Advertisement
Analisis | Efektivitas Joget Gemoy Menghapus Citra ‘Keras’ Prabowo - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Efektivitas Joget Gemoy Menghapus Citra ‘Keras’ Prabowo

Foto: Ilustrasi/ Katadata/ Bintan Insani
Joget ‘gemoy’ yang viral di media sosial menjadi salah satu strategi Prabowo mendulang elektabilitas. Cara ini dibangun untuk menunjukkan bahwa Prabowo masih aktif di usianya di atas 70 tahun, tetapi juga mengaburkan isu dinasti politik, meruntuhkan citra temperamental, serta menjauhkan narasi dugaan keterlibatannya dalam peristiwa 1998.
Leoni Susanto
7 Januari 2024, 09.10
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Prabowo Subianto tampak asyik berjoget bersama Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan dan para kader PAN. Aksi itu terlihat dalam video singkat yang diunggah di akun TikTok @amanat-nasional pada 2 Desember 2023. Hingga 5 Januari 2024, video tersebut telah ditonton 33,7 juta kali, disukai 1,4 juta akun, dan mendapatkan hampir 36 ribu komentar.

Video calon presiden (capres) nomor urut dua berjoget menggunakan lagu “Oke Gas 2” tersebut termasuk salah satu yang viral dengan kata kunci “Prabowo joget gemoy”. Beberapa video viral lain termasuk Prabowo yang menari saat berkampanye di Tasikmalaya, Jawa Barat hingga menari di perayaan ulang tahun Partai Solidaritas Indonesia (PSI), salah satu partai anggota koalisinya.

Goyang gemoy merupakan salah satu daya tarik dalam kampanye Prabowo di sejumlah daerah. Saat berkampanye di Aceh pada 26 Desember 2023 lalu, sekelompok ibu-ibu meminta mantan Komandan Jenderal Kopassus tersebut menari gemoy

Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran Sumatera Utara pun menggelar kompetisi goyang gemoy di platform Instagram berhadiah ratusan juta. Mereka menyebut kompetisi ini sebagai upaya meredam tensi politik yang semakin meningkat menjelang Pemilu 2024, sekaligus menjaga kegembiraan menyambut pesta demokrasi.

Popularitas goyang gemoy mulai meningkat di situs pencarian Google sejak akhir Oktober 2023. Gemoy merupakan salah satu ungkapan kekinian yang populer di masyarakat, terutama kalangan anak muda. Gemoy merupakan plesetan dari kata gemas, sehingga seseorang yang disematkan dengan kata ini dianggap lucu dan menggemaskan. 

Sosok Prabowo yang gempal dan kebiasaannya menari dalam berbagai kesempatan memunculkan istilah joget atau goyang gemoy. Atraksi ini kemudian menjadi bagian strategi kampanye pemenangan pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka di ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. 

Atraksi ini menyasar pemilih muda, yang merupakan mayoritas dalam Pemilu 2024, melalui platform media sosial. Mereka umumnya tidak begitu mengetahui sejarah hidup Prabowo, terutama di era Orde Baru. Dengan bergoyang gemoy, Prabowo menampilkan identitas baru yang lucu dan menggemaskan, seolah menutupi citra emosional, keras, kaku, dan sangkaan pelaku pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di masa lampau. 

Prabowo Menari: Antara Kesukaan dan Strategi

Sebenarnya, kebiasaan menari Prabowo tidak hanya muncul belakangan ini menjelang Pemilu 2024. Jika ditelisik, Prabowo juga beberapa kali terlihat menari pada masa kampanye Pemilu 2019. 

Salah satu yang menjadi viral adalah tariannya saat debat capres-cawapres pada 17 Januari 2019. Saat itu, Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyinggung Prabowo tentang data Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menunjukkan Gerindra, partai besutan Prabowo, yang Gerindra mencalonkan enam calon legislatif (caleg) narapidana. 

Saat itu, Prabowo hendak menimpali Jokowi secara langsung, tetapi kemudian dilarang oleh moderator. Prabowo lantas menari melenggangkan tangannya yang kemudian direspons pijat pundak oleh Sandiaga Uno, cawapres Prabowo kala itu.

Saat itu, beberapa pengamat memandang gestur tarian Prabowo sebagai cara menyalurkan emosi yang tertekan karena tidak bisa merespons lemparan pernyataan Jokowi. 

Frekuensi menari Prabowo kemudian meningkat di masa kampanye Pemilu 2024 yang cenderung lebih singkat dibandingkan pemilu sebelumnya.

Misalnya, pada debat capres 12 Desember 2024 lalu. Prabowo tampak dua kali menari. Pertama saat merespons capres nomor urut satu, Anies Baswedan, terkait rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik di Indonesia. Kedua, ketika merespons Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan terkait isu pelanggaran HAM di Papua.

Bukan hanya momen menari saat debat yang menjadi viral. Di platform TikTok, beberapa video Prabowo yang menari saat mendatangi beberapa acara dan pidato kerap diedit, kemudian disematkan dengan kata “gemoy” dan diberi latar lagu “Oke Gas 2”. 

