Contoh cerita pengalaman pribadi biasa menjadi tugas yang wajib dikumpulkan ketika liburan sudah usai. Tujuannya sebagai bentuk laporan dan rangkuman kegiatan apa saja yang sudah dilakukan selama tidak sekolah.
Di samping itu, cerita pengalaman pribadi juga bisa mengangkat kisah inspiratif dan tidak terlupakan. Penulis merangkumnya sebagai kisah yang unik dan patut diabadikan.
Umumnya contoh cerita pengalaman pribadi ditulis secara singkat dan sekali habis. Maka dari itu, penting untuk menyorot peristiwa penting tertentu sebagai pengingat.
Kali ini, kami akan memberikan contoh cerita pengalaman pribadi yang bisa jadi referensi mengerjakan tugas. Tersedia dalam berbagai topik, berikut lengkapnya.
Contoh Cerita Pengalaman Pribadi
1. Idul Adha di Desa Ayah
Idul Adha tahun ini terasa berbeda karena bertepatan dengan libur kenaikan kelas. Alhamdulillah kemarin aku mendapatkan rangking 3 di kelas dan bisa naik ke kelas 6 SDN Sukomulyo, Magelang. Karena prestasi ini, aku boleh meminta hadiah kepada ayahku. Aku minta berlibur ke desa ayah yang ada di Kudus, Jawa Tengah.
Aku ingin berlibur ke Kudus karena ingin melihat pelaksanaan Idul Adha di sana. Sebab di desa ayahku, hewan yang dikurbankan bukan sapi, tetapi kerbau. Terakhir kali aku ke sana waktu masih duduk di bangku TK. Jadi aku lupa-lupa ingat.
Kebetulan ayahku bisa izin kantor untuk pulang lebih awal, jadi kita sekeluarga bisa berangkat sehari sebelum hari raya Idul Adha. Aku, ayah, dan ibu berangkat naik mobil. Aku duduk di belakang, sedangkan ayah dan ibu duduk di depan.
Untuk sampai ke sana, butuh waktu sekitar 3,5 jam. Karena perjalanan panjang, aku sudah membawa banyak bekal makanan. Tapi sebelum sempat makan cemilan, ternyata aku tertidur di mobil.
Sekitar 3 jam perjalanan, aku terbangun karena ban mobilku bocor. Padahal tempat itu adalah persawahan dan hari sudah sore. Ayahku sempat jalan kaki menuju perumahan warga, tetapi tidak ada tukang tambal ban di sana. Tambal ban terdekat jaraknya sekitar 1 kilometer, tidak mungkin mobilnya didorong sampai ke sana.
Ayahku lalu memberi kabar ini kepada pamanku di Kudus. Ternyata pamanku mau menjemput ke tempat kami. Kami pun menunggu sambil mencari warung di sekitar lokasi. Sekitar 30 menit kemudian, paman datang. Dalam perjalanan, paman juga sambil mencari tukang tambal ban sehingga mobilnya bisa cepat ditangani.
Singkat cerita, kami akhirnya sampai di desa ayah malam hari. Masjid di dekat rumah paman sudah terus mengumandangkan takbir karena besok adalah hari raya. Tapi karena sudah terlalu lelah, aku diminta cepat tidur.
Keesokan harinya, selepas subuh, aku sudah mandi dan bersiap mengikuti salat Idul Adha di lapangan desa. Suasananya benar-benar berbeda dengan di rumahku yang masuk di perkotaan. Sambil berjalan ke lapangan, aku sempat melihat-lihat kerbau yang mau disembelih. Ukurannya besar-besar.
Setelah salat Idul Adha, aku diminta ganti pakaian dan ikut menyaksikan pelaksanaan penyembelihan kurban. Kebetulan keluarga ayah ada banyak di sana. Aku berkesempatan naik ke punggung kerbau bergantian dengan anak-anak lainnya. Ini pengalaman pertamaku naik ke punggung kerbau.
