Ketika melakukan penelitian atau penulisan karya ilmiah, salah satu hal yang perlu dilakukan, adalah menyusun kerangka konseptual. Hal ini dilakukan agar kegiatan penelitian atau penulisan ilmiah berjalan mudah dan lancar.
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini, berguna untuk menghubungkan, atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas.
Kerangka konseptual didapatkan dari konsep ilmu atau teori, yang dipakai sebagai landasan penelitian ilmiah, yang didapatkan pada tinjauan pustaka. Bisa dikatakan, kerangka konseptual merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti.
Pengertian Kerangka Konseptual Menurut Ahli
Kerangka berpikir memiliki pengertian yang bervariasi. Berikut ini pengertian kerangka berpikir yang dipaparkan oleh ahli untuk meningkatkan pemahaman Anda.
- Miles & Huberman, 1994 berpendapat bahwa kerangka konseptual adalah suatu kerangka yang dapat berupa naratif atau grafis yang dapat menunjukkan variabel kunci atau menggambarkan konstruksi dari dugaan atau asumsi hubungan yang ada di antara mereka untuk dipelajari.
- Camp, 2001 menyatakan bahwa kerangka konseptual adalah sebuah struktur yang menurut peneliti dapat memberi gambaran atau penjelasan tentang perkembangan alami dari fenomena yang akan diteliti atau dipelajari.
- Nursalam, 2017 menyebutkan mengenai kerangka konsep penelitian yang merupakan hasil abstraksi dari suatu realitas yang dapat dikomunikasikan dan membentuk teori untuk menjelaskan hubungan antara variabel yang diteliti.
- Kusumayati, 2009, menyatakan bahwa kerangka konsep adalah hubungan antara konsep-konsep yang dibangun berdasarkan hasil-hasil studi empiris terdahulu sebagai pedoman untuk melakukan penelitian.
Cara Membuat Kerangka Konseptual
Bila ingin membuat kerangka berpikir, ada sembilan langkah yang bisa dipraktekkan. Simak langkah-langkahnya berikut ini.
1. Tentukan Tema dan Topik Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus menentukan tema dan topik penelitian terlebih dahulu. Seorang peneliti bisa menentukan berdasarkan minat atau spesialisasi yang sesuai dengan bidang atau keilmuan.
Dari setiap bidang keilmuan, Ada banyak sekali cabang tema dan topik yang bisa dipilih. Jika bingung memilihnya, peneliti bisa meneropong mana tema dan topik yang paling dikuasai, dan membuat tertarik untuk menelitinya lebih dalam.
2. Menyusun Kajian Pustaka
Langkah selanjutnya adalah menyusun kajian pustaka yang berperan sebagai dasar atau landasan penelitian. Peneliti bisa melakukan langkah ini dengan membandingkan kajian penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan.
Tentunya hal ini harus dilakukan secara cermat agar Anda bisa menentukan teori yang akan digunakan menyusun hipotesis dan menguji data penelitian. Selain itu, peneliti perlu memastikan juga teori yang digunakan, apakah sesuai dengan fenomena atau gejala yang hendak diteliti. Sebab, ini berperan penting dalam penyusunan kerangka konseptual secara utuh.
Maka dari itu, perlu dilakukan kajian pustaka dengan menggunakan sumber ilmiah yang kredibel, seperti jurnal ilmiah, tesis, disertasi, artikel ilmiah, dan berbagai sumber lisan yang bisa dipertanggungjawabkan.
3. Memastikan Kebaruan atau Novelty Penelitian
Ketika melakukan kajian pustaka, peneliti juga bisa mencari tahu apakah ada kebaruan, atau novelty dari penelitian yang peneliti lakukan. Jika penelitian tersebut telah dilakukan oleh orang lain sebelumnya, maka penelitian menjadi tidak bermanfaat. Kecuali, ada hal yang baru untuk ditambahkan, atau membantah topik penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan.
4. Memetakan Konsep atau Variabel Penelitian dan Mendefinisikan Hubungan di Antaranya
Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus mengetahui konsep atau variabel yang akan diteliti. Hal ini berguna untuk menyusun logika berpikir yang akan digunakan untuk menjelaskan masalah atau komponen yang sedang diteliti. Tentunya, konsep atau variabel tersebut ditentukan berdasarkan tinjaun pustaka yang telah dilakukan sebelumnya.
5. Mengembangkan Pernyataan Hubungan
Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengembangkan pernyataan hubungan antara berbagai konsep yang saling terhubung, dipengaruhi atau mempengaruhi. Hal ini akan memudahkan peneliti untuk menyusun kerangka konseptual penelitian.
6. Memeriksa dan Memperbaiki Kembali Rumusan Masalah atau Hipotesis
Ketika peneliti melakukan penelitian baik itu kualitatif maupun kuantitatif, ia perlu memeriksa apakah rumusan atau hipotesis yang digunakan sudah sesuai dengan alur logika berpikir. Peneliti juga harus memeriksa apakah kedua hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang telah dilakukan sebelumnya.
7. Mengembangkan Konsep dalam Bentuk yang Mudah Dipahami
Peneliti bisa membuat kerangka konseptual dengan berbagai bentuk baik dalam bentuk bagan, peta konsep diagram alir, atau mind map. Dari berbagai bentuk tersebut, peneliti sebaiknya memilih bentuk yang membuat dirinya lebih mudah memahami kerangka konseptual penelitian.
Peneliti juga bisa menambahkan alur penelitian dan tampilkan variabel atau konsep yang saling terhubung satu sama lain. Tunjukkan juga hubungan-hubungan yang mempengaruhi berbagai komponen penelitian.
Jika peneliti bingung bagaimana cara menyusunnya, memanfaatkan berbagai website yang menyediakan fitur untuk membuat kerangka konseptual dengan berbagai template yang tersedia. Pilihlah salah satu template yang paling menarik dan sesuai dengan alur pikir penelitian.
8. Menambahkan Narasi
Langkah terakhir merupakan back up plan yaitu melengkapi kerangka konseptual yang sudah dibuat dengan narasi untuk menjelaskan maksud dari setiap bagan atau alur. Penjelasan ini akan memudahkan peneliti untuk menemukan data atau fakta baru yang mempengaruhi variabel, konsep, atau komponen dalam penelitian.
9. Memperbaiki Kerangka yang Telah Dibuat Jika Terdapat Perubahan Data Penelitian
Ketika melakukan penelitian, peneliti mungkin menemukan data baru yang berbeda dari teori atau asumsi yang telah disusun sebelumnya. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada hipotesis karena data penelitian yang baru bisa jadi membuktikan jika hipotesis penelitian Anda keliru. Jika memang demikian, peneliti perlu memperbaiki kerangka konseptual yang telah disusun dari awal, agar sesuai dengan data yang ada.