikap kesadaran diri, empati, dan pengendalian diri sebagai akhlak terpuji seorang muslim.

Itulah sejarah Idul Adha singkat yang perlu diketahui oleh umat muslim dan maknanya. Keutamaan perayaan Idul Adha sama dengan Idul Fitri. Di antara keutamaannya yaitu untuk meningkatkan ketaqwaan, meningkatkan kualitas diri, dan jiwa sosial antar umat manusia.