8 Cerita Rakyat Nusantara yang Populer dan Pesan Moralnya

Mbludus
Cerita Rakyat
Penulis: Nadhira Shafa
Editor: Agung
10/1/2024, 09.52 WIB

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan tradisi. Salah satu warisan budaya yang masih lestari hingga kini adalah cerita rakyat. Ini adalah kisah-kisah yang berasal dari lisan masyarakat dan mengandung nilai-nilai moral, kearifan lokal, dan pesan-pesan mendidik.

Dilansir dalam buku Nilai Pendidikan: Intelektualitas dalam Cerita Rakyat Buton (2022), cerita rakyat umumnya mengisahkan peristiwa di suatu tempat tertentu. 

Pembeda cerita rakyat dengan karya sastra lainnya adalah metodenya dalam penyebaran. Cerita rakyat disampaikan melalui generasi ke generasi secara lisan, dari mulut ke mulut.

Cerita rakyat juga merupakan salah satu media untuk mengenalkan anak-anak kepada budaya dan sejarah bangsa. Berikut ini adalah delapan cerita rakyat nusantara yang populer dan penuh makna.

Cerita Rakyat Nusantara yang Penuh Makna

Berikut ini delapan contoh cerita rakyat nusantara terpopuler dari berbagai daerah:

1. Malin Kundang (Sumatra Barat)

Dongeng Malin Kundang (Youtube Riri Cerita Anak Interaktif)

Alkisah, hiduplah seorang Ibu yang telah lama ditinggalkan suaminya dan hanya tinggal dengan anak semata wayangnya yaitu Malin Kundang dan mereka hidup berkekurangan.

Malin Kundang tumbuh menjadi cerdas dan pemberani meski sedikit nakal. Saat dewasa, Malin ingin mencari pekerjaan di negeri seberang dan kembali ke kampung halamannya jika sudah menjadi orang kaya.

Malin pun ikut kerja di kapal dan karena ia rajin dan selalu menolong, ia menjadi nahkoda dari banyak kapal dagang. Tak hanya itu, Malin juga berhasil meminang seorang putri raja. Kabar tentang Malin ini pun terdengar ke telinga ibunya dan ia pergi ke dermaga berharap bertemu anaknya.

Suatu saat, kapal Malin tiba di kampung halamannya dan ibunya memeluk untuk menyambutnya. Namun Malin melepaskan pelukan itu dan mendorong ibunya hingga terjatuh. Malin merasa malu melihat ibunya yang sudah tua dan memakai baju lusuh ini berpura-pura tidak mengenal ibunya.

Bahkan saat istrinya bertanya apakah ia benar ibunya Malin, Malin menyebut ibunya adalah seorang pengemis yang mengaku sebagai ibunya untuk mendapatkan hartanya. Ibu Malin yang melihat anaknya yang congkak ini sangat sakit hati.

Dengan rasa sakit hati itu, ibu Malin mengutuk anaknya agar Tuhan menghukumnya menjadi batu. Tiba-tiba badai besar menyambar kapal Malin Kundang dan hancur berkeping-keping. Serpihan kapal ini berubah menjadi batu karang, begitu juga dengan Malin Kundang yang menjadi batu dengan posisi berlutut.

2. Sangkuriang (Jawa Barat)

Ilustrasi Cerita Rakyat Sangkuriang (Pinterest)

Dahulu kala hiduplah seorang pangeran dari kayangan yang ingin menikahi seorang gadis cantik dan pintar bernama Dayang Sumbi.

Sang pangeran pun menikahi Dayang Sumbi. Meskipun sang pangeran akan berubah menjadi anjing ketika memiliki anak dengan manusia karena orang dari kayangan tidak bisa hidup berdampingan.

Benar saja, sang pangeran menjadi seekor anjing bernama Tumang setelah menikah dengan Dayang Sumbi dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh menjadi cerdas dan tambah, selain itu ia juga suka berburu.

Saat berburu, Sangkuriang tidak sengaja membunuh Tumang dan dia memberitahu ibunya tentang Tumang. Dayang Sumbi sangat marah dan memukul kepala Sangkuriang hingga membekaskan luka. Sangkuriang yang sakit hati melihat Ibunya lebih sayang dengan anjing daripada dirinya pun memutuskan kabur dari rumahnya.

Setelah bertahun-tahun kabur, Sangkuriang bertemu seorang wanita cantik dan jatuh cinta kepada wanita itu yang Sangkuriang tidak tahu bahwa wanita itu adalah Ibunya. Sangkuriang terus ingin menikahi Dayang Sumbi, namun bekas luka di kepalanya membuat Dayang Sumbi tahu bahwa ini merupakan anak laki-lakinya.