Dan yang paling ditunggu adalah setelah selesai penyembelihan kerbau. Warga di sana memasak gulai daging kerbau. Kami sekeluarga ikut makan bersama warga setempat. Ini juga pertama kalinya aku makan daging kerbau, ternyata rasanya enak juga.
Inilah pengalamanku di desa ayah saat Idul Adha. Selain itu, aku sempat liburan ke beberapa tempat wisata di sana. Waktu terasa sangat cepat. Setelah tiga hari di sana, kami akhirnya berpamitan untuk pulang. Aku berharap bisa datang ke sana lagi tahun depan.
2. Pilihan Sulit
Namaku Melisa aku merupakan anak SMP swasta kelas 2. Dan kini aku sudah menunggak uang SPP selama tiga bulan dan jika dalam waktu tiga bulan lagi tidak dibayar maka aku tidak bisa mengikuti ujian semester.
Ayahku hanya seorang penarik becak. Dimana sekarang pelanggannya sudah memilih naik taxi online atau grab dibanding becak yang kurang estetik dan juga kurang aman itu.
Pendapatan ayah pun kian hari kian menipis. Bahkan tak ada sama sekali sehingga membuat biaya SPP ku menunggak. Hanya 150 ribu. Itu jumlah yang tak seberapa namun untuk kalangan kami itu cukup sulit.
Di jalan saat akan berangkat sekolah aku tak sengaja menemukan sebuah dompet hitam. Dan kebetulan di jalan itu sangat sepi. Aku melirik ke kanan ke kiri berharap ada orang yang bertanya mengenai dompet ini.
Namun sudah 15 menit tak ada seorangpun yang mencari. Aku pun mulai membuka dompet tersebut kagetnya aku ternyata berjejer banyak uang merah lembaran.
Aku mencari kartu KTP yang terselip di dompet tersebut dan membaca nama dan alamatnya. Karena telat aku memutuskan menyimpan dompet tersebut ke dalam tas. Dan akan mengembalikan nanti sepulang sekolah.
"Setelah pelajaran usai aku memisahkan diri dari yang lain. dan mulai merasa bimbang.
Itu rezekimu melisa, kamu butuh uang itu untuk biaya sekolah.
Tidak itu bukan hak mu kembalikan melisa."
Kamu juga bisa beli sepatu, tas dan mengganti seragam usangmu itu melisa dengan uang ini.
Jangan melisa itu bukan hak mu. Kembalikanlah."
Begitu bersahutan rasanya di kepalaku percakapan hati dan pikiranku. Dan aku memutuskan untuk mengembalikan kepada yang punya.
Aku mungkin akan terbebas dari beban duniaku dengan uang ini, tapi urusan akhiratku mungkin akan lebih sulit jika menggunakan uang ini
Dan Allah memberikan jalan keluar yang luar biasa dari pengalamanku ayahku mendapat banyak penumpang dan adanya pekerjaan sampingan lain sehingga kebutuhanku dapat tercukupi dengan baik.
3. Liburan di Rumah
Selama satu minggu libur sekolah, ayah dan ibu memberikan tugas untuk menjaga adik. Ayah dan ibu saat ini tengah sibuk melayani pembeli di pasar.
Sebelum adik lahir, aku sering membantu ibu dan ayah di pasar setiap kali libur sekolah. Tugasku biasanya menimbang beberapa sayuran dan memasukkannya ke dalam kantong plastik. Hal ini dilakukan agar pembeli bisa langsung mengambil sesuai berat yang diinginkan.
Namun, tahun ini aku menghabiskan waktu liburanku untuk mengasuh adik yang usianya masih 1,5 tahun. Adikku jarang rewel dan lebih banyak tidur siang sehingga aku tak kesusahan dalam mengurusnya. Akan tetapi, saat dia sudah buang air besar, terkadang aku kesulitan dan panik karena dia menangis kencang
Untuk menenangkannya, ibu memberitahuku untuk menyediakan botol susu kemudian langsung mengisinya dengan ASI yang telah ibu simpan di freezer. Sempat aku memecahkan botol ASI yang terbuat dari kaca karena saat ini aku merasa sangat kewalahan dalam mengurus adik.
