Mengenal Bapak Pramuka Indonesia dan Perannya di Gerakan Kepanduan RI

Kompas
Ilustrasi, Bapak Pramuka Indonesia, Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Penulis: Ghina Aulia
Editor: Agung
15/8/2023, 08.00 WIB

Pramuka atau Praja Muda Karana merupakan organisasi kepanduan yang berkembang sejak awal tahun 1900-an. Di Indonesia, Pramuka berangkat dari gerakan pemuda yang dibentuk di kawasan Bandung dan Jakarta sekitar 1923.

Pada kala itu, gerakan belum menyandang nama resmi Pramuka. Beberapa decade setelahnya, tepatnya pada 1961 Pramuka resmi didirikan. Hingga sekarang, Hari Pramuka biasa diperingati setiap 14 Agustus.

Peringatan tersebut dilakukan dengan diadakan upacara bendera dan kegiatan kepramukaan lainnya. Misalnya perkemahan dan lomba kepanduan lainnya.

Namun, tahukah Anda bahwa terdapat sosok Bapak Pramuka Indonesia yang memiliki peran penting terhadap berkembangnya organisasi kepanduan di Tanah Air. Siapa sosok tersebut.

LOMBA KETERAMPILAN PRAMUKA (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/tom.)

Sosok Bapak Pramuka Indonesia

Bapak Pramuka Indonesia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX atau yang memiliki nama asli Gusti Raden Mas Dorodjatun. Sosoknya merupakan Sultan sekaligus Gubernur pemimpin pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1940-1988.

HB IX merupakan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pertama. Ia menyandang gelar tersebut pada tahun 1961-1974.

Sosoknya lahir di Ngasem, Sompilan, Yogyakarta. Lahir pada tahun 1912, Ayahnya bernama Gusti Pangeran Puruboyo dan Ibunya adalah Raden Ajeng Kustilah atau Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom.

Meski sejak kecil menyandang gelar sebagai anak dari Putra Mahkota Kesultanan Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX tinggal terpisah dari orang tuanya. Sosok bernama Dorodjatun ini menghabiskan masa anak-anak hingga remajanya dengan tinggal bersama keluarga Mulder yang merupakan orang Belanda sekaligus Kepala Sekolah Neutrale Hollands Javaancshe Jongens School.

Sri Sultan mendapatkan panggilan Henkie dari keluarga Mulder. Secara perinci, berikut ini riwayat pendidikan Sri Sultan Hamengkubuwono IX :

  1. TK: Frobel School
  2. SD: Eerste Europese Lagere School, Neutrale Europeesche
  3. SMP-SMA: Hoogere Burgerschool Semarang dan Bandung, Lyceum Haarlem
  4. Rijksuniversiteit

Melalui rilisan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya pada tahun 2012, ia aktif mengikuti kegiatan sebagai mahasiswa. Salah satunya dengan bergabung dan menjadi ketua di Verenigde Faculteiten.

Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga menghadiri kegiatan Musyawarah Nasional IV Gerakan Pramuka di Dili, Timor Timur pada 1-8 November 1988. Munas dipimpin oleh Letjen TNI (purn) Mashudi.

Munas tersebut menjadi momen HB IX diangkat sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Tidak semata-mata julukan, pengukuhan ini termuat pada Keputusan Munas Gerakan Pramuka tahun 1988 Nomor 10/Munas/1988 tentang Bapak Pramuka Indonesia.

Diketahui bahwa gelar tersebut diberikan karena peran HB IX terhadap perkembangan Gerakan Pramuka. Tak hanya itu, sosoknya juga menyumbangkan gagasan kepada gerakan kepanduan secara internasional. Ia juga berperan dalam menyatukan organisasi kepanduan yang sebelum terpecah.

Peran Hamengkubuwono IX pada Gerakan Pramuka Indonesia

Peran Hamengkubuwono IX sebagai Ketua Kwarnas tidak semata-mata bersifat administratif. Ia juga menggagas berbagai kegiatan dan nilai dasar yang masih melekat hingga sekarang. Berikut daftarnya:

  1. Perkemahan Satya Dharma 1964
  2. Kegiatan Wirakarya dan Perkemahan Pramuka Nasional 1968
  3. Tercetusnya Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka.

Tak sendirian, pada 1961, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dilantik bersamaan dengan jajaran pejabat lainnya yang hingga sekarang biasa disebut sebagai pendiri Gerakan Pramuka di Indonesia. Di antaranya yaitu Dr. Prijono, Dr. Azis Saleh, Achmadi, dan Muljadi Djojomartono.

Minat Sri Sultan Hamengkubuwono IX terhadap dunia kepanduan sudah terlihat sejak remaja. Ia juga merupakan Pandu Agung atau pemimpin kepanduan. Tepat pada tahun 1961, gerakan pandu tersebut menjadi satu, dengan nama Praja Muda Karana (Pramuka).

Ia menjabat sebagai Ketua Kwarnas selama tiga periode atau 15 tahun. Sosoknya memiliki peran besar dalam mengembangkan Pramuka sebagai gerakan pandu yang digandrungi berbagai kalangan, khususnya anak muda. Ia juga membawa Pramuka ke mata dunia sebagai salah satu gerakan kepanduan yang asli dari Indonesia.

LOMBA KETERAMPILAN PRAMUKA (ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/tom.)

Di tahun-tahun awal, Sri Sultan Hamengkubuwono IX bersama rekan jajarannya berupaya untuk membenahi tata organisasi dan administrasi. Pihaknya juga mulai mengadakan Musyawarah Kerja.

Tak sampai di situ, ia juga mencetuskan pola kerja pancawarsa di periode berikutnya. Para pembina diberikan pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan kecakapan yang nantinya akan diberikan kepada anggota.

Kemudian di periode ketiga, ia melakukan upaya membuka relasi dengan gerakan kepanduan dunia. Pramuka akhirnya bergabung dengan World Organization of Scout Movement (WOSM). Selain itu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga mencetus Perkemahan Wirakarya untuk Pembina dan Pelatih Gerakan Pramuka.

Pada periode terakhir, Pramuka cenderung diselenggarakan kepada masyarakat. Kemudian diadakan Seminar Pembangunan Masyarakat. Pihak Kwarnas juga memberikan kewenangan otonomi kepada kwartir cabang. Bahkan ada anggota yang sengaja dikirim ke luar negeri untuk mengikuti pelatihan guna meningkatkan kecakapan.

Itulah pembahasan singkat mengenai sosok Bapak Pramuka Indonesia. HB IX wafat di Washington DC pada 2 Oktober 1988. Beliau dimakamkan di kompleks Makam Raja Mataram, Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.