Video-video pendek ini ditonton hingga ratusan ribu kali. Salah satunya adalah video Prabowo menari saat pengundian nomor urut capres-cawapres di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada Selasa, 14 November 2023.

Prabowo pernah mengatakan latar belakang kegemarannya menari pada November 2023 lalu. Menurutnya, kegemarannya ini adalah bagian dari masa kecilnya. Satu-satunya hiburan ketika berkumpul dengan keluarga besarnya adalah tarian wayang orang, termasuk tarian Gatotkaca. Sedangkan untuk citra gemoy, Prabowo mengaku tidak mengetahui apa artinya.

“Saya sendiri tidak tahu gemoy-gemoy itu. Dan masalah joget, itu kan saya sudah cerita itu mungkin masuk ke bawah sadar saya. Karena dulu kakek saya, jaman dulu tidak ada televisi, TikTok, yang ada hanya wayang. Budaya kita waktu itu hanya wayang. Tiap kali saya datang ke rumah kakek saya, saya disambut seperti itu. Jadi di bawah sadar saya kalau ada kabar gembira, ya saya juga begitu,” kata Prabowo Subianto, pada Jumat, 24 November 2023.

Di lain kesempatan, Prabowo menyebutkan bahwa kegemarannya menari juga terkait dengan tradisinya sebagai tentara. “Prajurit itu paling senang joget,” katanya pada Kamis, 27 September 2023.

Namun psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menilai, Prabowo terlalu sering menari tanpa musik dan tanpa memperhatikan konteks acara. Menurutnya, Prabowo juga sering tidak menyelesaikan pernyataannya dan cenderung mengambang hingga terputus, dan justru menyelesaikannya dengan jogetan. 

“Joget Prabowo terkesan sebagai bentuk kompensasi, sekaligus pengalihan perhatian audiens, atas menurun jauhnya kemampuan Prabowo berpikir strategis dan tuntas di level tertinggi pejabat negara,” kata Reza Indragiri Amriel.

Sentimen terhadap ‘Joget Gemoy’ Prabowo

Tim Pemenangan Nasional (TPN) Prabowo-Gibran menyebutkan bahwa muncul dan viralnya citra gemoy Prabowo yang menarik perhatian anak muda tumbuh secara organik. Hal ini bukan strategi yang dibuat TPN untuk mendulang elektabilitas Prabowo-Gibran.  

“Bukan kami yang bikin ide ‘gemoy’. Ini tumbuh secara organik dari bawah. Dan ketertarikan anak muda itu dimulai setelah sesuatu yang awalnya menarik dan mengena di hati. Kemudian mereka ingin mengetahui lebih dalam lagi,” kata Rosan Roeslani, Ketua TKN Prabowo-Gibran.

Strategi tarian dan citra gemoy Prabowo yang viral ini memang mendapat berbagai respons, baik positif maupun negatif, di media sosial. TikTok dan X (Twitter) adalah dua platform media sosial tempat viralnya kata kunci gemoy. Di TikTok, goyang gemoy Prabowo memiliki kecenderungan mendapat sentimen positif. Sedangkan di platform X, sentimen terhadap gemoy memiliki kecenderungan negatif. 

Media monitoring berbasis artificial intelligence, Drone Emprit melakukan pemantauan pada 12-30 November 2023 terkait sentimen gemoy. Hasilnya, 58% cuitan cenderung sentimen negatif. Beberapa kritik yang dicatat Drone Emprit termasuk bahwa gaya kampanye gemoy dianggap sebagai pembodohan dan menganggap remeh intelektualitas anak muda.

Menurut media monitoring PARA Syndicate pada 23-30 November 2023, rata-rata tagar dalam dalam kata kunci “Prabowo” dan “gemoy” disebarluaskan oleh para pendengung dengan lokasi terbanyak di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Tagar paling banyak digunakan adalah #prabowogemoy.

Sedangkan di TikTok, menurut pemantauan Netray Media Monitoring, terdapat 1.070 konten dengan kata kunci “gemoy pada periode 24 November sampai 4 Desember 2023. Video-video ini ditonton sebanyak 57,3 juta kali dan total impresi mencapai 2,6 juta reaksi. Kata kunci ini didominasi oleh konten-konten yang berkaitan dengan Prabowo dan cawapresnya, Gibran Rakabuming Raka. 

Hal ini menarik sebab Prabowo disebut memiliki basis pendukung yang cukup kuat di TikTok dibandingkan dengan capres-cawapres lain. Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia, Prabowo-Gibran memiliki basis terbesar di TikTok dibandingkan dengan platform media sosial lain, yakni sebesar 54%.

Dalam debat capres pada 12 Desember 2023 dan debat cawapres pada 22 Desember 2023, pengguna TikTok adalah yang paling banyak menilai performa Prabowo terbaik dibandingkan capres lainnya (38,8%) dan performa Gibran juga paling baik dibandingkan cawapres lainnya (70,2%).

