Advertisement
Analisis | Kesepakatan Tarif Trump yang Bikin Petani Jagung Gorontalo Ketar-Ketir - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Kesepakatan Tarif Trump yang Bikin Petani Jagung Gorontalo Ketar-Ketir

Foto: Katadata/ Bintan Insani
Pemerintah Indonesia sepakat membebaskan tarif impor sebagian besar komoditas dari Amerika Serikat. Namun, jagung murah dari Negeri Paman Sam berisiko menekan harga jagung lokal dan mengancam penghidupan petani, terutama di sentra produksi seperti Gorontalo.
Muhammad Almer Sidqi
29 Juli 2025, 07.59
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal baru untuk Indonesia, yakni sebesar 19%. Angka ini turun dari besaran sebelumnya sebesar 32%. Namun, kompensasi dari penurunan tersebut adalah Indonesia harus menjalankan sejumlah kewajiban lain, seperti membeli produk energi senilai Rp244 triliun, memboyong 50 pesawat Boeing, dan membeli produk pertanian senilai Rp73 triliun. Semua produk AS itu dibeli tanpa dikenai impor tarif alias 0%.

Trump pun mengatakan para peternak, petani, dan nelayan AS akan memiliki akses penuh dan total ke pasar Indonesia yang berpenduduk lebih dari 280 juta orang. “Mereka (Indonesia) akan membayar 19% dan kita (AS) tidak membayar apa pun. Kita akan punya akses penuh ke pasar Indonesia,” katanya di Gedung Putih, Selasa, 15 Juli.

Presiden Prabowo Subianto, dalam unggahan di akun Instagram pada 16 Juli, mengatakan dia dan Trump sepakat untuk membawa hubungan perdagangan antara Indonesia dan AS ke era baru yang saling menguntungkan.

Dengan “diskon” ini, Indonesia menjadi salah negara di ASEAN yang punya tarif terendah setelah Singapura (10%) dan Filipina (12%). Indonesia pun hanya terpaut 1% dengan Vietnam (20%). 

Ancaman Jagung AS

Salah satu komoditas pangan AS yang berpeluang membanjiri Indonesia. Negara Paman Sam merupakan negara penghasil jagung terbesar di dunia. FAO mencatat, produksi jagung AS mencapai 389,7 juta ton atau 25% dari total produksi global pada 2023. Sedangkan Cina yang berada di posisi kedua sebesar 289,1 juta ton (19%).

Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) menilai kesepakatan dagang ini berpotensi menurunkan daya saing jagung lokal dan menekan harga di tingkat petani. Dengan tarif 0%, jagung AS yang diproduksi menggunakan teknologi tinggi sehingga lebih efisien, dikhawatirkan membuat harga jagung lokal anjlok. 

Saat ini, harga jagung pipilan kering lokal berada di kisaran Rp4.800 hingga Rp5.000 per kilogram, atau masih di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp5.500. Sedangkan jagung impor AS ditaksir bisa masuk ke Indonesia dengan harga hanya Rp3.200 hingga Rp3.500 per kilogram. Selisih harga yang mencapai Rp1.000 per kilogram berpotensi membuat petani lokal nelangsa. 

“Kalau kami (petani lokal) di harga segitu bisa bangkrut,” kata Sholahuddin, Ketua APJI, dikutip dari Kontan, Minggu, 20 Juli

Tren impor jagung asal AS memang terus menunjukkan penurunan sejak 2015. Impornya sempat melonjak tajam pada 2016 hingga menyentuh 303.690 ton. Namun, sejak 2019, volumenya terus menyusut. Sepanjang 2024, volume jagung AS yang masuk ke Indonesia tercatat hanya sekitar 4.000 ton dengan nilai setara US$3,5 juta, turun lebih dari 98% dibanding 2016.

Selama ini, Indonesia sebetulnya lebih mengandalkan Argentina dan Brasil untuk impor jagung. Sejak 2023, rata-rata nilai impor jagung dari kedua negara itu masing-masing sebesar US$55,6 juta dan US$21,6 juta setiap kuartal. 

Akan tetapi, jika menilik secara kuartalan, ada perubahan porsi yang signifikan pada 2025. Nilai impor jagung Indonesia dari AS melonjak signifikan hingga hampir mencapai US$20 juta. Sebaliknya, porsi Argentina dan Brasil sangat turun. Bahkan, sepanjang kuartal-I 2025, nilai impor jagung Brasil hanya US$140 ribu. 

