Industri digital yang disebut memiliki potensi ekonomi menggiurkan bagi Indonesia memang mengalami perkembangan yang pesat, namun beberapa faktor dapat dioptimalkan untuk menunjang pertumbuhan industri. Apa saja faktor yang dimaksud?
Azaria Anggana Laras
Oleh Azaria Anggana Laras
26 Oktober 2018, 12.39
transaksi

 

Seiring meluasnya jangkauan layanan internet, bisnis e-commerce di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir. Situs penyedia data Statista memprediksi transaksi jual-beli online di Tanah Air sepanjang tahun ini akan mencapai Rp 144,1 triliun, melampaui capaian 2017 sebesar Rp 104 triliun. Jika dibandingkan dengan lima tahun silam, ada kenaikan lima kali lipat.

Geliat industri industri e-commerce ini pula yang melahirkan sejumlah unicorn—perusahaan rintisan dengan valuasi US$ 1 miliar (Rp 15 triliun)—bisnis digital lokal, antara lain Tokopedia dan Bukalapak. Pemain asing pun menikmati berkah e-commerce di Indonesia, seperti Lazada dan Shopee (Singapura), serta JD.id (Tiongkok). Pada kuartal pertama tahun 2018, perusahaan rintisan asal Singapura—Lazada, bahkan memimpin traffic/jumlah kunjungan ke situs e-commerce di Indonesia. 

Dengan potensi yang besar, industri digital menjadi salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan mendorong pemerataan. Tahun lalu, pemerintah bahkan menerbitkan Perpres No. 74/ 2017 mengenai Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik Tahun 2017-2019, yang kemudian disebut roadmap e-commerce.

Roadmap e-commerce sekaligus menjadi dasar hukum percepatan dan pengembangan sistem perdagangan nasional berbasis elektronik. Roadmap e-commerce memuat poin-poin yang dianggap krusial untuk memacu pertumbuhan industri digital nasional. Berdasarkan roadmap e-commerce dan survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center, setidaknya terdapat tiga poin yang saat ini menjadi celan industri digital untuk berkembang, yaitu infrastruktur dan jaringan internet, aplikasi mobile, dan sistem logistik.

Peningkatan dan perluasan layanan internet merupakan syarat utama tumbuhnya bisnis e-commerce. Menurut Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), pada 2017, 143,26 juta jiwa atau 54,68 persen dari total populasi jumlah penduduk Indonesia menggunakan jasa internet. Adapun pengguna e-commerce mencapai 107 juta atau 40 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

 

Semakin tinggi penetrasi internet di suatu daerah, maka akan semakin banyak pengakses e-commerce. Oleh sebab itu, jika dirinci berdasarkan wilayah dan pulau, Jawa dan Sumatra yang memiliki infrastruktur dan layanan internet lebih baik—dan tentu saja penduduk yang lebih besar—menjadi penyumbang utama traffic ke situs-situs  e-commerce.

Prioritas infrastruktur dan layanan internet meliputi pengadaan domain gratis, peningkatan kecepatan akses internet, dan pengadaan infrastruktur pita lebar/broadband untuk meningkatkan kecepatan internet di seluruh wilayah Indonesia. Seperti dikutip dari katadata.co.id, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menyatakan bahwa pada 2019 internet kecepatan tinggi seperti di Jakarta akan dapat dinikmati di ibukota kabupaten.  

Layanan internet yang handal tidak hanya memperlancar konektivitas, tapi juga memberi ruang untuk tumbuhnya aplikasi yang membuat konsumen nyaman untuk berselancar di website e-commerce. Maka, tantangan selanjutnya adalah mendorong pengembangan aplikasi mobile sehingga e-commerce lokal memiliki penampakan yang menarik, navigasi yang memudahkan, dan membuat konsumen betah.

Pengembangan aplikasi mobile sangat penting karena hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna e-commerce lebih banyak menggunakan plaform mobile untuk bertransaksi. Temuan ini seiring dengan laporan APJII yang menyatakan bahwa perangkat yang paling banyak dimiliki oleh masyarakat Indonesia adalah telepon genggam.

 

Adapun aspek selanjutnya, yaitu logistik, merupakan bagian penting untuk mendukung kelancaran transaksi online. Sejumlah pemain baru di jasa logistik memang terus bermunculan, bahkan beberapa perusahaan e-commerce juga mengembangkan saya usaha logistik. Namun, sampai saat ini, ketepatan waktu dan biaya pengiriman masih menjadi kendala, khususnya untuk wilayah terluar Indonesia.

Peningkatan layanan logistik memang menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi pemerintah. Oleh sebab itu, pembangunan infrastruktur yang menjadi kunci kelancara alur logistik nasional, menjadi prioritas pemerintah saat ini. Sejumlah proyek infrastruktur dikebut di sejumlah daerah. Harapannya, terutama bagi industri digital, pergerakan barang dan jasa menjadi lebih mudah dan murah.

Editor: Azaria Anggana Laras