Prestasi Erick Thohir di Industri Sepak Bola
Menteri BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Erick Thohir mencalonkan diri dalam bursa Ketua Umum Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI). Profil Erick dianggap mumpuni untuk mengemban jabatan tersebut, terlebih ia sudah malang-melintang di industri sepak bola, khususnya di luar negeri.
Saat melakukan pendaftaran, Erick mengungkapkan kalau dirinya merasa terpanggil untuk mengubah keadaan dunia persepakbolaan di Tanah Air. Ia ingin membuat yang ‘bengkok’ menjadi lurus.
“Yang dibutuhkan PSSI untuk maju hari ini adalah nyali untuk menerobos keterbatasan, dan berani menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan industri sepak bola nasional," kata Erick, Minggu (15/1).
Erick Thohir merupakan pengusaha yang memiliki minat besar terhadap olahraga, termasuk sepak bola. Hingga saat ini, Erick sudah terlibat dalam sejumlah klub sepak bola, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Tercatat, ia pernah menjabat sebagai Presiden Klub Sepak bola Inter Milan, pemegang saham mayoritas DC United dan Oxford United, dan menjadi pemegang saham di Persis Solo. Keterlibatannya mampu meningkatkan performa klub.
DC United misalnya, klub ini menjadi pelabuhan investasi Erick lantaran memiliki sejarah cukup bagus di Major League Soccer (MLS) Amerika dan merupakan satu-satunya klub sepak bola dari wilayah tersebut yang cukup kompetitif di MLS.
Erick tidak serta-merta langsung membeli saham mayoritas di DC United. Dengan sebagian kecil saham, ia ikut mendorong perkembangan DC United dan setelah melalui beberapa tahap pengembangan, Erick akhirnya memboyong saham mayoritas di DC United.
Di bawah besutan Erick, DC kian berkembang. Bahkan mereka bisa memiliki stadion sendiri dengan nama Audi Field. Stadion tersebut dibangun pada 2017 dengan kapasitas 20.000 tempat duduk.
"Lalu kami ambil pemain yang menjadi andalan Timnas Amerika Serikat. Kemudian ada kesempatan pindah dan membangun stadion sendiri," katanya di kanal Youtube “Helmy Bicara,” (22/9/22).
DC United berangsur-angsur mengembalikan reputasi sebagai salah satu klub papan atas di MLS. Kemudian DC United mulai berani memboyong pemain bintang, salah satunya ialah Wayne Rooney, striker pencetak gol terbanyak di klub ternama Inggris, Manchester United.
"Akhirnya bangun stadion, Alhamdulillah jadi. Itulah momen kita mengambil risiko pemain bintang, yakni Wayne Rooney. Ada tawaran, saat itu ya kami jual," tandasnya.
Selain itu, pada 2013 silam, Erick sempat mengambil-alih saham mayoritas klub sepak bola papan atas Italia, Inter Milan. Di bawah kepemimpinan Erick, Inter Milan mengubah kultur keuangan klub dari yang semula jor-joran membeli pemain bintang menjadi berhemat dan efisien dalam melakukan transfer pemain.
Mengutip laporan dari CNBC (27/9/21), pendapatan bersih Inter di 2013 adalah US$ 236 juta. Angka itu turun hingga ke US$ 199 juta pada 2017, sebelum melesat menjadi US$ 285 juta karena kembalinya Inter ke Liga Champions Eropa.
”Selain itu, valuasi Inter ikut meningkat. Bahkan pada 2013, valuasi Inter ditaksir US$ 401 juta dan akhir 2017 melesat menjadi US$ 537 juta,” tulis laporan tersebut.
Dari penjualan sahamnya di Inter, Erick mendapat dana sekitar EUR 350 juta. Namun, sewaktu membeli 70 persen saham Inter pada 2013, Erick mengeluarkan dana EUR 250 juta. Dalam jangka waktu empat tahun, Erick berhasil mewariskan keuangan klub yang lebih sehat dan juga berhasil memperoleh keuntungan sebagai pengusaha.