Indonesia memiliki banyak situs berserjarah yang masih bisa disaksikan hingga kini. Salah satunya yaitu Candi Prambanan yaitu candi bercorak Hindu yang dibangun di Indonesia pada abad ke-9 Masehi.
Dilansir dari resmi Kemdikbud, kompleks Candi Prambanan terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten. Letaknya, kurang lebih berada di 17 kilometer timur laut dari Yogyakarta dan 50 kilometer barat daya Surakarta.
Candi Prambanan sendiri merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1991.
Ditilik dari sisi sejarah, masih banyak yang meyakini bahwa Candi Prambanan merupakan bukti dari kisah legenda Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso. Namun, realitanya, candi ini memiliki kisah dan sejarahnya sendiri.
Lantas, seperti apa sejarah Candi Prambanan yang sebenarnya? Berikut dibawah ini rangkumannya.
Sejarah Candi Prambanan
Dikutip dari buku Kompleks Candi Prambanan dari Masa ke Masa oleh Maulana Ibrahim, berdirinya Candi Prambanan diyakini berkaitan erat dengan cerita rakyat setempat yang cukup dikenal hingga saat ini.
Candi ini juga dikenal sebagai candi Roro Jonggrang dimana nama tersebut diambil nama seorang putri dari raja yang berkuasa pada saat itu.
Suatu hari, Roro Jonggrang dipersunting oleh raksasa bernama Bandung Bondowoso. Namun ia sebenarnya ia ingin menolak lamaran tersebut.
Oleh karena itulah, Roro Jonggrang memberikan syarat yaitu membangun 1000 candi atau arca dalam waktu satu malam saja. Bondowoso menyanggupinya syarat tersebut. Dengan meminta bantuan para jin, Bondowoso pun mulai melakukan pembangunan candi.
Namun Roro Jonggrang berusaha menggagalkan upaya Bondowoso dengan cara memukul lesung untuk membuat ayam berkokok sebagai tanda hari telah menjelang pagi. Akibatnya pekerjaan Bondowoso belum selesai dan baru terbangun 999 candi saja.
Bondowoso yang mengetahui perbuatan Roro Jonggrang tersebut kemudian marah dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca sebagai pelengkap satu arca yang belum terbuat.
Sementara itu, penamaan Candi Prambanan juga memiliki cerita sejarah di baliknya. Dilansir dari Kemdikbud, nama Prambanan berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri.
Nama tersebut diperkirakan juga merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari istilah Hindu 'Para Brahman' yang bermakna "Brahman Agung" menjadi Prambanan.
Namun pendapat lain beranggapan bahwa nama "Prambanan" ini berasal dari kata 'mban' dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung atau memikul tugas yang merujuk kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas di dunia ini.
Berdasarkan prasasti Siwagrha, sejarah nama asli kompleks Candi Prambanan adalah Siwagrha yang memiliki makna sebagai Rumah Siwa. Hal tersebut dikarenakan terdapat arca Siwa Mahadewa setinggi 3 meter.
Pembangunan Candi Prambanan
Candi Prambanan pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan sebagai tandingan Candi Borobudur dan Candi Sewu yang letaknya tak jauh dari Prambanan.
Adapun pembangunannya dilanjutkan dan disempurnakan oleh Raja Lokapala dan Raja Balitung Maha Sambu pada masa kerajaan Medang Mataram, seperti yang tertera pada prasasti Siwagrha.
Pembuatan Candi Prambanan dipercaya sebagai bentuk persembahan kepada tiga dewa utama Hindu atau Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wishnu, dan Siwa.
Mengutip buku Seni Rupa Indonesia dalam Perspektif Sejarah oleh Purwo Prihatin, pada saat pembangunan Candi Prambanan, orang-orang yang terlibat telah memikirkan cara agar kondisi alam yang ada tidak akan membahayakan konstruksi candi dan menyebabkan erosi.
Salah satunya dengan melakukan perubahan pada tata air, yaitu dengan memindahkan aliran sungai di dekat candi.