Akhirnya, untuk mencegah Sangkuriang menikahinya, Dayang sumbi meminta Sangkuriang untuk dibuatkan sebuah perahu besar dalam semalam untuk syarat menikahinya. Sangkuriang menerimanya dan ia melakukannya dengan bantuan para jin.

Hingga saat menjelang subuh, perahu yang dibuatnya hampir selesai. Dayang Sumbi pun memikirkan cara untuk menghentikannya, ia segera membangunkan semua wanita untuk melambaikan selendang merah seolah matahari telah muncul. Melihat selendang itu para ayam jantang berkokok dan petani beranjak ke ladang seolah hari telah pagi.

Sangkuriang yang melihat jin-jinnya pergi menghilang karena dikira fajar telah muncul pun marah. Ia menendang perahu yang belum selesai itu lalu perahu mendarat dengan terbalik dan kini disebut dengan nama Tangkuban Perahu.

3. Si Pitung, DKI Jakarta

Si Pitung adalah seorang pemuda yang soleh dari Rawa Belong. Ia rajin belajar mengaji pada Haji Naipin. Selesai belajar mengaji ia pun dilatih silat. Setelah bertahun- tahun kemampuannya menguasai ilmu agama dan bela diri makin meningkat.

Pada waktu itu Belanda sedang menjajah Indonesia. Si Pitung merasa iba menyaksikan penderitaan yang dialami oleh rakyat kecil. Sementara itu, kumpeni (sebutan untuk Belanda), sekelompok Tauke dan para Tuan tanah hidup bergelimang kemewahan. Rumah dan ladang mereka dijaga oleh para centeng yang galak.

Dengan dibantu oleh teman-temannya si Rais dan Jii, Si Pitung mulai merencanakan perampokan terhadap rumah Tauke dan Tuan tanah kaya. Hasil rampokannya dibagi-bagikan pada rakyat miskin. Di depan rumah keluarga yang kelaparan diletakkannya sepikul beras. Keluarga yang dibelit hutang rentenir diberikannya santunan. Dan anak yatim piatu dikiriminya bingkisan baju dan hadiah lainnya.

Kesuksesan si Pitung dan kawan-kawannya dikarenakan dua hal. Pertama, ia memiliki ilmu silat yang tinggi serta dikabarkan tubuhnya kebal akan peluru. Kedua, orang-orang tidak mau menceritakan dimana si Pitung kini berada. Namun demikian orang kaya korban perampokan Si Pitung bersama kumpeni selalu berusaha membujuk orang-orang untuk membuka mulut.

Kumpeni juga menggunakan kekerasan untuk memaksa penduduk memberi keterangan. Pada suatu hari, kumpeni dan tuan-tuan tanah kaya berhasil mendapat informasi tentang keluarga si Pitung. Maka mereka pun menyandera kedua orang tuanya dan si Haji Naipin. Dengan siksaan yang berat akhirnya mereka mendapatkan informasi tentang dimana Si Pitung berada dan rahasia kekebalan tubuhnya.

Berbekal semua informasi itu, polisi kumpeni pun menyergap Si Pitung. Tentu saja Si Pitung dan kawan-kawannya melawan. Namun malangnya, informasi tentang rahasia kekebalan tubuh Si Pitung sudah terbuka. Ia dilempari telur-telur busuk dan ditembak. Ia pun tewas seketika.Meskipun demikian untuk Jakarta, Si Pitung tetap dianggap sebagai pembela rakyat kecil

4. Danau Toba (Sumatra Utara)

Ilustrasi Cerita Rakyat Danau Toba (Freepik)

Cerita rakyat ini berkisah tentang seorang pemuda bernama Toba yang menangkap seekor ikan mas cukup besar. Yang mengejutkan adalah ikan mas ini berubah menjadi seorang perempuan berparas cantik dan perempuan itu menjelaskan bahwa ia adalah seorang putri yang dikutuk.

Sebagai ucapan terima kasih, putri ini bersedia menjadi istri Toba dengan syarat tidak menyebarkan asal-usulnya sebagai ikan. Mereka pun menikah dan memiliki seorang anak bernama Samosir. Samosir ini sedikit nakal dan memiliki nafsu makan yang besar. Hingga suatu hari Samosir mengantarkan makanan untuk ayahnya di ladang. Namun di tengah perjalanan Samosir lapar dan langsung memakan makanan ayahnya.

Toba yang kelaparan dan terkejut karena melihat makanannya tinggal sedikit. Toba sangat marah dan kelepasan mengucap bahwa Samosir adalah anak ikan. Samosir menangis dan bersedih ini pulang mengadu ke ibunya.

Tiba-tiba sang putri dan Samosir menghilang dan muncul semburan air mengalir deras. Semburan itu terus keluar hingga menggenangi lemah tempat tinggal Toba dan menjadi sebuah danau yang luas kini dikenal dengan nama Danau Toba.

