Polusi udara di DKI Jakarta telah berkontribusi terhadap 5,5 juta kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) setiap tahun. Hal ini menyebabkan biaya kesehatan melonjak hingga Rp 60,8 triliun pada 2020.

Tingginya jumlah kendaraan yang lalu lalang dinilai jadi penyebab utama pencemaran udara di Jakarta. Namun, aturan pembatasan aktivitas masyarakat selama pandemi Covid-19 ternyata tidak menurunkan tingkat pencemaran. Data Nafas menyebutkan, rata-rata skor pencemaran hanya turun 50-90. Ini sekaligus membuktikan gas buang kendaraan bukan satu-satunya penyebab polusi udara.

Lalu apa yang membuat pencemar udara tetap tinggi dan apa dampaknya bagi 11 juta warga di Ibu Kota?

Reporter: Dini Apriliana