Beberapa waktu terakhir, fenomena flexing menjadi ramai diperbincangkan oleh masyarakat. Flexing seolah menjadi tren seiring dengan munculnya istilah “sultan” atau “crazy rich” di media sosial.
Istilah flexing dikenal dengan sikap memamerkan kekayaan kepada orang lain untuk tujuan tertentu, seperti pencitraan diri hingga untuk strategi pemasaran. Namun belakangan, flexing turut digunakan juga sebagai alat penipuan investasi. Salah satu contohnya ialah kasus yang menjerat “Crazy Rich” Indra Kenz dan Doni Salmanan.
Lalu bagaimana flexing bekerja menjadi alat penipuan investasi hingga bisa memakan korban?