5. Keong Mas (Jawa Timur)

Cerita Keong Mas (Youtube.com/ Riri Cerita Anak Interaktif)

Dahulu kala di Kerajaan Daha, ada dua putri bernama Galuh Ajeng dan Candra Kirana. Galuh Ajeng iri pada Candra Kirana yang bertunangan dengan Pangeran Inu Kertapati.

Ia menyuruh nenek sihir jahat untuk mengutuk saudaranya menjadi keong mas. Suatu hari, seorang nenek tua mencari ikan di sungai.

Bukannya ikan yang ditangkap, justru seekor keong mas yang didapat. Keong mas itu lantas dibawa pulang dan dipelihara dengan aman.

Esok harinya si nenek mencari ikan lagi. Nasib baik belum datang, si nenek pulang ke rumah dalam keadaan lapar. Namun, alangkah terkejutnya ia, ketika melihat banyak makanan telah terjadi di meja makan. Berkali-kali keajaiban ini terjadi.

Hingga suatu si nenek berpura-pura pergi, lalu ia kembali dan mengintip. Ternyata, keong mas yang didapatkan itu berubah wujud menjadi seorang putri yang cantik.

Di sisi lain, Pangeran Inu Kertapati bingung karena tunangannya telah hilang. Ia lantas menyamar menjadi seorang rakyat jelata untuk mencari Putri Candra Kirana.

Kakek Sakti kemudian memberitahu sang pangeran bahwa sang putri berada di Desa Dadapan. Pangeran Inu Kertapati akhirnya berhasil menemukan sang pujaan hati.

Begitu mereka bertemu, kekuatan sihir pun hilang. Pangeran lantas memboyong Putri Candra Kirani ke istana dan mereka hidup bahagia selamanya.

6. Situ Bagendit (Jawa Barat)

Pada zaman dahulu kala, di utara kota Garut, hiduplah seorang tengkulak atau pedagang perantara yang biasa membeli padi dari para petani untuk kemudian dijual kembali yang bernama Nyai Endit.

Nyai Endit adalah tengkulak janda kaya raya yang kikir dan congkak. Nyai Endit sering kali menekan para petani untuk menjual padinya dengan harga yang murah. Bahkan ketika para petani sedang kesulitan, Nyai Endit menjual kembali padinya kepada petani dengan harga yang mahal.

Nyai Endit sering kali mengadakan pesta dan menghambur-hamburkan harta dan nasi dari padi yang dimilikinya sambil memamerkan harta-harta miliknya. 

Pada suatu hari di musim kemarau, ketika stok makanan milik para petani sudah menipis, Nyai Endit tetap mengadakan pesta di rumahnya. Pada saat pesta tersebut, datanglah seorang pengemis tua yang meminta makanan kepada Nyai Endit.

Namun dengan sombongnya, Nyai Endit meminta para penjaganya mengusir pria tua tersebut. 

Keesokkan harinya, ketika sedang berjalan-jalan di desa, Nyai Endit mendapati kerumunan yang sedang mencoba mencabut tongkat dari tanah, namun tidak ada yang berhasil melakukannya.

Ketika Nyai Endit mendekati tongkat tua tersebut, Nyai Endit melihat pengemis tua yang kemarin dilihatnya. Nyai Endit pun memaki pengemis tua tersebut dan mengatakan bahwa tongkat tersebut adalah ulahnya.

Nyai Endit juga meminta pria pengemis tua tersebut untuk mencabut tongkat tersebut. Ajaibnya, tongkat tersebut dapat dicabut oleh pengemis tua tersebut. Setelah tongkat dicabut, tiba-tiba air mengalir yang deras mengalir dari tempat tongkat tersebut tertancap.

Air yang mengalir keluar tersebut terus membanjiri desa tersebut, para penduduk desa berbondong-bondong pergi menyelamatkan diri.

Namun berbeda dengan para penduduk desa, Nyai Endit justru melarikan diri ke rumahnya dan sibuk menyelamatkan harta-hartanya. Nyai Endit kemudian tenggelam di rumahnya bersama dengan harta-hartanya.

7. Jaka Tarub (Jawa Tengah)

Cerita rakyat ini berkisah tentang seorang pemuda bernama Jaka Tarub. Jaka Tarub gemar sekali berburu. Suatu hari ia berburu burung di tengah hutan.

Selama di hutan, ia tidak kunjung mendapatkan burung buruan. Ia terus mencari hingga tiba-tiba ia mendengar suara beberapa wanita berbincang.

Jaka Tarub penasaran dan terus mencari dimana asal suaranya karena beriringan dengan suara gemericik air. Setelah menemukannya, ia terkejut karena terdapat sekelompok bidadari sedang mandi di sebuah mata air. Bidadari tersebut memiliki paras yang sangat cantik dan muncullah ide untuk mengambil salah satu selendang dan pakaian dari para bidadari tersebut.

