Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan Hindu-Budha yang ada di Nusantara di masa lalu. Majapahit juga disinyalir memiliki peran penting terhadap bersatunya wilayah-wilayah di Indonesia sekarang.
Diketahui bahwa kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan menantu dari Kertanagara, yakni raja terakhir kerajaan Singasari. Saat itu, Singasari merupakan kerajaan yang paling berpengaruh di pulau Jawa.
Kertanegara terbunuh oleh Jayakatwang yang merupakan adipati Kediri. Raden Wijaya mendapatkan pengampunan dari Jayakatwang atas masukan dari Aria Wiraraja, penasihat negara Singasari.
Wiraraja mengirim utusannya ke Daha bersama dengan surat pernyataan kepada Raden Wijaya. Ia diberikan lahan hutan Tarik yang kemudian dibuatnya menjadi sebuah desa bernama Majapahit.
Suatu waktu, pasukan bangsa Mongol datang. Kemudian, Raden Wijaya bersekutu dan meminta bantuan untuk menjatuhkan Jayakatwang.
Setelah Jayakatwang berhasil dijatuhkan, Raden Wijaya justru menyerang balik pasukan Mongol. Hal tersebut membuat para pendatang memukul mundur pasukannya dan kembali ke negaranya.
Peristiwa tersebut menandakan bahwa Raden Wijaya telah membangun kerajaan Majapahit. Tepatnya pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215, Raden Wijaya diberikan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
Tidak berjalan mulus, Raden Wijaya justru mendapatkan masalah dari anggota pemerintahan kerajaan Singasari yang pernah dipimpin oleh Kertanegara dan Jayakatwang.
Di antaranya yang ikut memberontak adalah Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosa, Ra Gelatik, dan Ra Tati.
Disinyalir bahwa hal tersebut merupakan pengaruh dari mahapatih Halayudha yang membuat konspirasi untuk menjatuhkan orang-orang kepercayaan raja agar dirinya mendapatkan jabatan tinggi.
Kali ini, kami akan membahas tentang penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit. Sebelum itu, simak profil singkat di bawah ini untuk mengetahui runtutan masalahnya.
Profil Kerajaan Majapahit
Nama: Majapahit
Raja-raja:
a. Raden Wijaya
b. Jayanagara
c. Tribhuwana Wijayatunggadewi
d. Hayam Wuruk
e. Wikramawardhana
f. Suhita
g. Kertawijaya
h. Rajasawardhana
i. Girishawardhana
j. Suraprabhawa
k. Girindrawardhana
Tahun Berdiri: 1293 SM
Tahun Keruntuhan: 1498 SM
Agama: Hindu – Budha
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit
1. Perang Saudara
Perang saudara mulai terjadi ketika Raja Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389. Pasalnya, takhta seharusnya diturunkan kepada putri mahkota Kusumawardhani.
Namun, diketahui bahwa Kusumawardhani menikah dengan sepupunya yang bernama Wikramawardhana. Mengutip dari Sejarah Indonesia Modern (1991), sementara itu, terdapat pemberontakan dari anak selir Hayam Wuruk yang menuntut takhta, yakni Wirabhumi.
Terjadilah pertempuran yang bernama Perang Paregreg pada tahun 1405-106. Wikramawardhana berhasil menang atas Wirabhumi dan menghukum matinya.
Selama perang bergejolak, hal yang terlewatkan adalah melemahnya pengaruh Majapahit terhadap daerah-daerah kekuasaan, khususnya di luar pulau Jawa. Maka dari itu, mudah bagi pengaruh bangsa luar untuk masuk.
Salah satunya adalah ekspedisi laksamana Cheng Ho yang merupakan jenderal asal China beragama Muslim. Selama itu juga, ia berhasil membuat sejumlah komunitas muslim di kota pelabuhan pantai utara Jawa.
Sementara itu, saat Majapahit dipimpin Wikramawardhana, daerah kekuasan di Sumatra hanya tertinggal Indragiri, Jambi dan Palembang. Diketahui bahwa hal tersebut termuat di dalam catatan Yingya Shenglan yang ditulis oleh Ma Huan, yakni penerjemahan laksamana Cheng Ho.
Setelah wafat, kepemimpinan Wikramawardhana dilanjutkan oleh Ratu Suhita dan kemudian Kertawijaya. Selepasnya, takhta dijatuhkan pada Bhre Pamotan yang diberi gelar Rajasawardhana.
Kemudian, konflik antar saudara kembali terjadi karena perebutan takhta antara putra Rajasawardhana dan Girisawardhana. Posisi raja dimenangkan oleh Girisawardhana dan memimpin hingga tahun 1466.
Takhta raja dilanjutkan oleh Suraprabhawa atau Singhawikramawardhana yang merupakan anak bungsu Kertawijaya. Pada tahun 1468, terjadi pemberontakan oleh Bhre Kertabhumi.
2. Serangan Kerajaan Demak
Konflik kerajaan Majapahit dan Demak bermula ketika terjadi kekalahan Bhre Kertabhumi dar Rajawijaya. Selama pertempuran dan pemberontakan terjadi di Majapahit, kerajaan Demak sudah menguasai sejumlah daerah di pesisir Jawa.
Bahkan, kerajaan Demak juga sudah mengambil alih pengaruh di Jambi dan Palembang yang sebelumnya dipegang oleh Majapahit. Mengutip dari Poesponegoro dan Notosusanto (1990), disebutkan juga bahwa berakhirnya Majapahit adalah ketika Bhre Kertabhumi wafat pada tahun 1478.
Di lain sisi, diketahui bahwa ketegangan antara dua kerajaan ini mereda ketika Patih Udara yang naik takhta setelah Girindrawardhana, telah mengakui kekuasaan Demak. Namun, konflik kembali tersulut ketika ia meminta bantuan dari Portugis untuk menaklukkan Demak.
Hal tersebut memancing Demak untuk meruntuhkan kekuasaan Majapahit sepenuhnya. Pada tahun 1527, Demak berhasil menghentikan keberlangsungan dan sejarah Majapahit.
Diketahui bahwa Demak menyerang ibukota Majapahit. Kekuasaan secara penuh pindah ke tangan Pati Unus yang saat ini memimpin Kesultanan Demak.
Hal lain yang patut diketahui bahwa saat itu, Demak sudah berbentuk kesultanan bernuansa Islam. Di dalam sejarah, Kesultanan Demak menjadi yang pertama berdiri di Pulau Jawa.
Demikian pembahasan lengkap mengenai penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit. Dapat disimpulkan bahwa ada dua hal yang menjadi faktor utamanya. Di antaranya yaitu perang saudara dan serangan kerajaan Demak.