Potensi Mengerek Elektabilitas

Berdasarkan survei Poltracking Indonesia yang dilakukan 29 November-5 Desember 2023, elektabilitas Prabowo-Gibran di kalangan generasi Z dan milenial jauh lebih tinggi dibandingkan capres-cawapres lain. 

Pada generasi Z, elektabilitas Prabowo-Gibran mencapai 55,7%, jauh di atas daripada pasangan nomor urut tiga, Ganjar Pranowo – Mahfud Md yang memiliki elektabilitas 23%. Sedangkan untuk generasi milenial, elektabilitas Prabowo-Gibran juga jauh mengungguli capres-cawapres lain sebesar 49,4%.

 

Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti menyebut bahwa fenomena naiknya elektabilitas Prabowo-Gibran ini adalah elektabilitas viral. Ini terjadi karena banyak generasi muda yang tidak terlalu mementingkan gagasan politik dari capres dan cawapres.

“Nanti siapa yang viral, kecenderungan elektabilitasnya naik lagi. Umur elektabilitas viral ini paling tidak lebih dari dua minggu. Makanya kalau ada calon presiden yang buat dia viral, pindah lagi ini (elektabilitasnya). Jadi generasi Z kita ini saya sebut adalah pemilih viral. Ada calon presiden viral, dia ikut,” kata Ray Rangkuti di diskusi PARA Syndicate “Kampanye Plipres: Politik Gemoy vs. Politik Gagasan” pada Kamis, 30 November 2023.

Menurutnya, kemunculan gemoy juga memudarkan isu dinasti politik. Namun, Ray mengatakan, bahwa sesuatu yang viral tidak bisa secara akurat dijadikan pegangan terkait meningkatnya elektabilitas. “Jika kita lihat, gimik dan simbol tidak jadi pegangan soal elektabilitas,” kata dia.

Apa yang disebut Ray Rangkuti juga beriringan dengan survei yang dilakukan Katadata Insight Center pada 13 Desember - 15 Desember 2023 tentang “Performa Capres pada Debat Pertama”. 

Menurut responden, gimik seperti joget hanya 7,3% mempengaruhi penilaian publik terhadap capres-cawapres pada debat 12 Desember 2023. Faktor utama yang mempengaruhi penilaian publik masih didasarkan pada kejelasan gagasan. 

Hasanuddin Ali dari Alvara Research menyebut bahwa Prabowo-Gibran sangat sadar menggunakan gemoy sebagai instrumen strategi marketing politik dalam kampanye mereka. 

“Akan lebih elok jika kampanye ke anak muda tidak cukup hanya dengan cara itu. Kandidat juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik pemilih muda bagaimana menggunakan jari telunjuknya untuk memilih dengan cerdas dan rasional,” kata Hasanuddin Ali.

Menurut Ali, gimik gemoy seakan menghilangkan substansi yang seharusnya menjadi bahasan, yaitu kebutuhan masyarakat dan nasib rakyat Indonesia setidaknya untuk lima tahun kedepan. “Perilaku instan anak muda ternyata juga berpengaruh terhadap keputusan politik mereka,” kata dia.

Ismail Fahmi, pendiri Drone Emprit, mengatakan tren pemberitaan di portal media daring terkait isu gemoy mulai turun drastis pascadebat capres pada 12 Desember 2023. Turunnya tren gemoy disebabkan karena penampilan Prabowo saat debat berbeda dengan citra gemoy yang dibangun di media sosial. 

“Ternyata berbeda 180 derajat. Yang ditampilkan saat debat adalah sosok Prabowo yang asli, yang emosional,” kata Fahmi kepada Katadata.co.id, Sabtu, 6 Januari 2024.

Dari hasil analisis Drone Emprit, dii platform X, per 24 Desember 2023 tren gemoy juga tersalip oleh “Desak Anies”. Desak Anies merupakan program kampanye untuk mendekati milenial dan generasi Z di berbagai daerah, melalui dialog dua arah. 

Per 27 Desember, perbincangan mengenai Desak Anies mencapai puncaknya dengan total 35 ribu mention mengalahkan gemoy dengan 6 ribu mention. Walaupun penyebaran konten di TikTok, Desak Anies tidak semasif gemoy.

Gemoy sebagai gimik di TikTok itu cukup berhasil. Tetapi kalau lama-lama hanya joget-joget gemoy saja bosan kan? Gemoy ini kemudian tidak diarahkan ke visi, misi, program, dan sebagainya. Jadi berhenti di hal superfisial,” kata Fahmi.

Menurutnya, pada saat tren gemoy turun, momen munculnya Desak Anies menjadi gebrakan dan semacam antitesa dari gimik gemoy Prabowo. “Desak Anies juga merupakan gimik, tapi bukan dengan sisi performance, melainkan lebih ke gagasan,” kata Fahmi.

Editor: Aria W. Yudhistira


Buka di Aplikasi Katadata untuk pengalaman terbaik!

icon newspaper

Tanpa Iklan

Baca berita lebih nyaman

icon trending

Pilih Topik

Sesuai minat Anda

icon ai

Fitur AI

Lebih mudah berbagi artikel

icon star

Baca Nanti

Bagi Anda yang sibuk