Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi sosial dengan orang lain agar bertahan hidup. Tidak hanya sebagai bentuk komunikasi semata, interaksi sosial juga berperan penting untuk mendapatkan informasi baik bagi individu maupun kelompok.
Ditilik dari pengertiannya, interaksi sosial adalah hubungan timbal balik berupa aksi saling memengaruhi antarindividu, individu dengan kelompok, ataupun antar kelompok.
Secara umum, interaksi sosial dibagi menjadi dua jenis. Salah satunya yaitu interaksi sosial disosiatif yang mengarah pada perpecahan dan pertentangan. Untuk informasi lebih lanjut mengenai interaksi sosial disosiatif, simak ulasan berikut ini.
Pengertian Interaksi Sosial Disosiatif
Interaksi sosial disosiatif memiliki beberapa pengertian. Dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), interaksi sosial disosiatif merupakan interaksi yang mengarah pada perpecahan.
Jenis interaksi sosial ini mampu melemahkan solidaritas dan persatuan di antara individu maupun kelompok masyarakat.
Sementara itu, menurut Nuraedah dalam buku Sosiologi Pendidikan dari Masyarakat hingga Ketidaksetaraan (2022), interaksi sosial disosiatif lebih menekankan pada persaingan atau perlawanan.
Akibat dari interaksi sosial disosiatif, yakni terpisah atau terpecahnya kehidupan manusia, sehingga kondisi masyarakat tidak harmonis.
Jenis Interaksi Sosial Disosiatif
Interaksi sosial disosiatif merupakan jenis interaksi sosial yang mengarah kepada perpecahan. Jenis interaksi sosial ini juga dibagi menjadi beberapa jenis yang meliputi:
1. Persaingan
Merupakan jenis interaksi sosial disosiatif dimana terjadi yang membuat masing-masing individu hanya mementingkan dirinya sendiri. Seseorang berpikir bagaimana memenangkan persaingan yang ada dengan cara sesuai aturan yang berlaku.
2. Kontravensi
Jenis interaksi sosial disosiatif selanjutnya adalah kontravensi yang merupakan perasaan tidak suka seseorang kepada orang lain yang disembunyikan dikarenakan banyak faktor. Salah satunya perasaan iri dengki yang bisa menimbulkan perpecahan pada masyarakat.
3. Pertentangan
Terakhir, jenis interaksi sosial disosiatif adalah pertentangan yang bisa terjadi dikarenakan terdapat perbedaan visi dan misi, perbedaan pendapat, perbedaan pandangan, perbedaan kepentingan, beda budaya, dan perbedaan lainnya yang menimbulkan konflik atau pertentangan.
Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif
Dilansir dari laman detikedu, terdapat tiga bentuk interaksi sosial disosiatif, yaitu:
1. Kompetisi
Kompetisi adalah proses sosial ketika individu atau kelompok berusaha mengalahkan pihak lain untuk meraih keuntungan tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.
Persaingan dapat terjadi di lingkup sekolah hingga pekerjaan. Contoh, siswa bersaing dengan teman-teman sekolah untuk meraih prestasi.
Dalam kasus yang lebih luas, persaingan dapat muncul dalam aspek yang lebih jauh, seperti persaingan ekonomi, persaingan budaya, persaingan kedudukan dan peran, bahkan juga ras.
2. Kontravensi
Kontravensi adalah bentuk interaksi sosial berupa perasaan tidak suka yang disembunyikan, seperti keraguan bahkan kebencian terhadap pribadi seseorang. Kontravensi dapat dikatakan sebuah proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan.
Namun, kontravensi juga diartikan ahli sebagai sikap mental yang tersembunyi kepada orang lain. Dalam konteks ini, sikap mental hanya sampai tahap kebencian dan belum di tahap terjadi pertentangan.
Contoh, seseorang menyadari adanya perbedaan dengan pihak lain seperti budaya, pendapat, kepintaran, dan pola perilaku. Jika perbedaan tersebut tidak disertai dengan hati yang lapang, maka akan jadi pemicu pertentangan atau konflik.
Dikutip dari Pengenalan Sosiologi karya Taufiq Rohman Dhohiri, berikut ini beberapa macam kontravensi, yaitu:
- Kontravensi bersifat umum seperti penolakan, protes, dan menghalangi.
- Kontravensi sederhana seperti memaki, memfitnah,dan mencerca.
- Kontravensi intensif seperti penghasutan dan penyebaran desas-desus.
- Kontravensi bersifat rahasia, seperti berkhianat dan mengumumkan rahasia orang lain.
- Kontravensi bersifat taktis seperti intimidasi, provokasi, dan mengganggu lawan.
3. Pertentangan atau Konflik
Pertentangan atau konflik adalah bentuk proses sosial antarperorangan atau kelompok tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan. Pertentangan menimbulkan jurang pemisah yang dapat mengganggu interaksi sosial.
Umumnya, sebuah upaya dilakukan oleh masing-masing pihak dengan cara yang tidak wajar, sehingga menimbulkan pertikaian baik benturan fisik dan maupun kepentingan yang saling menjatuhkan.
Sebagai salah satu bentuk interaksi sosial, pertentangan lebih mengarah pada kekerasan dikarenakan pertentangan yaitu untuk menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan.
Penyebab terjadinya pertentangan di masyarakat di antaranya:
- Adanya perbedaan antar individu.
- Adanya perbedaan kebudayaan.
- Adanya perbedaan kepentingan.
- Adanya perubahan sosial.
Dikutip dari buku IPS SMP karya Sugiharsono, dkk, berikut beberapa contoh pertentangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, yaitu:
- Pertentangan pribadi
- Pertentangan rasial
- Pertentangan antara kelas-kelas sosial
- Pertentangan politik
Namun perlu diketahui bahwa tidak semua pertentangan tidak selalu berbentuk dan berdampak negatif. Contohnya pada sebuah diskusi dimana pertentangan diharapkan membawa tiap pihak mencapai titik temu mengenai suatu fenomena sosial.
Selama pertentangan itu tidak berlawanan dengan pola hubungan sosial yang sudah baku dalam struktur sosial tertentu, maka pertentangan dapat bermakna positif.
Contoh Interaksi Sosial Disosiatif
Berikut ini beberapa contoh interaksi sosial disosiatif yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:
- Persaingan dalam lomba catur yang membuat terjadinya perselisihan dan pertikaian akibat salah paham.
- Penghasutan seorang siswa kepada salah satu siswa lainnya untuk melakukan perbuatan yang tercela. Seperti minum minuman keras. Hal tersebut membuat terjadinya penentangan dari siswa yang dihasut tersebut.
- Demontrasi. Contoh interaksi sosial disosiatif berikutnya adalah demo yang terjadi di masyarakat. Misalkan demo mahasiswa menuntut penurunan harga bahan bakar minyak, demo para pekerja terkait penuntutan kenaikan gaji, demo pengunduran diri presiden dan lain sebagainya. Demo termasuk ke dalam bentuk interaksi sosial berbentuk penentangan.
- Melakukan penyebaran berita palsu yang memfitnah seseorang. Sehingga orang bersangkutan merasa tersinggung hingga terjadi pertikaian.
- Melakukan pengkhianatan dengan cara menyebarluaskan berita rahasia.