Idul Adha merupakan hari raya umat Islam pada bulan Dzulhijjah. Pemerintah secara resmi mengumumkan bahwa pada tahun ini, Idul Adha jatuh pada 29 Juni 2023.
Ciri khas dari perayaan Idul Adha yaitu penyembelihan hewan qurban setelah salat ied. Selain itu, Idul Adha hampir serupa dengan Idul Fitri.
Termasuk salat ied di pagi hari serta rukun dan tata caranya. Setelah pelaksanaan, khotib akan berkhutbah dengan pembahasan yang tak jauh dari hikmah Idul Adha.
Kali ini, kami juga akan memberikan contoh khutbah Idul Adha yang bisa dijadikan acuan. Untuk lebih jelasnya, simak ulasan singkat berikut ini, dilansir dari Konsultasi Syariah.
Contoh Khutbah Idul Adha
Hari ini gema takbir dikumandangkan di seluruh penjuru negeri islam… kita mengagungkan Allah, memuji-Nya sebagai bentuk rasa syukur kita atas semua nikmat dan karunia-Nya…
Allahu akbar… Allahu akbar… laa ilaaha illallaah wallahu akbar, Allahu akbar… wa lillahil hamd…
Kaum Muslimin, jamaah shalat id yang kami muliakan. Hampir dalam setiap agama dan aliran kepercayaan, mereka memiliki peribadatan dalam bentuk menyembelih hewan. Menumpahkan darah binatang, dalam rangka mengagungkan tuhan dan sesembahan mereka.
Orang-orang musyrikin mempersembahkan sembelihan mereka kepada thaghut – tuhan-tuhan selain Allah. Ada yang bentuknya larung kepala kerbau di laut, ada yang bentuknya sedekah bumi menanam kepala sapi di kaki gunung, atau dalam bentuk sesajian lainnya. Usaha yang mereka lakukan, berujung pada dosa syirik yang akan mengantarkan mereka kekal di neraka.
Di saat yang sama, islam memberikan kesempatan bagi kaum muslimin untuk beribadah kepada Allah, Rabb semesta alam, Sang Pencipta yang paling berhak untuk disembah, dengan menyembelih qurban. Ibadah mulia yang menjanjikan pahala besar.
Kita bisa perhatikan, kegiatan yang dilakukan sama. Sama-sama menyembelih, sama-sama bermodal binatang. Akan tetapi ujung akhirnya sangat jauh berbeda. Yang satu mengantarkan pelakunya kekal di neraka, dan yang satu mengiring pelakunya menuju kenikmatan surga.
Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu akbar wa lillahil hamd…
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah..,
Mengapa amal kita bisa bernilai pahala? Mengapa amal kita dinilai sebagai amal soleh?
Karena amal kita dibangin di atas pondasi iman… karena kita muslim, karena amal yang kita kerjakan adalah amal yang dilandasi dengan iman. Sehingga apa yang kita lakukan, tidak ada yang sia-sia, dan dinilai ibadah di sisi Allah. Sungguh kita sangat layak bersyukur, atas hidayah iman dan islam.
Hadirin yang berbahagia,
Pada saat anda berkurban, bayangkan, andai saat itu kita tidak berada dalam agama islam. Tentu qurban yang kita kerjakan, bukan untuk Allah, namun akan menjadi pengagungan kepada thaghut.
Karena itulah, sebagai wujud rasa syukur atas hidayah iman yang dijanjikan dengan surga, Allah perintahkan kaum muslimin untuk shalat dan menyembelih hewan qurban.
Allah berfirman,
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ . فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Sesungguhnya Aku telah memberikan kepadamu telaga al-Kautsar. Karena itu kerjakanlah shalat karena Tuhanmu dan sembelihlah qurban.” (QS. al-Kautsar: 1 – 2).
Menurut 3 ulama tafsir zaman tabiin, Qatadah, Atha’, dan Ikrimah – ahli tafsir murid Ibnu Abbas –, makna perintah shalat dalam ayat itu adalah shalat id, sedangkan makna perintah menyembelih adalah menyembelih qurban. (Tafsir al-Qurthubi, 20/218).
Berdasarkan tafsir di atas, tidak ada kesempatan bagi kita untuk bisa menjalankan perintah dalam ayat ini sekali waktu, kecuali ketika idul adha.
Karena itulah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menekankan agar umatnya selalu berqurban.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ, فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا
“Barangsiapa yang memiliki kelapangan rezeki, namun tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ahmad 8273, Ibnu Majah 3123, dan sanad hadits dihasankan al-Hafizh Abu Thohir).
Ma’asyiral muslimin, hadaniallahu wa iyyakum…
Kita yang saat ini tinggal di luar daerah bencana… kita yang saat ini jauh dari wilayah gempa… perbanyaklah bersyukur kepada Allah, dan memohonlah agar Allah mengabadikan kenikmatan rasa aman ini selamanya..
Tadi malam kita bisa tidur dengan nyenyak di dalam rumah kita, tanpa ada rasa takut rumah kita akan roboh karena gempa…
Tadi pagi kita shalat subuh di dalam masjid, tanpa ada kekhawatiran, jangan-jangan masjid ini akan runtuh disebabkan gempa..
