Melambungnya harga minyak dunia akibat krisis energi global bisa berdampak pada harga BBM (bahan bakar minyak) di Indoesia. Dengan Harga US$ 100-120 per barel membuat rata-rata keekonomian BBM jenis Pertalite dan Pertamax sebenarnya bisa mencapai Rp 30.000 per liter.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahwa kenaikan harga minyak ini harus diantisipasi karena situasi krisis energi yang sedang terjadi tidak bisa diramalkan kapan akan berakhir.
"Makanya, kita perlu mengingatkan ke masyarakat agar menggunakan BBM seefisien mungkin. Ini berdampak pada (membengkaknya) alokasi subsidi,” ujar Arifin.
Guna menjaga stabilitas harga di Indonesia, pemerintah berupaya menaikan dana subsidi BBM. Jumlahnya membesar dari semula Rp 152 triliun menjadi Rp 502 triliun. Namun, Presiden Jokowi pernah menyinggung soal subsidi energi yang besar, karena kekhawatiran akan ketahanan APD dan fiskal untuk terus menahan lonjakan harga. Jokowi saat itu juga membandingkan harga BBM di Indonesia masih lebih murah dibandingkan dengan negara lainnya.
Sementara, Pertamina mencoba untuk membatasi BBM bersubsidi dengan memberlakukan aturan pendaftaran ke MyPertamina dalam transaksi jual beli Pertalite mulai 1 Juli 2022 lalu. Hal ini untuk memudahkan pemerintah mendapatkan data dan menyaring masyarakat yang berhak mendapatkan harga bahan bakar bersubsidi.