Agak melelahkan memang mengurus bayi itu, namun aku merasa senang karena dia menjadi nyaman bersamaku. Aku merasa waktu libur sekolahku menjadi momen untuk memperdekat hubunganku dengan keluarga.
4. Pengalaman di Pondok Pesantren
Pondok pesantren, tempat yang sangat berkesan bagi saya. Sejak kecil, saya sudah mengenal pondok pesantren ini. Ayah saya adalah seorang guru di sana, jadi saya sering berkunjung ke sana.
Ketika saya berusia 12 tahun, ayah saya memutuskan untuk mengirim saya ke pondok pesantren untuk belajar agama. Saya sangat senang dengan keputusan ayah karena saya ingin belajar lebih banyak tentang agama.
Saya tiba di pondok pesantren dengan hati yang penuh harapan. Saya disambut oleh para santri lainnya dengan ramah dan hangat.Mereka menyambut saya dengan senyuman dan ciuman di pipi. Saya merasa sangat nyaman dan diterima dengan baik.
Di pondok pesantren, saya belajar tentang agama dan juga tentang kehidupan. Saya belajar tentang bagaimana menjadi seorang muslim yang baik dan berakhlak mulia.
Saya juga belajar tentang bagaimana menghormati orang lain dan bagaimana menjadi seorang yang bertanggung jawab.
Selain itu, di pondok pesantren juga ada banyak aktivitas lain yang dapat dilakukan. Kami sering melakukan berbagai macam permainan, seperti bola, badminton, dan lain-lain.
Kami juga sering melakukan berbagai macam kegiatan sosial, seperti membantu orang tua di sekitar pondok pesantren dan membantu para santri lain yang kurang mampu.
Pondok pesantren adalah tempat yang sangat berkesan bagi saya. Di sana, saya belajar tentang agama dan juga tentang kehidupan.
Saya juga mendapatkan banyak teman baru yang baik dan ramah. Ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan bagi saya.
5. Akibat Banyak Menunda
"Tugas ini mudah, bisa dikerjakan besok," ungkap Heri setelah menerima tugas dari guru.
Ia pun sepulang sekolah tak langsung mengerjakan tugas, Heri justru bermain game online hingga larut malam.
Esok tiba…
Tak seperti ungkapannya tempo hari, Heri tak kunjung mengerjakan tugas karena menurutnya pekerjaan rumah yang diberikan guru IPA bisa dikerjakan dalam waktu satu jam.
"Nanti saja sebelum sekolah aku kerjakan, malam ini mau santai-santai main game." Akhirnya esok tiba, saat melihat tugas keringat dingin lalu mengucur di dahinya.
"Sial, tugasnya sulit dan memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya." Karena waktu sudah mepet, Heri memutuskan untuk pergi sekolah dan mengerjakannya di kelas.
Namun, saat bel masuk berbunyi, Heri tak kunjung menyelesaikan tugasnya. Sampai akhirnya guru datang dan menyuruh untuk menyerahkan tugas yang dijadikan PR dua hari lalu.
Berbeda dengan teman-temannya, Heri tampak pucat karena tugasnya tak selesai. Ia pun akhirnya dimarahi guru karena tak mampu mengerjakan tugas seperti teman sekelasnya.
Di kemudian hari, Heri menjadi siswa berbeda karena selalu mengerjakan tugas tepat waktu. Ia tak ingin kejadian serupa terulang karena menunda-nunda pekerjaan rumah di sekolah.
Itulah beberapa kumpulan contoh cerita pengalaman pribadi yang berhasil dirangkum dari berbagai sumber. Sebagian besar mengangkat tema liburan atau waktu luang selain di sekolah. Mengingat tugas membuat cerita tersebut di kala liburan tiba. Semoga bermanfaat.