Sungguh Allah telah memberikan rasa aman kepada kita, lahir batin… fisik kita aman, batin kita tenang…
Hadirin yang kami muliakan…
Allah menjanjikan, siapapun yang berusaha menjaga iman, maka dia akan aman. Rumusnya, iman sama dengan aman. Allah berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-An'am: 82)
Jaminan keamanan yang diberikan oleh Allah ada 2:
[1] jaminan keamanan fisik dan
[2] jaminan keamanan batin
Jaminan keamanan fisik, ketika di dunia, Allah berikan kepada siapa saja diantara hamba-Nya yang Allah kehendaki. Baik hamba yang mukmin maupun hamba yang kafir. Semua manusia yang saat ini dalam kondisi sehat wal afiat, Allah telah memberikan keamanan fisik baginya.
Sedangkan jaminan keamanan yang kedua, jaminan keamanan batin, jaminan ini hanya Allah berikan kepada mereka yang memiliki tawakal yang sempurna kepada Allah… tawakal yang tumbuh karena iman… tawakal yang muncul dari keyakinannya bahwa dia punya Allah yang akan melindunginya, yang akan menjaganya…
Orang-orang soleh di masa silam, mereka menghadapi ujian yang luar biasa… ujian yang sampai mengancam jiwa dan raga.
Namun karena tawakkalnya yang tinggi, mereka tetap tegar dan tidak gentar dalam menghadapinya…
Ibrahim tatkala di lempar ke dalam api, beliau tetap tenang dan bertawakkal kepada Allah. Beliau mengucapkan,
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung..”
Ibnu Abbas mengatakan: “hasbunallah wa ni’mal wakiil” adalah perkataan Nabi ‘Ibrahim ‘alaihis salaam ketika beliau ingin dilempar di api.. (HR. Bukhari 4563).
Tatkala Ibrahim meninggalkan ibunda Hajar bersama putranya Ismail yang masih merah di lembah tanpa kehidupan, mereka bertawakkal kepada Allah…
Begitu Ibrahim beranjak meninggalkan Hajar, beliau mengejar Ibrahim seraya bertanya,
آللهُ الذِّيْ أَمَرَكَ بِهَذَا؟
“Apakah Allah yang memerintahkan kamu melakukan semua ini?”
Ibrahim menjawab: “Na’am” (Iya, Allah yang memerintahkan aku).
Dengan sangat yakin, wanita Solihah ini mengatakan,
إِذًا لَا يُضَيِّعُنَا اللهُ
“Berarti Allah tidak akan menyia-nyiakan kita…”
Subhanallah…
Siapa wanita yang tidak ketakutan ketika dia ditinggal sendiri bersama bayinya di tengah hutan?
Siapa wanita yang tidak ketakutan ketika dia ditinggal sendirian bersama bayinya di lembah tanpa kehidupan?
Namun karena kekuatan iman, mereka yakin bahwa mereka punya Allah yang akan menjaganya… itulah nikmat aman batin..
Demikian pula yang pernah dialami Musa… tatkala beliau bersama Bani Israil lari dari kejaran Fir’aun, hingga mereka terhenti karena di depannya lautan, sementara di belakang mereka Fir’aun bersama pasukannya.
Banyak diantara Bani Israil yang merasa sangat ketakutan, mereka akan ditangkap pasukan Fir’aun…
Allah ceritakan hal ini dalam firmannya,
فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ . قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ
Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. (QS. as-Syu’ara: 61-62)
Anda bisa perhatikan, ketika pasukan Fir’aun semakin mendekat, hampir tidak ada peluang untuk bisa melarikan diri… Bani Israil telah terkepung, sehingga mereka pun ketakutan..
Musa tidak tahu apa yang harus dilakukan, namun beliau yakin, Allah yang akan memberi bimbingan, Allah yang akan menjaganya…
Hingga Allah perintahkan Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut.. Allah berfirman di lanjutan ayat,
فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS. as-Syu’ara: 63).
Kondisi yang sama juga dialami oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Ketika mereka mendapatkan informasi bahwa orang-orang musyrikin akan menyerang mereka dengan membawa pasukan yang sangat banyak dari berbagai suku, mereka tetap tenang, dan mereka tawakkal kepada Allah.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat semakin beriman, dan mereka mengatakan kalimat hasbunallah wa ni’mal wakiil…,
Sebagaimana yang Allah ceritakan di surat Ali Imran: 173
إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”.
Allahu akbar… Allahu akbar… laa ilaaha illallaah wallahu akbar, Allahu akbar… wa lillahil hamd…
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Kita bisa melihat masyarakat yang berada di lingkungan kita, mereka yang dekat dengan al-Quran dan sunnah, yang dekat dengan sumber ilmu agama, umumnya memiliki mental lebih kuat dibandingkan mereka yang jauh dari agama.
Karena orang yang sering mendengarkan al-Quran dan sunnah, imannya akan lebih terjaga. Di saat itulah, Allah akan berikan ketenangan baginya… ketenangan batin, sehingga dia tidak gampang stres, tidak mudah putus asa ketika menghadapi masalah.
Termasuk mereka yang hendak hijrah meninggalkan pekerjaan yang haram, orang yang imannya lebih kuat, yang lebih sering dengan kajian sunnah, umumnya lebih siap dibandingkan mereka yang jarang dengan kajian..
Kedewasaan mental itulah ketenangan batin, yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang beriman…
Allahu akbar… allahu akbar… laa ilaaha illallahu wallahu akbar, allahu akbar walillahil hamd…
Selanjutnya marilah kita berdoa memohon kepada Allah, agar kita diberi kekuatan iman, kedewasaan mental, sehingga kita menjadi hamba-Nya yang bertawakkal.
Dan semoga Allah memberikan kesabaran bagi kaum muslimin Indonesia, terutama saudara kita yang saat ini sedang tertimpa musibah.. dan semoga Allah segera mengangkat musibah dari mereka…