Memahami Ciri-ciri Historiografi dan Perkembangannya

Unsplash
Ilustrasi, buku.
Penulis: Ghina Aulia
Editor: Agung
19/6/2023, 15.24 WIB

Penulisan sejarah umumnya ditulis secara runtut berdasarkan urutan peristiwa. Diketahui bahwa penulisan sejarah juga biasa disebut historiografi.

Konsentrasi keilmuan ini juga dapat dipelajari lebih lanjut. Mengingat Indonesia memiliki peristiwa sejarah yang beragam.

Ulasan berikut ini akan menjelaskan tentang pengertian historiografi berdasarkan perkembangannya. Selain itu juga ada pendapat para ahli yang bisa dijadikan referensi.

KOTA TUA JAKARTA DIPADATI WISATAWAN (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.)

Pengertian Historiografi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), historiografi adalah penulisan sejarah, bagian sejarah linguistik tentang karya linguistik yang membahas pewarisan dan saling pengaruh ide-ide mengenai bahasa.

Sementara menurut Abdurrahman melalui buku Metode Penelitian Sejarah (1999), historiografi adalah cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan, dari penulisan itu akan memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian sejak awal sampai dengan akhirnya (penarikan kesimpulan).

Helius Sjamsuddin pada buku Metodologi Sejarah (2007) juga menjelaskan bahwa historiografi adalah penulisan utuh tentang sejarah yang meliputi tahap menulis dengan mengerahkan seluruh daya pikiran, tidak hanya keterampilan teknis penulisan, melainkan juga menggunakan kutipan dan catatan, termasuk pikiran-pikiran kritis dan analisis.

Tak hanya itu, kali ini Katadata.co.id juga akan membahas tentang ciri-ciri historiografi. Selengkapnya, simak tulisan di bawah ini.

Ciri-ciri Historiografi Berdasarkan Perkembangannya

Secara umum, berdasarkan perkembangannya historiografi dibagi menjadi dua, yakni historiografi tradisional dan nasional. Masing-masing memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan antara satu dengan yang lain.

1. Ciri-ciri Historiografi Tradisional

  • Religio sentris

Religio sentris menggambarkan penulisan cerita sejarah yang berpusat pada kehidupan kerajaan. Termasuk raja dan keluarganya.

  • Feodalistis-aristokratis

Bercerita tentang kehidupan anggota kerajaan yang feudal tanpa sisi kerakyatan. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai kehidupan rakyat dari aspek mana pun.

  • Religio magis

Bercerita tentang kepercayaan tertentu. Tak jarang juga mengisahkan tentang hal-hal mistis dan gaib.

  • Bias hal nyata dan tidak hanya

Diketahui bahwa bias antara hal yang nyata dan tidak nyata tidak begitu tampak perbedaannya.

2. Ciri-ciri Historiografi Nasional

  • Indonesia sentris

Cerita berfokus pada Indonesia. Termasuk tokoh hingga latar waktu, tempat, mau pun suasana.

  • Perspektif bangsa Indonesia

Historiografi nasional biasa ditulis dengan pandangan hidup bangsa Indonesia.

  • Character and nation-building

Ciri-ciri historiografi nasional berikutnya terdapat character and nation-building. Diketahui character building adalah usaha untuk membina serta memperbaiki tabiat, watak, serta budi pekerti. Sementara nation building merupakan pembinaan bangsa untuk meningkatkan kesadaran sebagai warga negara.

  • Penulis asli Indonesia

Berbeda dengan historiografi kolonial, jenis satu ini ditulis oleh orang Indonesia. Maka dari itu, sangat berpengaruh terhadap perspektif mau pun tokoh serta latar yang diangkat.

Lawang Sewu (KATADATA/NUNUNG AHNIAR)

Jenis dan Perkembangan Historiografi di Indonesia

Diketahui bahwa penulisan sejarah di Indonesia terbagi menjadi tiga jenis. Berikut penjelasannya.

1. Historiografi Tradisional

Adapun tujuan historiografi yaitu untuk menjunjung raja atau pemimpin. Termasuk nama, kedudukan, hingga wibawanya. Historiografi atau penulisan tradisional meliputi masa Indonesia sebelum merdeka. Tepatnya saat kerajaan-kerajaan masih menjamur di Nusantara.

Termasuk perkembangan kerajaan Hindu, Buddha, hingga masuknya Islam. Umumnya tulisan sejarah menyangkut peristiwa tersebut bercerita tentang raja yang berkuasa dan berpusat dan mengambil latar istana.

Adapun contoh penulisan sejarah di kerajaan Hindu dan Buddha yaitu prasasti. Singkatnya, prasasti merupakan piagam atau dokumen di atas bahan yang keras dan tahan lama. Tujuannya yaitu melestarikan sejarah kepada penerus berikutnya.

2. Historiografi Kolonial

Historiografi kolonial meliputi Indonesia ketika berada di bawah tekanan penjajah. Tepatnya ketika bangsa asing seperti Portugis, Belanda, dan Jepang mendatangi Tanah Air.

Pada masa Belanda, historiografi kolonial umumnya ditulis oleh orang Belanda. Meski begitu, sangat jarang dari penulis tersebut pernah melihat Indonesia secara langsung. Mereka mengarangnya dengan referensi dari arsip tentang Indonesia yang ada di Belanda.

Umumnya pada tulisan tersebut, pusat dari cerita bukanlah tentang Indonesia. Melainkan bangsa Belanda. Sementara Indonesia juga masih menggunakan sebutan Hindia Belanda.

Adapun beberapa contoh judul historiografi kolonial antara lain yaitu:

  • History of Java oleh Raffles
  • Geschiedenis van Indonesia oleh H. J. de Graaf
  • Indonesian Society in Transition oleh Wertheim
  • Indonesian Trade and Society oleh Y. C. Van Leur
  • Schets eener economische Geschiedenis van Nederlands-Indië oleh G. Gonggrijp.
BANGUNAN CAGAR BUDAYA NEDERLANDSCHE HANDEL MAATSCHAPPIJ (ANTARA FOTO/Aji Styawan)

3. Historiografi Nasional

Penulisan sejarah Indonesia Baru atau yang biasa disebut Nasional berawal ketika Tanah Air berhasil merdeka di atas kaki sendiri. Kali ini, historiografi sudah sepenuhnya menjadikan Indonesia sebagai pusat dari tulisan.

Historiografi nasional biasa membahas tentang perkembangan dari Indonesia termasuk aspek ekonomi, sosial, hingga budaya. Adapun beberapa contohnya yaitu berikut ini:

  • Sejarah Nasional Indonesia oleh Nugroho Notosusanto dan Marwati Djoened Poesponegoro
  • Sejarah Perlawanan-perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme
  • Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia oleh A. H. Nasution
  • Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara oleh R. Moh. Ali.

Demikian penjelasan lengkap mengenai ciri-ciri historiografi yang bisa dipahami. Anda juga bisa mengidentifikasinya lebih lanjut dengan membaca langsung tulisan sejarah dari judul buku yang disebutkan di atas.