Khutbah dalam pelaksanaan sholat Jumat menjadi agenda wajib yang diikuti jamaah. Khutbah tersebut disampaikan oleh seorang khatib yang memenuhi syarat. Berkenaan dengan hal tersebut, adapun syarat khatib yang perlu dipahami.
Lebih jelasnya, khatib adalah orang yang menyampaikan khutbah di atas mimbar dalam momen tertentu. Momen tersebut beberapa diantaranya yakni sholat Jumat, sholat Hari Raya Idul Fitri, sholat Hari Raya Idul Adha, sholat istisqa, dan lain sebagainya.
Khatib berasal dari bahasa Arab “khotibun”. Istilah ini berarti orang yang berkhutbah atau memberi ceramah tentang ajaran agama Islam. Perannya sangat penting, sehingga terdapat syarat khatib yang perlu diketahui umat muslim.
Syarat Khatib Sholat Jumat
Khatib berperan penting khususnya di bidang pendidikan agama Islam. Menjadi seorang khatib adalah tugas yang sangat baik. Hal ini selaras dengan hadist Rasulullah SAW yakni:
“Allah menjadikan bagus, seseorang yang mendengar Hadits dari kami, lantas dia menghafalnya sampai kemuadian ia sampaikan kepada orang lain.”
Berkaitan dengan hal itu, berikut sederet syarat khatib yang wajib dipenuhi melansir dari islam.nu.id:
1. Harus Laki-Laki
Syarat khatib yang pertama adalah harus laki-laki. Tidak sah apabila khutbah disampaikan oleh perempuan. Hal ini selaras dengan penjelasan Syekh al-Qalyubi yakni sebagai berikut:
“Disyaratkan khathib seorang laki-laki atau orang yang sah menjadi imam bagi jamaah sebagaimana yang dikatakan Syekh al-Ramli dan dibuat pegangan oleh guru kami Syekh al-Zayadi. Syarat ini berlaku juga di selain khutbah Jumat sebagaimana syarat khutbah harus diperdengarkan dan didengar oleh jamaah serta syarat harus berbahasa Arab.” (Syekh al-Qalyubi, Hasyiyah al-Qalyubi ‘ala al-Mahalli, juz 1, hal. 322).
2. Khatib Wajib Menyampaikan Khutbah yang Didengar dan Diperdengarkan Kepada Jamaah Jumat yang Mengesahkan Jumat
Syarat khatib yang berikutnya yakni khatib harus menyampaikan khutbah yang didengar dan diperdengarkan kepada jamaah. Oleh sebab itu, henadknya menggunakan suara yang keras atau pengeras seuara.
Khutbah harus didengar oleh muslim yang merdeka, lelaki, berakal, baligh, dan bertempat tinggal tetap. Imam Ibnu Hajar bahkan menegaskan jika ada suara yang menghambat seperti keramaian, maka tidak cukup dan khatib wajib mengeraskan suara tersebut agar sampai ke jamaah. Namun menurut Imam al-Ramli, cukup diperdengarkan sekira terdengar oleh Jamaah.
Syekh Muhammad bin Ahmad al-Syathiri menyampaikan: “Di antara syarat dua khutbah adalah didengar oleh 40 orang yang mengesahkan Jumat. Imam Ibnu Hajar dan Imam al-Ramli berbeda pendapat mengenai standar memperdengarkan kutba, apakah wajib diperdengarkan secara nyata atau cukup dengan hukum saja.
Imam Ibnu Hajar berkata harus diperdengarkan secara nyata. Maksudnya, bila ada kegaduhan, gendang yang ditabuh atau jeritan, wajib bagi khatib mengeraskan suaranya sampai mereka mendengar secara nyata.
Sedangkan imam al-Ramli berkata cukup memperdengarkan secara hukum saja, khatib cukup mengeraskan suaranya, sekira apabila hilang perkara yang mengganggu, jamaah dapat mendengarnya. Apabila di antara jamaah ada yang tidur atau tuli, dan jamaah jumat tidak mencapai 40 orang, maka jumat batal. (Syekh Muhammad bin Ahmad al-Syathiri, Syarh al-Yaqut al-Nafis, hal 242).
3. Khatib Membaca Khutbah Di Kawasan Bangunan Rumah Penduduk Desa
Syarat khatib kali ini adalah penyampaian khutbah haruslah berada di kawasan tempat dilaksanakannya sholat Jumat. Artinya, posisi khatib harus berada di titik yang sama dengan lokasi tersebut.
4. Khatib Suci dari Hadats
Syarat khatib yang keempat adalah sang khatib haruslah suci dari hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar.
5. Khatib Harus Suci dari Najis
Syarat khatib yang lainnya dan mirip dengan ketentuan sebelumnya kali ini adalah sang khatib haruslah suci dari najis. Najis yang dimaksud adalah segala jenis najis.
6. Khatib Menutup Aurat
Ketentuan syarat khatib yang keenam yakni sang khatib hendaknya berpakaian dengan benar. Artinya, khatib wajib menutup auratnya sebagai seorang laki-laki.
Ketika Khatib Batal Wudhu-nya Tengah Khutbah
Syarat khatib lainnya yang berkaitan dengan jika khatib batal saat menyampaikan khutbahnya, maka terdapat dua ketentuan. Berikut ketentuan yang mengatur hal tersebut:
1. Digantikan dengan Jamaah Lain
Saat khatib batal dalam khutbahnya, maka jamaah lain dapat meneruskan bacaan khatib yang awal. Namun dalam melanjutkan, tidak boleh ada pemisah yang lama menurut standar keumuman antara bacaan tersebut. Apabila terpisah terlalu lama bacaannya, maka khatib pengganti wajib memulai khutbah Jumat dari awal.
2. Tidak Diganti dengan Khatib Lain
Syarat khatib yang berikutnya ketika batal adalah dapat tidak mengganti dengan khatib lain. Namun syaratnya yakni wajib bersuci kembali dan wajib mengulang khutbahnya dari awal meskipun ia sesegera mungkin kembali.
Hal ini ditentukan demikian karena khutbah adalah satu kesatuan ibadah. Oleh sebab itu, tidak dapat dilaksanakan dengan dua kali bersuci.
Demikianlah ketentuan terkait syarat khatib dalam berbagai kondisi.