Padukuhan Mrican Caturtunggal Depok di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, bukanlah sembarang kawasan padat penduduk. Padukuhan ini memanjakan mata dengan aneka tanaman hijau yang dibudidayakan warganya. Bukan sekadar tanaman pribadi di pekarangan rumah, melainkan tanaman yang dibudidayakan oleh Kelompok Tani Wanita (KWT) Srikandi.
Rindangnya Mrican Caturtunggal Depok bukan tanpa alasan. Padukuhan ini menerapkan ekosistem urban farming, yakni metode pertanian di perkotaan. Metode ini mengoptimalkan lahan yang tak begitu luas, namun warga tetap merasakan manfaat aktivitas bertani dari sisi sosial, ekonomi, maupun lingkungan.
Bukan itu saja, penerapan urban farming di Mrican Caturtunggal Depok ternyata juga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Metode ini pun sukses mengonservasi sumber daya tanah dan air. Dari sisi sosial, ekosistem urban farming ini menguatkan rasa kebersamaan dan menciptakan budaya gotong royong bagi warga Mrican Caturtunggal Depok.
Bonusnya, lingkungan Mrican Caturtunggal Depok jadi tampak indah dan rindang. Menurut Ketua KWT Srikandi Nur Handayani, warga mendapat bantuan berupa sarana dan prasarana, seperti perlatan bertani, tanaman, hingga media tanam. Bantuan ini diberikan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) melalui BRI Peduli.
“Sehingga, membuat urban farming di Mrican Caturtunggal Depok makin berkembang dan bisa dipetik manfaatnya yang lebih besar bagi masyarakat,” tuturnya dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (24/11).
BRI Peduli menyalurkan bantuannya lewat BRInita atau Program BRI Bertani di Kota. Tujuannya yakni untuk mengembangkan lokasi padat penduduk seperti Mrican Caturtunggal Depok menjadi lebih baik dari sisi lingkungan dan kesehatan. Program ini diharapkan dapat menjadikan Mrican Caturtunggal Depok menjadi kawasan edukasi sekaligus wisata.
Ekosistem urban farming di Mrican Caturtunggal Depok lengkap. Ada buah-buahan, sayuran, tanaman obat keluarga, gazebo, hingga pagar tanaman yang sangat memadai. Melalui BRInita, para anggota KWT Srikandi mendapat pelatihan memasak. Sehingga, hasil panen urban farming tak hanya dijual sebagai bahan baku segar.
Saat ini KWT Srikandi beranggota 44 orang. “Dengan anggota tersebut, kami di Mrican Caturtunggal Depok sudah bisa menjual sayuran segar, olahan makanan, dan katering lewat ekosistem urban farming ini,” imbuh Nur Handayani.
KWT Srikandi bukanlah komunitas yang baru terbentuk. Komunitas tersebut sudah dirintis sejak 26 Desember 2014 silam.
Melihat wilayahnya yang makin rindang dan berkembang, Dukuh Mrican Caturtunggal Depok Sumarji mengapresiasi BRI Peduli yang sudah memberikan fasilitas untuk para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. “Bahkan, padukuhan kami dibangun dan direnovasi, sehingga membuat Mrican Caturtunggal Depok kian maju seperti sekarang ini,” tuturnya.
Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan, tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan diwujudkan melalui program-program yang mendorong perbaikan ekosistem lingkungan. BRInita menjadi salah satu komitmen BRI terhadap pelestarian lingkungan padat penduduk di tengah kota.
“Program ini tidak hanya dilaksanakan di satu titik saja, tetapi di 21 titik di Indonesia. Dengan bantuan infrastruktur yang kami berikan, harapannya program ini secara kontinyu dapat terus berjalan, sehingga menjadi wadah positif bagi masyarakat,” ungkapnya.
Ia berharap, kisah inspiratif para srikandi di Mrican Caturtunggal Depok dapat ditiru oleh kelompok-kelompok tani lainnya.