Tren peningkatan nilai ini menunjukkan jagung AS mulai kembali masuk ke pasar Indonesia dengan lebih kompetitif, baik dari sisi harga maupun akses. Jika tren ini terus berlanjut di kuartal berikutnya, bukan tidak mungkin AS kembali merebut porsi signifikan dalam pasar jagung impor Indonesia seperti yang terjadi pada 2016-2018, saat mereka menjadi salah satu pemasok utama.

Nilai impor jagung Indonesia menunjukkan tren peningkatan yang cukup konsisten dalam enam tahun terakhir. Berdasarkan data Trade Map, nilai impor jagung nasional melonjak hampir tiga kali lipat dari US$159,5 juta pada 2018 menjadi US$450,2 juta pada 2024.

Peningkatan nilai ini mengindikasikan dua hal. Pertama, ketergantungan Indonesia terhadap jagung impor belum menunjukkan tanda-tanda menurun. Kedua, kebutuhan jagung dalam negeri—baik untuk pangan, pakan ternak, maupun industri—terus tumbuh. Sedangkan produksi lokal yang rata-rata mencapai 14,57 juta ton dalam lima tahun terakhir belum mampu menutupi permintaan.

Meski Kementerian Pertanian menyatakan Indonesia telah surplus jagung pada 2025, lonjakan nilai impor ini menunjukkan masih adanya celah antara kapasitas produksi dan kebutuhan riil di lapangan.  Terutama dari sektor industri pakan yang menyerap sekitar 60-70% konsumsi jagung nasional.

Nah, daya serap jagung untuk pakan ini penting. Sebab gandum bisa menjadi substitusi jagung untuk pakan ternak. Sementara AS adalah salah satu pengekspor utama gandum ke Indonesia. Rata-rata nilai impornya dalam satu dekade terakhir mencapai US$216 juta, di bawah Kanada (US$648 juta), Australia (US$587 juta), dan Ukraina (US$491 juta). 

Tanpa tarif, gandum AS diperkirakan akan lebih deras masuk ke Indonesia. Selain untuk produk olahan seperti roti dan mi, gandum juga bisa digunakan sebagai bahan baku pakan ternak menggantikan jagung. “Kemarin saat impor jagung diperketat, industri pakan beralih ke gandum sebagai pengganti,” kata Sholahuddin.

Di tingkat nasional, Jawa Timur tercatat sebagai penghasil jagung terbesar, mencapai 4,59 juta ton. Posisi ini jauh melampaui provinsi lain, termasuk Jawa Tengah (2,42 juta ton), Sumatera Utara (1,37 juta ton), dan Nusa Tenggara Barat (1,20 juta ton).

Sementara itu, Gorontalo, yang selama ini dikenal sebagai sentra jagung nasional di kawasan timur Indonesia, mencatatkan produksi sebesar 625.972 ton. Meski kontribusi nasionalnya tidak setinggi Jawa atau Sumatera, Gorontalo yang hanya dihuni sekitar 1,1 juta manusia itu tetap memainkan peran sentral dalam peta produksi jagung, terutama sebagai basis distribusi ke wilayah Indonesia timur. 

Luas panen jagung di Gorontalo pada 2024 mencapai 128.230 hektare. Ini berarti hampir sepersepuluh wilayah Gorontalo didedikasikan untuk budidaya jagung, yang sebagian besar menghasilkan pipilan kering berkadar air 14% untuk kebutuhan pakan dan industri.

Adapun BPS Gorontalo pada 2023 mencatat sektor pertanian menyerap 29,79% dari total tenaga kerja di wilayah itu. Dengan hampir sepertiga pekerja di Gorontalo bergantung pada sektor pertanian, terutama jagung, arus impor tanpa tarif dari AS bisa menggeser tumpuan ekonomi lokal. Ketimpangan tarif AS-Indonesia, dengan demikian, juga menyangkut penghidupan jutaan petani Indonesia.

Editor: Aria W. Yudhistira


Buka di Aplikasi Katadata untuk pengalaman terbaik!

icon newspaper

Tanpa Iklan

Baca berita lebih nyaman

icon trending

Pilih Topik

Sesuai minat Anda

icon ai

Fitur AI

Lebih mudah berbagi artikel

icon star

Baca Nanti

Bagi Anda yang sibuk