Isu voluntary childlessness atau kerap disebut childfree, menjadi viral lewat polemik di media sosial. Ini dipicu pernyataan seorang influencer bernama Gita Savitri.
Dalam unggahan media sosial, ia menyatakan bahwa dirinya bisa awet muda karena memutuskan tidak memiliki anak. Menurutny, dengan tidak memiliki anak, seseorang bisa istirahat lebih baik, tidur delapan jam tanpa stres oleh teriakan anak.
Istilah childfree sendiri mulai populer sejak 2014, meski istilah ini sudah muncul sejak 1901 silam. Oleh karena itu, menarik untuk menelaah seluk-beluk childfree, terkait alasan yang melatarbelakangi tindakan ini, serta konsekuensinya.
Pengertian Childfree
Mengutip Cambridge Dictionary, istilah childfree digunakan untuk menyebut orang atau pasangan yang memilih gaya hidup untuk tidak memiliki anak.
Selain itu, istilah ini juga dapat disematkan terhadap situasi atau tempat di mana anak-anak tidak diizinkan untuk mengikuti atau masuk. Secara harafiah, childfree jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, artinya "bebas anak".
Childfree berbeda dengan tidak memiliki anak atau childless. Sebab, childless merupakan suatu kondisi di mana seseorang tidak dapat memiliki anak, karena masalah kesehatan.
Mengutip gramedia.com, istilah childfree sering dikaitkan dengan gerakan feminisme. Dalam sudut pandang feminisme, seorang perempuan memiliki kedaulatan untuk mengambil keputusan. Ini termasuk kebebasan memilih untuk menjadi seorang ibu, maupun mengalami proses hamil hingga melahirkan.
Artinya, memiliki anak merupakan keputusan yang bersifat sangat personal bagi seorang perempuan. Bagi pasangan yang sudah menikah, keputusan tidak memiliki anak, merupakan keputusan bersama yang telah melalui pertimbangan yang matang.
Childfree telah menjadi sebuah gaya hidup dewasa ini. Pasalnya, ketersediaan kontrasepsi atau sterilisasi yang efektif, membuat pilihan untuk tetap tidak memiliki anak secara sukarela menjadi lebih mudah.
Di beberapa negara, pendukung gaya hidup childfree menganggap bahwa mereka tidak harus membenarkan keputusan untuk tidak menginginkan anak.
Alasan Seseorang atau Pasangan Memilih Childfree
Mengutip ayovaksindinkeskdi.id, ada beberapa alasan seseorang memilih untuk melakukan gaya hidup childfree. Beberapa alasan yang dimaksud, antara lain sebagai berikut:
1. Masalah Keuangan atau Finansial
Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang atau pasangan memutuskan memilih untuk menjalani gaya hidup childfree, adalah masalah finansial di dalam sebuah keluarga.
Ini berangkat dari kenyataan bahwa memiliki anak memerlukan biaya yang tak sedikit. Sementara, sebagian besar pasangan yang baru mmenikah, terutama pasangan muda, belum bisa dikatakan memiliki kondisi keuangan yang sangat mapan.
Kondisi keuangan tersebut, memicu keraguan untuk memiliki anak. Sebab, pasangan tersebut berpikir tidak akan mampu atau memiliki biaya yang cukup untuk membesarkan anak.
2. Nilai yang Dianut
Dewasa ini, perempuan jauh lebih mandiri dibandingkan kondisi yang dialami di masa lampau. Kemandirian ini, membuat perempuan berhak memilih jalan hidup, tanpa perlu campur tangan dari keluarga maupun masyarakat.
Ini termasuk dalam hal untuk memiliki anak atau tidak. Keputusan yang diambil, dalam hal ini childfree, tak bisa diganggu gugat oleh siapa pun. Sebab hal tersebut bersifat personal.
3. Hanya Ingin Hidup Berdua dengan Pasangan
Alasan lainnya seseorang memilih gaya hidup childfree, adalah karena ingin menghabiskan hidup berdua dengan pasangannya. Keputusan ini dapat muncul karena berbagai sebab, misalnya ketakutan kehilangan banyak waktu untuk menghabiskan waktu dan menikmati hidup bersama pasangan.
Seseorang atau pasangan yang memilih childfree berdasarkan pertimbangan "romansa" ini, berusaha ingin menjaga keintiman, dan berfokus kepada cinta untuk pasangannya saja. Tidak memiliki anak dinilai bisa membuat pernikahan lebih bahagia.
4. Masalah Kesehatan
Gaya hidup childfree juga memungkinkan dipilih dengan mempertimbangkan alasan kesehatan. Namun, faktor kesehatan yang dimaksud, tidak sama dengan kondisi childless, di mana seseorang tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan keturunan.
Faktor kesehatan yang melatarbelakangi keputusan childfree, adalah jika seseorang memiliki penyakit tertentu, yang memicu kekhawatiran dirinya, apakah dapat membagi waktu untuk membesarkan anak atau tidak.
Seseorang yang memiliki penyakit tertentu, dapat merasa ragu, apakah ia bisa menjadi orang tua yang baik, yang dapat membagi waktu antara merawat anak dan merawat dirinya.
5. Tidak Yakin Dapat Menjadi Orang Tua yang Baik
Ada beberapa orang yang beranggapan jika tak bisa menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak mereka nantinya. Pikiran tersebut bisa dipengaruhi karena pola asuh dari orang tua mereka. Sebab, mereka merasa tak yakin menjadi orang tua yang baik, karena melihat orang tuanya membesarkannya.
Dampak Positif dan Negatif Gaya Hidup Childfree
Sama seperti semua pilihan yang ada dalam hidup ini, gaya hidup childfree pun tidak lepas dari konsekuensi. Keputusan seseorang untuk childfree dapat berdampak pada sisi biologis atau kesehatan.
Mengutip gramedia.com, ada beberapa dampak kesehatan, yang dapat dirasakan ketika seorang perempuan maupun pasangan menjalani pernikahan untuk childfree, yakni sebagai berikut:
- Berisiko memiliki kesehatan yang lebih buruk di kemudian hari.
- Bagi perempuan, childfree dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
Meski demikian, ada pula penelitian yang menunjukkan, bahwa perempuan yang memilih untuk childfree, akan memiliki masa hidup yang cenderung lebih panjang, serta gaya hidup yang lebih sehat.
Ini karena, mengurus anak adalah tanggung jawab yang cukup berat dan melelahkan, baik itu secara pikiran maupun fisik. Pikiran yang lelah dari seorang ibu, akan diikuti dengan penyakit-penyakit lain, seperti psikosomatik.
Sebagai informasi, psikosomatik sendiri adalah suatu kondisi, di mana tubuh seseorang akan merasa sakit, akan tetapi bukan karena luka melainkan karena emosi atau pikirannya.