Pembangunan candi terus disempurnakan secara berkala oleh raja-raja Medang Mataram, seperti raja Daksa dan raja Tulodong. Pembangunan kompleks Candi Prambanan juga diperluas dengan membangun ratusan candi tambahan di sekitar candi utama.
Pada masa kejayaannya, Candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung yang digunakan untuk menggelar berbagai upacara penting. Ada banyak pendeta dan muridnya yang berkumpul di Candi Prambanan dalam rangka mempelajari kitab Weda dan melaksanakan ritual.
Kompleks Candi Prambanan
Ciri khas arsitektur Candi Prambanan yakni berpedoman pada tradisi arsitektur Hindu dalam kibat Wastu Sastra. Model kompleksnya mengikuti model alam semesta yang menurut konsep kosmologi Hindu terbagi atas bebrapa lapisan tanah, alam, atau loka.
Denah asli candi Prambanan berbentuk persegi panjang yang terdiri atas halaman luar dan tiga pelataran yakni Jaba di luar, Tengahan di tengah, dan Njeron di dalam. Namun saat ini, pelataran luarnya hanya merupakan pelataran kosong dan belum diketahui apakah pada awalnya terdapat bangunan atau hiasan di pelataran ini.
Pelataran luar dan tengah dahulu dikelilingi pagar batu yang kini telah runtuh. Di pelataran tengah terdapat candi-candi memusat yang bentuk dan ukuranya sama, yakni kuas denah dasar 6 meter persegi dan tinggi 14 meter.
Hampir seluruh candi di pelataran tengah hancur dan yang tersisa hanya reruntuhannya. Sementara di pelataran dalam, terdapat tempat suci yang semula dikelilingi gerbang-gerbang. Saat ini, hanya gapura paduraksa di sisi selatan Candi Prambanan yang kondisinya masih utuh.
Kompleks Candi Prambanan sendiri memiliki empat arah penjuru angin dengan candi utama yang menghadap ke timur. Untuk kompleksnya terdiri dari tiga Candi Trimurti, yakni candi:
- Syiwa,
- Wisnu, dan
- Brahma.
Kemudian terdapat tiga Candi Wahana, yakni candi:
- Nandi,
- Garuda, dan
- Angsa
Dua Candi Apit di antara candi-candi Trimurti dan Wahana di utara dan selatan, empat Candi Kelir di empat mata angin tempat di belakang pintu masuk zona inti, empat Candi Patoh di empat sudut zona inti, dan 224 Candi Perwara.
Candi Perwara tersusun dalam empat bagian memusat dengan jumlah candi per baris sebanyak 44, 52, 60, dan 68 candi. Dengan demikian terdapat 20 candi di kompleks Candi Prambanan.
Penemuan Candi Prambanan
Candi Prambanan ditemukan pada tahun 1733 oleh C.A. Lons, surveyor Belanda di bawah Sir Thomas Stamford Raffless. Kala itu, Raffles memerintahkan penyelidikan lebih lanjut.
Namun, reruntuhan Candi Prambanan tetap terlantar hingga berpuluh-puluh tahun. Sampai akhirnya penggalian dilakukan pada tahun 1880-an. Namun dikutip buku Wisata Ziarah oleh Gagas Ulung, upaya ini justru membuat penjarahan ukiran dan batu candi meningkat
Pemerhati arkeologi dan budaya asal Belanda, Isaac Groneman lalu melakukan pembongkaran pada candi ini. Batu-batu candi diletakkan sembarangan di sepanjang Sungai Opak.
Arca dan relief candi diambil warga Belanda untuk dijadikan hiasan taman. Sementara batu candi digunakan warga lokal untuk bahan bangunan dan fondasi rumah.
Akhirnya Candi Prambanan mengalami pemugaran pada tahun 1918, dan baru benar-benar serius ditangani pada sekitar tahun 1930-an. Upaya restorasi dilakukan terus menerus, hingga pada tahun 1953 pemugaran candi Siwa dirampungkan dan diresmikan oleh Presiden Sukarno.