Sore hari setelah selesai mandi, para bidadari hendak kembali ke kayangan. Namun, salah satu bidadari tidak bisa kembali ke kayangan karena kehilangan selendang dan pakaiannya. Bidadari tersebut bernama Nawang Wulan. Lalu, Jaka Tarub yang mencurinya tiba-tiba muncul dan meminjamkan kain Jaka Tarub sendiri dan mengajak Nawang Wulan pulang ke rumahnya.

Tak kunjung kembali ke kayangan, Nawang Wulan pun menikah dengan Jaka Tarub dan beraktivitas layaknya manusia yang melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak dan mencuci. Ternyata, Nawang Wulan memiliki kesaktian yaitu ia bisa memasak nasi untuk sekeluarga hanya dengan sehelai padi ke dalam periuk. Namun kesaktian ini akan hilang jika seseorang membuka periuknya. Maka ia berpesan ke Jaka Tarub untuk tidak membuka periuk itu.

Hingga suatu hari, saat Nawang Wulan hendak mencuci pakaian dan meminta Jaka Tarub menjaga anaknya, Nawangsih. Muncul rasa penasaran Jaka Tarub dan ia membuka masakan dalam periuk.

Jaka Tarub terkejut karena selama ini Nawang Wulan memasak untuk keluarganya dengan sehelai padi. Karena inilah kesaktian Nawang Wulan pun lenyap dan ia harus memasak beras yang banyak sehingga perlahan persediaan berasnya berkurang.

Saat persediaan beras semakin menipis betapa terkejutnya Nawang Wulan karena menemukan selendang dan pakaiannya yang hilang dulu di lumbung tersebut. Nawang Wulan pun sadar bahwa selama ini selendang dan pakaiannya dicuri oleh Jaka Tarub.

Nawang pun berpesan kepada Jaka Tarub untuk merawat Nawangsih, anak mereka, karena Nawang Wulan hendak kembali pulang ke kayangan.

8. Pesut Mahakam (Kalimantan Timur)

Pada zaman dahulu, ada sebuah keluarga yang terdiri atas sepasang suami istri dan seorang anak laki-laki dan perempuan. Pak Pung sebagai kepala keluarga mencari nafkah dengan bertani dan menangkap ikan. Namun suatu hari, keluarga yang bahagia ini mengalami musibah yaitu istri Pak Pung jatuh sakit lalu meninggal dunia.

Kini hanya tinggal Pak Pung dan kedua anaknya. Pak Pung kini merasa keberatan karena harus bekerja sekaligus mengurus kedua anaknya. Hingga suatu saat Pak Pung jatuh cinta dan menikah dengan seorang perempuan yang ia jumpai saat pesta panen.

Pak Pung tak lagi kesepian dan hidup bahagia sebagai sepasang suami istri. Namun kebahagiaan itu tak lama karena sifat asli istrinya terlihat bagaimana ia memperlakukan anak-anak dengan kasar. Ia kerap menghukum anak-anak, bahkan tidak memberinya makan.

Suatu hari anak-anak ini diminta untuk mencari kayu bakar. Namun, mereka tidak mendapatkan banyak kayu bakar sehingga mereka harus bermalam di hutan karena tidak boleh pulang. Mereka pun kelaparan di dalam hutan yang gelap.

Tiba-tiba mereka bertemu seorang kakek-kakek yang memberi tahu keberadaan pohon yang berbuah banyak. Mereka diperbolehkan mengambil sebanyak mungkin dalam sekali saja. Namun anak-anak ini lupa dan mengambil buah terus menerus.

Keesokan harinya, mereka pulang ke rumah. Namun, rumah kosong dan ternyata orang tuanya telah pundang. Mereka pun mencari alamat baru orang tuanya hingga di mana mereka menemukan sebuah pondok di tengah ladang. Tanpa mereka ketahui, rumah itu adalah rumah Pak Pung.

Di dalam rumah itu, mereka menemukan nasi ketan yang masih panas. Karena kelaparan, mereka pun memakannya hingga kenyang. Setelah kenyang, mereka merasa gerah dan memutuskan ke sungai.

Saat Pak Pung dan istrinya pulang, mereka terkejut karena nasi ketannya yang habis. Mereka pun mencari tahu siapa yang memakannya. Mereka mengikuti bekas-bekas makanan yang terjatuh sampai di tepi sungai dan melihat dua ekor ikan pesut. Melihat tingkah ikan pesut tersebut Pak Pung sadar itu adakan kedua anaknya. Ia pun sedih dan istrinya pun menyesali perbuatannya.

Demikian delapan contoh cerita rakyat nusantara populer. Cerita-cerita tersebut masih populer hingga saat ini karena sarat akan nilai-nilai moral dan kearifan lokal.