Sukar mengelakkan ketakutan sebagian orangtua dalam mendidik anak Gen Alpha di tengah pesatnya kemajuan teknologi, ponsel pintar dan digitalisasi. Hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi mental dan pola pikir anak, bahkan menjauhkan mereka dari nilai agama.
Hal tersebut menggerakan hati Alwi bin Abdurrahman Alhabsyi dan menjadi cikal bakal dalam impian beliau membangun pondok pesantren Nurul Muhtadin Ba’alawy. Di tengah mewahnya kota Jakarta, anak anak mulai berusia 12 tahun di titip kan di pesantren ini.
Mereka tak hanya belajar akhlakul karimah, tetapi juga sholat lima waktu berjama’ah, dan ilmu agama lain seperti hadits, fiqih dan bahasa arab serta latihan ceramah. Diharapkan kelak anak-anak, terutama di Jakarta, bisa menjadi generasi berperangai baik selaras dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Genap 8 tahun berdiri Pondok Pesantren Nurul Muhtaidn Ba’alawy baru saja mendapatkan piagam statistik dari Kementrian Agama Negara Republik Indonesia pada November 2024. Tentunya, piagam ini semakin memperkuat eksistensi lembaga pendidikan ini dalam mengembangkan kemandirian dan peningkatan kualitas santri.Alwi sebagai pengasuh mengatakan, santrinya sejauh ini berasal dari berbagai kota di indonesia mulai dari Riau, Balikpapan, Banjarmasin, Pulau Jawa, Sulawesi, bahkan Papua. Ada juga dari luar neger, seperti Selandia Baru.
Kemajemukan anak didik ini menjadi tantangan tersendiri lantaran mereka mempunyai budaya dan bahasa asal yang berbeda. Perbedaan ini yang coba diselaraskan melalui pendidikan Islam merujuk kepada ajaran Nabi Muhammad SAW.
Berada di lokasi seluas 600 meter dan asrama seluas 300 meter, pesantren ini hanya dapat menampung santri sebanyak 150 santri putra. Ditemui di tempat berbeda, pengurus pendaftaran, Abdul Aziz, mengatakan bahwa setiap tahun hanya membuka kuota 50 orang pendaftar saja. Calon santri adalah mereka yang lulus SD/MI Sederajat.
Bagi para pembaca yang tertarik mendaftar di pondok ini bisa melakukan pendaftarn di website www.nurulmuhtadinbaalawy.org .