Bullying adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja secara terus menerus. Dalam bahasa Indonesia, bullying disebut menyakat yang artinya mengusik (supaya menjadi takut, menangis, dan sebagainya), merusak secara verbal.
Bullying dapat berupa kekerasan fisik, verbal, atau emosional. Parahnya kasus bullying juga kerap ditemukan di mana saja, termasuk di lingkungan sekolah.
Anak-anak adalah kelompok yang paling sering mengalami bullying, baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar. Menurut data dari Kemendikbud Ristek, sekitar 24,4 persen siswa di Indonesia pernah mengalami bullying, baik sebagai pelaku, korban, atau saksi. Bullying juga menjadi salah satu penyebab tingginya angka putus sekolah di Indonesia.
Untuk mencegah anak-anak menjadi korban bullying, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh orang tua, guru, dan masyarakat. Berikut ini adalah lima cara yang dapat Anda coba:
Cara Mencegah Anak Jadi Korban Bullying
Berikut ini beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mencegah anak menjadi korban bullying atau perundungan.
1. Meningkatkan Kepercayaan Diri
Para pelaku bullying biasanya menyerang pihak yang menurut mereka lebih lemah, baik secara emosional maupun fisik. Pelaku bullying kerap menyerang korban dari kalangan yang menurut mereka ‘berbeda’, baik dari segi penampilan, sifat, bahkan ras, dan agama.
Cara mencegah anak menjadi korban bullying yang pertama adalah dengan meningkatkan kepercayaan diri pada anak. Anak yang memiliki kepercayan diri tinggi tidak akan mudah ditindas oleh orang lain. Kepercayaan diri pada seorang anak dapat menjadi senjata melawan bullying.
2. Pengawasan dan Dukungan Orang Dewasa
Anak-anak perlu merasa didukung dan dilindungi oleh orang dewasa di sekitar mereka. Orang tua, guru, dan staf sekolah harus selalu siap untuk mendengarkan dan merespons ketika anak melaporkan pengalaman bullying atau perasaan tidak aman.
Selain itu, penting untuk memperkuat hubungan positif antara anak-anak dan orang dewasa di lingkungan sekolah dan masyarakat agar anak-anak merasa nyaman dalam meminta bantuan saat mereka menghadapi masalah.
3. Penguatan Keterampilan Sosial
Anak-anak yang memiliki keterampilan sosial yang baik lebih mungkin mampu mengatasi situasi-situasi sosial yang menantang, termasuk bullying.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan guru untuk membantu anak-anak mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk menangani konflik dengan cara yang positif. Ini dapat dilakukan melalui peran model yang baik, permainan peran, dan latihan keterampilan sosial dalam situasi nyata.
4. Promosi Budaya Sekolah yang Inklusif dan Menghargai Keanekaragaman
Sekolah harus menjadi tempat yang mendorong inklusi sosial dan menghargai keberagaman di antara siswa. Dengan menciptakan budaya sekolah yang ramah dan mendukung bagi semua siswa, termasuk mereka yang mungkin rentan terhadap bullying karena perbedaan fisik, budaya, atau lainnya, maka akan lebih sulit bagi perilaku bullying untuk berkembang.
Melalui program-program seperti mentoring antar siswa, kegiatan sosial yang mengakomodasi keberagaman, dan penekanan pada nilai-nilai seperti penghargaan terhadap perbedaan, sekolah dapat membantu menciptakan lingkungan di mana bullying tidak ditoleransi.
5. Pengawasan Terhadap Aktivitas Online
Dengan semakin meningkatnya penggunaan media sosial dan teknologi digital, cyberbullying telah menjadi masalah yang semakin serius. Orang tua perlu secara aktif mengawasi aktivitas online anak-anak mereka dan mengajarkan mereka praktik aman dalam berinternet.
Ini termasuk mengajarkan anak-anak untuk tidak membalas pesan atau komentar yang tidak pantas, serta untuk segera melaporkan tindakan bullying kepada orang tua atau otoritas yang tepat.
Dengan mengimplementasikan langkah-langkah ini secara konsisten, kita dapat membantu melindungi anak-anak dari menjadi korban bullying dan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka.