Sejarah Pembacaan Teks Proklamasi dan Para Tokoh yang Terlibat

its.ac.id
Ilustrasi, pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekarno.
Penulis: Ghina Aulia
Editor: Agung
5/8/2023, 18.00 WIB

Pembacaan teks proklamasi menjadi tanda bahwa Indonesia telah merdeka. Dilaksanakan pada 17 Agustus 1945, peristiwa bersejarah tersebut rutin diperingati sebagai Hari Kemerdekaan. Pada tahun ini, Tanah Air sudah merdeka di atas kaki sendiri selama 78 tahun.

Ir. Soekarno merupakan tokoh yang melakukan pembacaan teks proklamasi sekaligus menjadi Presiden Republik Indonesia pertama. Ia juga turut menyumbangkan gagasan pada naskah serta melakukan diskusi dengan pihak Jepang.

Di balik itu, terdapat peran penting dari sejumlah tokoh sejarah lainnya. Khususnya mereka yang menjadi anggota PPKI.

Kali ini, Katadata.co.id akan membahas lebih lanjut tentang bagaimana pembacaan teks proklamasi berlangsung. Termasuk perumusan dan tokoh yang terlibat di dalamnya.

Pembacaan Teks Proklamasi

Pembacaan teks proklamasi dilakukan setelah diskusi panjang dua golongan yang mewakili Masyarakat. Di antaranya golongan muda dan tua yang juga merupakan anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Sebelum dibacakan, pihaknya beradu gagasan agar menemukan kalimat yang tepat untuk dimasukkan ke dalam naskah proklamasi. Bahkan sebelum itu, Soekarno dan Hatta sempat disandera oleh golongang muda yang menghindari intervensi Jepang terhadap dua tokoh sejarah tersebut.

Keduanya terlebih dahulu disembunyikan di daerah Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945, tepat sehari sebelum kemerdekaan Indonesia. Pada malam hari, mereka dibebaskan dan kembali ke Jakarta.

Akhirnya pembacaan teks proklamasi dilakukan di Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta Timur. Tepatnya pada jam 10 pagi serta disiarkan melalui radio dan media cetak beberapa saat setelahnya. Terdapat arsip nasional yang mengabadikan momen sejarah tersebut.

Ir. Soekarno didampingi Mohammad Hatta membacakan teks proklamasi yang menjadi titik balik bangsa Indonesia dari jajahan bangsa asing. Selain berusaha untuk mendesak pihak Jepang, pemuda Indonesia juga melakukan usaha lain dengang memanfaatkan peluang yang diberikan Jepang. Misalnya memaksimalkan tugas BPUPKI dan PPKI.

Sejarah Perumusan Teks Proklamasi

ISI TEKS PROKLAMASI (ANRI)

Pembacaan teks proklamasi menjadi tanda bahwa Indonesia akhirnya lepas dari belenggu penjajah. Berdiri di atas kaki sendiri, Tanah Air mencapai kebebasan sebagai negara yang utuh dengan sistem pemerintahan yang tidak dicampuri oleh pihak asing.

Meski begitu, perumusan teks proklamasi bukanlah proses yang singkat. Pihak Indonesia juga bekerjasama dengan sejumlah prajurit Jepang yang bertugas di kawasan Pulau Jawa.

Patut diketahui bahwa lahirnya teks proklamasi memiliki kaitan yang erat dengan peristiwa Rengasdengklok. Pada kala itu, Soekarno dan Hatta disandera dengan tujuan tidak terpapar pengaruh Jepang. Keduanya sementara diasingkan di kawasan Rengasdengklok hingga hari merdeka tiba.

Tepat pada malam hari dari Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta tiba di Jakarta. Kala itu, mereka dibawa oleh Laksamana Maeda Tadashi yang merupakan perwira tinggi Angkatan Laut Jepang untuk Hindia Belanda.

Sementara pihak Hindia Belanda (Indonesia) mempersiapkan kemerdekaan, pihak Jepang mendapat perintah dari Tokyo agar menjaga status quo. Melansir Kamus Hukum, status quo adalah keadaan sebagaimana adanya.

Pihaknya tidak dapat memberikan izin untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sedangkan di lain sisi Marsekal Terauchi sudah menjanjikan hal demikian ketika berada di Dalat, Vietnam.

Hal ini dianggap sebagai ingkar janji. Sebagaimana sindiran yang dilayangkan oleh Soekarno dan Hatta, keduanya membahas tentang semangat perwira layaknya “bushido,” yakni nilai moral yang diambil dari sebuah samuri. Misalnya seperti kehormatan, kesetiaan, dan kesederhanaan sampai mati.

Soekarno dan Hatta diarahkan untuk menuju rumah Laksamana Maeda dengan maksud menyusun isi teks proklamasi. Melansir Java in time of revolution: occupation and resistance (1972), teks proklamasi ditulis di ruang makan oleh penyusun yang di antaranya yaitu Soekarno, hatta, dan Soebardjo.

Sementara di ruang depan, juga ada Sayuti Melik, Soekarno, B. M. Diah, dan Soediro. Tak dapat dipungkiri bahwa saat itu ada intervensi dari prajurit Jepang, yakni Shigetada Nishijima yang menyarankan agar perpindahan kekuasaan hanya dari aspek administratif.

Meski begitu, Soekarno tetap bersikeras agar terjadi “transfer of power.” Perdebatan tersebut menghasilkan pemikiran yang berbeda. Diketahui ada beberapa kalangan yang meyakini ujaran Nishijima.

Akhirnya teks proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta dengan mengatasnamakan bangsa Indonesia. Kemudian Sayuti Melik menyalin dan mengetik menggunakan mesin tik di kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman.

Golongan Tua dan Golongan Muda

Seperti yang disebutkan sebelumnya, golongan tua dan muda merupakan anggota PPKI yang memiliki tugas menjelang kemerdekaan. Dibagi berdasarkan usia, selisih pendapat di antara mereka tak dapat dipungkiri.

Golongan tua cenderung banyak berhadapan dengan Jepang. Sementara golongan muda memiliki idealismenya sendiri untuk memerdekakan Indonesia.

Meski demikian, perbedaan gagasan tidak menjadi masalah yang menjerumuskan. Masing-masing pihak berdiskusi untuk mencapai tujuan yang sama, yakni memerdekakan Indonesia.

Anggota golongan tua yang memiliki peran penting menjelang proklamasi adalah Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, dan Achmad Soebardjo. Mereka bertiga merumuskan naskah proklamasi.

Sementara golongan muda yang terdiri dari B. M. Diah, Sayuti Melik, Soekarni, dan Soediro kerap mendampingi. Setelah peristiwa Rengasdengklok, mereka juga hadir di kediaman Laksamana Maeda Tadashi saat teks proklamasi dirumuskan.

Setelah perwakilan golongan tua selesai menulis rancangan naskah proklamasi, mereka menugaskan Sayuti Melik untuk mengetiknya. Menggunakan mesin tik milik tentara Jerman, ia juga sempat menuangkan gagasan dengan menambahkan kalimat “Atas nama bangsa Indonesia.”