Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang pernah berdiri di Palembang, Sumatera Selatan. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar yang ada di Nusantara. Kerajaan Sriwijaya juga menjadi kerajaan Buddha terbesar di Indonesia dan pusat pengajaran ajaran Buddha yang dirintis oleh Sidharta Gautama
Sebagai salah satu kerajaan terbesar di Nusantara, Sriwijaya telah berkuasa atas wilayah yang membentang dari Sumatera, Kepulauan Riau, Bangka, Singapura, Semenanjung Malaka, Thailand, Kamboja, Vietnam Selatan, Kalimantan, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Kerajaan Sriwijaya berdiri dengan raja pertama Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan pada abad 9-10 Masehi di bawah kepemimpinan Balaputradewa hingga Sri Marawijaya. Mengutip buku Sejarah 8 Kerajaan Terbesar di Indonesia oleh Situ Nur Aidah, pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya menguasai jalur perdagangan laut di Asia Tenggara. Sayangnya, kemegahan dan kebesaran kerajaan Sriwijaya harus berakhir.
Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke-11 dan akhirnya runtuh pada abad ke-12. Ada beberapa penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya, baik karena adanya perseteruan internal di dalam kerajaan hingga faktor eksternal lain yang memengaruhi kerajaan. Berikut penyebab keruntuhnya Kerajaan Sriwijaya.
1. Raja dengan Kepemimpinan Kurang Baik
Penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya yang pertama adalah karena setelah Raja Balaputradewa tidak ada raja lain yang mampu memimpin dengan baik. Setelah kejadian wafatnya Raja Balaputradewa pada tahun 835 M, Kerajaan Sriwijaya hampir tidak menemukan lagi sosok raja yang mampu memimpin kerajaan tersebut dengan adil dan juga bijaksana.
Penyebab ini secara perlahan-lahan menyebabkan turunnya kepercayaan dari masyarakat terhadap suatu kepemimpinan raja yang saat itu berkuasa. Ditambah lagi adanya faktor atau kejadian lain seperti serangan dari kerajaan lain serta terjadi suatu pemberontakan menyebabkan Kerajaan Sriwijaya semakin terpuruk.
2. Sektor Militer Melemah
Penyebab runtuhnya Kerajaan Sriwijaya yang berikutnya adalah karena melemahnya kekuatan kerajaan Sriwijaya di sektor militer, lemahnya sektor militer ini diakibatkan karena adanya konflik faktor internal dalam kerajaan.
Melemahnya kekuatan militer ini membuat banyak wilayah yang telah ditaklukan, satu persatu mulai melepaskan diri. Melemahnya militer kerajaan juga membuat kerajaan lain berani untuk menyerang Kerajaan Sriwijaya hingga membuat mereka semakin melemah.
3. Diserang oleh Colamandala
Penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah serangan dari Dinasti Chola, India Selatan yang kala itu dipimpin oleh Rajendra Chola I. Hal yang melatarbelakangi serangan ini adalah pajak tinggi yang dikenakan oleh Kerajaan Sriwijaya pada kapal-kapal pedagang di Selat Malaka.
Kondisi ini lantas membuat kapal yang berasal dari Colamandala merasa dirugikan. Oleh sebab itu, Dinasti Chola memutuskan menyerang Kerajaan Sriwijaya.
Serangan dilakukan sebanyak dua kali, yakni pada 1017 dan 1025. Dampak dari adanya serangan ini adalah Sriwijaya mengalami kemunduran besar. Bahkan, beberapa daerah kekuasaannya juga berhasil diambil alih.
4. Peperangan dengan Jawa
Kendati makmur, raja-raja setelah generasi Sri Marawijaya disibukkan oleh peperangan dengan Jawa pada tahun 922 M dan 1016 M. Melihat kondisi militer Kerajaan Sriwijaya yang semakin melemah, banyak kerajaan lain yang menyerang Sriwijaya, salah satunya serangan dari Raja Teguh Darmawangsa. Pada tahun 990 M, Raja Teguh Darmawangsa menyerang wilayah Kerajaan Sriwijaya bagian selatan.
Kerajaan Sriwijaya juga mendapatkan serangan dari Kerajaan Majapahit. Serangan yang dipimpin oleh Adityawarman ini terjadi pada tahun 1477.
Adanya serangan ini membuat Kerajaan Sriwijaya menjadi taklukkan Kerajaan Majapahit. Serangan ini semakin memperburuk keadaan Kerajaan Sriwijaya yang saat itu sedang berada pada arah kemundurannya.
5. Jauhnya Letak Kota Palembang dari Lautan
Selain karena faktor internal kerajaan, faktor letak kota palembang yang semakin menjauh dari laut juag menjadi penyebab berikutnya. Adanya proses pengendapan lumpur yang terjadi di muara sungai musi, menyebabkan proses pendangkalan dasar sungai pada sungai musi semakin cepat.
Sungai musi yang dangkal menyebabkan kapal-kapal dagang yang beraktifitas tidak bisa lagi singgah untuk melakukan transaksi ataupun kegiatan perdagangan di pusat kota. Hal ini membuat pendapatan dari Kerajaan Sriwijaya menjadi sangat menurun.
Padahal pendapatan dari pajak pedagang yang bertransaksi di pusat kota merupakan sumber pendapatan paling besar bagi kerajaan sriwijaya, dimana dana tersebut digunakan untuk menjalankan roda pemerintahan pada saat itu.
6. Ekonomi Semakin Melemah
Kondisi ekonomi Kerajaan Sriwijaya yang semakin melemah juga berdampak buruk bagi situasi politik dan pertahanan kerajaan ini. Hal inilah yang menjadikan penguasa Sriwijaya saat itu tidak bisa mengendalikan dengan baik daerah kekuasaannya.
Kemudian anyak daerah yang melepasakan diri dari Kerajaan Sriwijaya. Banyaknya daerah yang melepaskan diri dari Kerajaan Sriwijaya juga membuat sektor militer semakin melemah, sehingga hal ini dimanfaatkan kerajaan lain untuk menyerang Sriwijaya, dan menjadi penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya.
7. Perkembangan Agama Islam Semakin Pesat
Penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya yaitu semakin pesatnya perkembangan agama Islam di Nusantara. Agama Islam semakin berkembang pesat terjadi pada abad ke-12 M, di mana pengaruh agama Islam semakin kuat dan berpengaruh di Nusantara.
Banyaknya kerajaan yang bercorak Islam membuat wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya semakin kecil. Pasalnya, kerjaan-kerajaan bercorak islami tersebut mulai menguasai sebagian wilayah Kerajaan Sriwijaya. Hal inilah yang menjadi salah satu puncak penyebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya.