Demonstrasi yang berlangsung serentak di sejumlah daerah pada 23-25 September lalu menjadi penanda kembalinya aktivisme anak muda dalam politik. Rangkaian demonstrasi ini merupakan yang terbesar sejak Reformasi 1998.
Tak hanya mahasiswa, demonstrasi juga diikuti siswa sekolah menengah. Berbeda dengan aksi di era sebelumnya, gerakan angkatan 2019 dipengaruhi perkembangan teknologi digital. Ajakan demonstrasi tidak disebar melalui selebaran pamflet, melainkan media sosial.
Gaya demonstrasinya pun berubah. Ini terlihat dari berbagai poster yang mereka bawa dengan kalimat yang kocak dan bernada sarkasme. Lewat hastag #reformasidikorupsi, mereka mengeluarkan tujuh desakan, antara lain: Menolak berbagai RUU bermasalah & mendesak pembatalan UU KPK, batalkan pimpinan KPK bermasalah, menolak jabatan sipil untuk TNI & Polri, hentikan militerisme dan pembebasan tahanan politik di Papua, hentikan kriminalisasi aktivis, hentikan pembakaran hutan oleh korporasi.